1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Prostitusi Artis

ap(jakartaglobe/tempo/okezone)11 Desember 2015

Lagi-lagi, selebriti tertangkap dalam kasus prostitusi. Sosiolog menilai, gaya hidup konsumeristik di kota metropolitan jadi salah satu faktor tak terbendungnya praktik pelacuran papan atas tersebut.

https://p.dw.com/p/1HLtx
Foto: Fotolia/VRD

Tertangkapnya mucikari Robby Abbas yang menjajakan selebriti, tidak serta merta menghentikan bisnis esek-esek artis papan atas. Polisi kembali menjaring dua selebriti, Nikita Mirzani dan Puty Revita yang tengah melakukan transaksi didampingi mucikarinya, O dan F, pada hari Kamis (10/12/15) di sebuah hotel berbintang di Jakarta.

Kepala Subdit III Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri, Komisaris Besar Umar Fana, mengatakan kepolisian melakukan investigasi berdasarkan informasi yang diperoleh dari Robby Abbas, seorang mucikari yang pada bulan Oktober tahun ini dijatuhi hukuman 16 bulan penjara untuk kasus perdagangan seksual dengan tarif puluhan juta rupiah untuk satu kali transaksi.

Pelanggannya pejabat dan pengusaha

Melalui barang bukti yang ada, polisi melacak beberapa konsumen pelanggan prostitusi artis dengan tersangka mucikari O dan F. Polisi menemukan bahwa kebanyakan konsumen para artis yang bisa di-booking ini adalah para pejabat dan pengusaha. Umar mengatakan, jasa artis-artis yang diperdagangakan itu dapat dipesan lewat aplikasi di telefon genggam, dimana mucikari O memperlihatkan foto -foto mereka kepada para pria hidung belang.

Menteri sosial Khofifah Indar Parawansa menyebutkan: "Sebetulnya sama sekali bukan karena faktor ekonomi. Bayangkan kalau short time bisa sampai Rp 50 juta bahkan sekarang Rp 120 juta. Dulu bahkan sampai Rp 200 juta." Ia menduga, gaya hidup mewah yang menjadi faktor maraknya bisnis perdagangan seks artis ini.

Gaya hidup jadi tuntutan?

Sosiolog Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Musni Umar mengatakan maraknya perdagangan seks komersial artis tak lepas dari tuntutan kehidupan glamor yang kerap tidak diikuti dengan penghasilan memadai. Sehingga, untuk memenuhi kebiasaan gaya hidup, beberapa di antaranya mencari penghasilan tambahan lewat praktik prostitusi di kalangan elit.

Disebutkannya, "Artis-artis ini selalu tergoda untuk hidup dalam kemewahan. Padahal, tidak tiap hari mereka ini mendapatkan job dan menghasilkan uang banyak. Maka, untuk memenuhi kebiasaannya itu, mereka pun akhirnya berkecimpung di dunia prostitusi itu.”

Yang dikhawatirkan menurut Umar, biasanya apa yang dilakukan artis cenderung jadi panutan. Sehingga dicemaskan bila jika seseorang ingin hidup mewah, tidak perlu menjadi orang pintar, melainkan cukup dengan masuk dunia hiburan dan menjual diri dengan kemolekan tubuh.

Mensos Khofifah menekankan kembali pentingnya restorasi sosial. Sebab sangat penting untuk mengubah pikiran agar tidak memaksakan sesuatu yang menerobos nilai-nilai budaya.