1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Film Kisah Pekerja Rumah Tangga (PRT) Tampil di Busan

10 Oktober 2016

Film dokumenter "Sunday Beauty Queen" ditayangkan pertama kali di Festival Film Busan, Korea Selatan. Pembuat filmnya ingin menampilkan suka-duka para migran Pekerja Rumah Tangga (PRT) di Hongkong.

https://p.dw.com/p/2R4hb
Singapur Arbeiter aus Indonesien
Foto: picture-alliance/dpa/A. Winarti

Film dokumenter "Sunday Beauty Queen" yang menyoroti suka-duka para migran pekerja rumah tangga di Hongkong ditayangkan perdana di Busan International Film Festival. Inilah festival film terbesar di Asia.

"Saya ingin menunjukkan bagaimana kehidupan sehari-hari mereka, harapan dan impian mereka sendiri. Mudah-mudahan ini bisa membuka dialog tentang siapa sebeanarnya orang-orang ini dan apa peran mereka dalam kehidupan global saat ini," kata pembuat film Baby Ruth Villarama di sela-sela Busan International Film Festival ke-21 di Korea Selatan.

Film "Sunday Beauty Queen" bersaing dengan beberapa film lain untuk meraih penghargaan sebagai film dokumenter terbaik. Film ini menampilkan kehidupan sehari-hari sekelompok pekerja rumah tangga asing di Hong Kong, ketika sedang mempersiapkan diri mengikuti kontes kecantikan tahunan.

Screenshot Website Manilatimes
Foto dari adegan film "Sunday Beauty Queen" garapan sutradara Filipina Baby Ruth VilaramaFoto: manilatimes.net

"Mereka bekerja enam hari seminggu, namun mereka menghabiskan hari libur mereka mempersiapkan diri dan berlatih untuk acara tahunan ini - saya ingin tahu mengapa," kata Villarama.

"Ternyata acara ini memberi mereka rasa identitas. Ini tentang mimpi menjadi bahagia, sekalipun mereka harus berjuang, dan bukankah kita semua mencari happy ending dalam hidup kita," lanjutnya.

Organisasi Buruh Internasional ILO memperkirakan ada sekitar 50 juta migran pekerja rumah tangga di seluruh dunia.  Di Hong Kong diperkirakan ada sekitar 300.000 pekerja rumah tangga asing, kebanyakan berasal dari Filipina dan Indonesia.

Villarama yang tinggal di di Manila mengatakan, dia memang ingin menghindari kontroversi politik ketika membuat dokumenternya.

China Hongkong Prozess 6 Jahre Haft wegen Misshandlung einer Putzfrau Demonstration
Aksi protes atas penganiayaan terhadap PRT Indonesia di Hongkong, Erwiana.Foto: Reuters/Tyrone Siu

"Saya pikir, penonton lebih mencari kisah-kisah yang memberi kecerahan jiwa. Dan cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan menampilkan kisah kehidupan para individu untuk memahami perjalanan hidup mereka, bukan hanya mencari sensasi," kata Villarama.

"Saya pikir, ini adalah cara yang tepat untuk memupuk saling pengertian. Cita-cita saya adalah bahwa orang-orang di mana saja dapat memahami situasi pekerja migran, yang harus bekerja di negeri jauh."

hp/yf (afp)