1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menilai Emosi Lewat Twitter

20 Mei 2014

Peneliti Australia mengembangkan fungsi baru pada Twitter untuk memeta situasi perasaan di seluruh dunia dengan tujuan untuk membantu perbaiki alokasi layanan kesehatan mental.

https://p.dw.com/p/1C33d
Symbolbild Smileys
Foto: Fotolia/SG- design

Fungsi baru pada Twitter itu disebut "We Feel" (kami merasa). Fungsi itu menganalisa hingga 32.000 tweet setiap menitnya, jadi 10% dari jumlah seluruh tweet berbahasa Inggris. Yang dicari adalah 600 kata yang kemudian dikaitkan dengan emosi tertentu seperti cinta, senang, terkejut, marah, sedih dan takut.

Data itu digunakan untuk memonitor emosi dari individu dan komunitas di berbagai lokasi dunia, dan "secara otomatis memperkirakan di mana dan kapan layanan penyelamatan jiwa dibutuhkan", kata ilmuwan yang memimpin penelitian, Helen Christensen dari Black Dog Institute, di Australia. Mereka terutama meneliti dan mengobati gangguan pada emosi atau jiwa, seperti misalnya depresi.

"Pentingnya informasi ini tidak bisa dianggap ringan. Saat ini, peneliti kesehatan kejiwaan dan pelaksana program kesehatan publik menggunakan data populasi yang mungkin dikumpulkan lebih dari lima tahun lalu." Demikian ditambahkan profesor dan kepala institut itu.

Twitter mengatakan, 255 juta orang setiap bulannya menggunakan layanannya secara aktif di seluruh dunia. Volume data raksasa yang dikumpulkan Twitter dianalisa dengan dukungan badan ilmu pengetahuan alam tertinggi Australia, CSIRO dan layanan "remote computing" milik perusahaan Amazon yang aktif di internet.

Tweet Berbahasa Inggris

Proyek itu sekarang hanya menganalisa tweet berbahasa Inggris yang diikirim melalui Twitter, dan tidak menggunakan data mengenai jenis kelamin, identitas dan lokasi tempat pengguna wadah media sosial itu berada. Walaupun ada keterbatasan, salah satu peneliti dalam proyek, Bridianne O'Dea, mengatakan, fungsi itu adalah kesempatan pertama untuk bisa mengerti dengan lebih baik situasi emosi pengguna wadah itu.

"Ini menunjukkan, kita bisa memonitor orang dalam waktu tertentu. Kita juga bisa melihat tren, dan sekarang yang penting adalah menilai data, dan melihat apakah tren bisa jadi indikasi atas kondisi kejiwaan seseorang," kata O'Dea.

Ia menambahkan, "Karena kita sudah bisa mengumpulkan data dalam jangka waktu tertentu, kita juga bisa melakukan perbandingan antar segmen waktu. Dan kita bisa lebih mengerti, bagaiman orang menggunakan teknologi ini untuk mengungkapkan bagaimana perasaan mereka. Itu kita belum tahu. Itu belum ada yang tahu." Fungsi "We Feel" bisa diakses lewat wefeel.csiro.au.

ml/vlz (afp)