1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

G8: Kelompok Eksklusif dengan Masalah Identitas

Christina Bergmann18 Mei 2012

Di Camp David, Amerika Serikat, para pemimpin negara anggota G8 akan membicarakan masalah krisis internasional. Krisis Euro membayangi pertemuan ini. Juga timbul pertanyaan, apakah kelompok ini masih memiliki makna.

https://p.dw.com/p/14xHn
Foto: picture-alliance/dpa

KTT G8 kali ini akan menjadi pertemuan puncak dengan beberapa hal yang khusus. Untuk pertama kalinya, Francois Hollande yang baru terpilih sebagai presiden Perancis akan melangkahkan kakinya di panggung internasional. “Holande datang dengan tekanan untuk tidak melakukan apapun yang dapat ‘merusak' pakta fiskal yang telah dicapai diantara negara-negara Eropa,“ dikatakan Stewart M. Patrick, pakar politik internasional di Dewan Hubungan Luar Negeri di Washington.

Tuntutan Hollande terhadap pakta pertumbuhan serta krisis pemerintahan di Yunani akan menyibukkan para peserta KTT. Daftar topik pembicaraan terlalu panjang bagi satu pertemuan yang berlangsung kurang dari 24 jam ini – mulai dari ketahanan pangan di Afrika sampai konflik nuklir dengan Iran, penarikan pasukan internasional dari Afghanistan, aksi selanjutnya terhadap Suriah dan Korea Utara sampai masalah perlindungan iklim. 

Rusia Diabaikan?

Presiden Amerika Serikat Barack Obama telah mengundang pemimpin Inggris, Kanada, Perancis, Rusia, Jerman, Italia dan Jepang ke Camp David, Jumat (18/05). Namun Presiden Rusia Vladimir Putin, yang baru terpilih, memutuskan untuk tidak hadir dan mengirim Perdana Menteri Dmitry Medvedev. Satu situasi yang tidak begitu menguntungkan, karena para pakar akan mengabaikan posisi Rusia dalam G8.

Russland Dmitri Medwedew
Rusia akan diwakili PM Dmitri Medvedev dalam KTT G8 di Camp DavidFoto: dapd

“Tanpa Rusia, G8 atau tepatnya G7 mewakili satu kelompok yang berpandangan sama dalam masalah kemajuan demokrasi, yang percaya pada hak asasi manusia dan memiliki pandangan sangat mirip berkaitan dengan ekonomi global,“ papar Stewart M. Patrick.

Rusia di bawah Putin bergerak ke arah otoriter dan dianggap bukan sebagai mitra terpercaya dalam isu-isu yang sensitif, misalnya dalam masalah Iran dan Suriah. Jadi dalam hal ini tidak banyak kemajuan yang dapat diharapkan.

Sering timbul pertanyaan dilontarkan tentang apa makna dari KTT G8. Delapan negara G8 mewakili 15 persen populasi dunia dan duapertiga kinerja ekonomi dunia. G8 merupakan kelompok yang kendur, tanpa organisasi, pembiayaan atau aturan yang solid. Kelompok ini dibentuk sebagai forum di tengah krisis minyak pada tahun 1970an untuk mengkoordinasikan isu-isu ekonomi dan perdagangan. Namun sekarang, masalah politik dan ekonomi secara rutin tertera dalam agenda pertemuan. Walaupun sebenarnya kelompok G20 lah yang dianggap sebagi forum ekonomi yang lebih kuat dan Dewan Keamanan PBB lah yang mengatur mekanisme sanksi.

Sudanesische Bäuerin reinigt ausgedroschene Sorgum-Körner
Masalah pangan di Afrika juga menjadi agenda KTT G8 dan perwakilan negara-negara di Afrika diundangFoto: picture-alliance/dpa

Anggota Tambahan

Bruce Jones, pakar politik internasional di Brookings Institute, mengatakan, Revolusi Arab yang berlangsung musim semi lalu terjadi pada waktu yang tepat. “G8 diselamatkan oleh Revolusi Musim Semi di Arab. Di sinilah terdapat satu proses di mana kekuatan Barat diperlukan untuk membentuk, mengkoordinasikan bantuan ekonomi dan bantuan politik mereka,” dikatakan Bruce Jones kepada DW.

Menurut Jones, ia bisa membayangkan bahwa forum G8 akan diperluas di masa depan secara permanen, atau tergantung pada topik yang diagendakan. Yang terakhir sudah berlangsung saat ini. Pada pertemuan persiapan para menteri luar negeri G8 di Washington April lalu, Menteri Luar Negeri Turki Selcuk Unal juga diundang untuk negosiasi mengenai tindakan yang akan diambil terhadap Suriah.

Dan kali ini, Presiden Obama bahkan mengundang lebih banyak tamu ke Camp David. Pemimpin Benin, Ethiopia, Ghana dan Tanzania juga direncanakan akan berpartispasi dalam diskusi tentang ketahanan pangan di Afrika. Pembicaraan mengenai masalah ini merupakan kelanjutan dari proses yang dimulai pada pertemuan puncak G8 di L'Aquila, Italia, pada tahun 2009.

“G8 masih beranggotakan negara-negara yang memiliki kontribusi terbesar dalam bantuan pembangunan,“ demikian menurut Stewart M. Patrick. Selain itu, pertemuan seperti KTT G8 memberikan kesempatan kepada para peserta untuk membahas isu-isu dalam tingkat bilateral secara informal, dikatakan Bruce Jones dari Brookings Institute. “Pertemuan-pertemuan dan proses-proses formal seperti ini menciptakan peluang bagi pertemuan informal yang kadang-kadang lebih mudah daripada pertemuan formal dua politisi untuk membicarakan masalah tertentu.“

Dan para kepala negara dan pemerintahan saat itu memiliki masalah lebih dari pada cukup untuk didiskusikan. Mungkin lebih banyak daripada yang sebenarnya mereka inginkan.