1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Formula 1 Terancam Krisis

Florian Bauer15 Maret 2013

Hanya beberapa tim Formula 1 yang tergolong sehat secara ekonomi - dan belum tentu dalam hal prinsip moral. Masa depan Formula 1 diprediksi bermasalah.

https://p.dw.com/p/17vja
Foto: Reuters

Michael Schmidt telah menulis mengenai Formula 1 selama 30 tahun lebih. Ia adalah editor majalah "Auto, Motor und Sport." Menurutnya Formula 1 berpotensi krisis. "Sajian Formula 1 terlihat lebih baik dari seharusnya. Pada kenyataannya tidak sebagus yang Anda pikir," ujar Schmidt. Banyak pihak lain yang mengkonfirmasi pernyataan Schmidt, tapi tidak ada satupun yang bersedia dikutip.

"Salah satu masalahnya," tambah Schmidt, "Formula 1 bergantung pada lima tim yang tidak bisa dibilang solid secara keuangan untuk jangka panjang. Hampir semua tim tergantung pada satu faktor - dan kalau itu buyar, maka tim-tim akan mati. Contohnya HRT, bagus sebagai tim kecil, tapi dengan cepat terlihat masalah."

Hanya 5 Tim Berkesempatan

Tim 5 besar adalah Red Bull, McLaren, Williams, Mercedes dan Ferrari. Masing-masing memiliki anggaran tahunan sekitar 200 juta Euro. Sementara anggaran tim-tim kecil setengahnya, dan bermasalah dalam mencari sponsor. Ini menjadi masalah kedua. "Ada prinsip keputusasaan. Cukup jelas bahwa tim kecil sulit untuk bersaing dengan Ferrari dan Red Bull. Jadi memang sulit jualan ke sponsor," tambah Michael Schmidt.

Bernie Ecclestone setia pada laba
Bernie Ecclestone setia pada labaFoto: picture-alliance/dpa

Setiap minggu setiap tim mengeluarkan dana 1,5 juta Euro. Dan itu belum termasuk pengembangan teknologi yang tentunya penting, namun hanya bisa dilakukan oleh tim-tim besar.

Monopoli Selama Berdekade

Kelompok manajemen Formula 1 dan boss mereka Bernie Ecclestone berkantor di London. Sejak awal tahun 70-an, petinggi berusia 82 tahun tersebut sibuk memasarkan Formula 1 dan mengubahnya menjadi Formula 1 yang dikenal sekarang: sebuah bisnis miliaran Dolar, dengan nilai yang diperkirakan mencapai 10 miliar Dolar.

Xander Heijnen dari tahun 2003 hingga 2008 menjadi jurubicara sebuah produsen mobil balap asal Belanda. Menurutnya pada masa itu muncul rasa ketidakpuasan dari pihak-pihak yang terlibat dalam model bisnis Formula 1. Sempat ada pembahasan akan perubahan, namun hingga kini tidak pernah terwujud. "Saat itu para produsen memiliki empat target," jelasnya, "yakni transparansi, stabilitas, distribusi pendapatan yang adil serta pecinta Formula 1 yang lebih setia dan bahagia. Saat ini sudah jauh lebih baik. Tapi apakah sempurna? Tidak, jelas tidak."

Ferrari termasuk dalam tim Formula 1 yang tergolong sehat
Ferrari termasuk dalam tim Formula 1 yang tergolong sehatFoto: Reuters

Bisnis Olahraga F1

Para pemilik sirkuit di Asia, India dan wilayah Teluk harus membayar 50 juta Dolar per balapan - jauh lebih mahal dari Eropa. Situasi politik negara tuan rumah juga seringkali tidak dianggap serius. Grand Prix Bahrain tahun 2011 baru dibatalkan menit-menit terakhir akibat kerusuhan politik. Tahun 2014 usai Olimpiade Musim Dingin untuk pertama kalinya balap Formula 1 digelar di Rusia. Apakah Formula 1 menjadi pengganti kurangnya demokrasi?

Analis Christian Sylt setiap tahun menerbitkan "Formula Money" yang berisikan angka-angka finansial Formula 1. "Ada pepatah mengatakan Formula 1 hanyalah wujud olahraga selama 2 jam untuk beberapa akhir pekan. Sisanya bisnis!" tegas Sylt. Dan mereka selalu mendatangi pasar yang bersedia membayar. Tidak selalu selaras dengan idealisme Eropa.

Formula 1 dan segala masalahnya. Ini adalah bentuk kanibalisme dalam olahraga. Hanya yang kaya yang dapat bertahan hidup. Kalau punya uang pasti menang. Yang mendatangkan uang dianggap baik. Olahraga dalam hal ini tentu saja menjadi bisnis.