1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gaddafi Optimis Kuasai Seluruh Libya Kembali

17 Maret 2011

Perebutan kekuasaan di Libya semakin memanas. Muammar al Gaddafi memerintahkan pasukannya untuk menguasai kembali tiga kota di Libya.

https://p.dw.com/p/10b0v
Pasukan Gaddafi di AjbadiyahFoto: AP

Kamis ini (17/3), tentara pemerintah Libya bertempur dengan kelompok pemberontak di jalanan menuju kota Benghazi. Sebelumnya, peperangan hebat terjadi di kota Ajdabiyah. Seorang anggota kelompok pemberontak, Rabu pagi (16/3) mengatakan, bahwa mereka telah kehilangan kekuasaan di kota itu dan para pemberontak telah menyerahkan senjata mereka. Tentara Gaddafi merayakan kemenangan mereka di hadapan kamera reporter televisi yang hanya boleh mengambil gambar kemenangan dan para pendukung pemerintah. "Sekarang Ajdabiyah, besok Benghazi, dan besoknya lagi seluruh Libya dari perbatasan ke Mesir hingga perbatasan ke Tunisia." Demikian, seorang pendukung Gaddafi.

Tetapi pada malam harinya, warga setempat mengatakan pemberontak berhasil bertahan di pusat kota, sementara pasukan pemerintah sebagian besar hanya berada di daerah pinggiran. Namun, pihak Gaddafi tetap optimistis. Muammar al Gaddafi dalam pidatonya melalui televisi resmi pemerintah mengatakan, pasukannya akan melakukan pertempuran menuntukan Kamis ini untuk mengambil alih kota Misrata yang masih dikuasai oleh pemberontak. Pasukan Gaddafi telah mulai menyerang kota tersebut sejak Rabu kemarin (16/3) dan menewaskan setidaknya empat orang. Sementara itu, kemarin malam waktu setempat (16/3), putra Gaddafi, Saif al Islam meramalkan : "Operasi militer akan berakhir. Dalam 48 jam semua akan berakhir. Pasukan kami kini sudah hampir tiba di Benghazi. Apa pun yang diputuskan Dewan Keamanan PBB, semua sudah terlambat."

Keputusan PBB yang dimaksudkan olehnya, adalah seruan dari Liga Arab dan negara-negara Eropa untuk menetapkan zona larangan terbang di wilayah udara Libya. Amerika Serikat pada awalnya enggan untuk secara terang-terangan mendukung usulan tersebut. Namun, kemudian pemerintah di Washington bergabung dengan Inggris dan Perancis yang mendesak adanya pemungutan suara Dewan Keamanan PBB untuk memutuskan zona larangan terbang yang bisa menahan serangan pasukan Gaddafi. Duta besar Amerika Serikat bagi PBB Susan Rice mengatakan langkah yang diambil harus lebih keras dari larangan tersebut, karena situasi di darat semakin parah. Dalam surat yang ditujukan kepada pimpinan 15 negara anggota tetap dan tidak tetap Dewan Keamanan PBB, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy menulis : 'Bersama kita bisa menyelamatkan warga Libya. Waktu yang ada hanya beberapa hari, kalau tidak beberapa jam lagi.' Tetapi Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle bersikeras Jerman tidak mau dan tidak dapat terlibat secara langsung dalam perang saudara di Afrika Utara. Rusia dan Cina yang memiliki hak veto di Dewan Keamanan juga menyuarakan keengganan mereka untuk turut melakukan intervensi. Namun, duta besar Libya bagi PBB yang anti Gaddafi, Ibrahim Dabbashi memperingatkan, bahwa dalam beberapa jam ke depan bisa terjadi genosida jika dunia internasional tidak segera bertindak.

Nina Haase / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Ayu Purwaningsih