1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gbagbo Tetap Bertahan di Pantai Gading

7 April 2011

Meski tanpa harapan harapan, Presiden Pantai Gading Laurent Gbagbo tidak mau menyerah. Gbagbo yang kalah dalam pemilu presiden terakhir, dan sekitar 1000 pejuangnya tetap berupaya mempertahankan tempat kediaman resminya.

https://p.dw.com/p/RGJr
Tentara pendukung presiden terpilih Pantai Gading, Alassane OuattaraFoto: AP

Laurent Gbagbo setidaknya memiliki satu kesamaan dengan warga lainnya di Abidjan, yakni tidak dapat keluar dari rumahnya. Tidak diketahui dengan jelas berapa lama Gbagbo masih dapat bertahan dan apakah ia mendapat suplai bahan pangan. Dalam sebuah wawancara radio ia menolak berita bahwa ia bersembunyi di sebuah bunker: „Pada tahun 2002 pun saya sudah diserang pemberontak yang sama. Orang mengatakan saya berada di bunker. Kalau di luar turun hujan, tentu orang mencari perlindungan. Dan inilah yang saya lakukan."

Tak seorang pun tahu bagaimana ia membayangkan cara kembali keluar dari tempat kediamannya, dan apakah ia memang mau keluar. Menteri Luar Negeri Perancis Alain Jüppe hari Kamis (7/4) mengatakan, diperkirakan Gbagbo tidak lama lagi akan menyerah.

Elfenbeinküste Unruhen Abidjan UN Truppen
Pasukan PBB patroli di AbidjanFoto: picture-alliance/landov

Sejumlah kedutaan minta perlindungan pasukan Perancis

Perlawanan pendukung Gbagbo tampaknya cukup alot. Pasukan elitnya agaknya masih memiliki senjata berat dan amunisi yang cukup banyak. Gbagbo diperkirakan telah mempersiapkan hal itu. Bagi pendukung lawannya, Ouattara, presiden terpilih Pantai Gading, yang persenjataannya tidak sebaik kubu Gbagbo, ini merupakan sebuah masalah. Hari Rabu (6/4) mereka dengan geram hanya dapat berdiri di depan kediaman Gbagbo dan kemudian harus mundur.

Sebuah serangan besar-besaran tidak dilancarkan hingga Kamis (7/4). Hanya beberapa tembakan sporadis yang terdengar. Namun orang-orang merasa takut, juga para diplomat di kota itu. Menlu Perancis, Allain Juppé mengatakan: "Tadi malam pasukan Perancis diminta mengamankan diplomat Jepang. Kini kami terus menerus mendapat permohonan untuk pengamanan. Baru saja saya berbicara dengan Menlu Israel yang memohon agar pasukan kami mengawal diplomatnya yang hendak meningalkan rumah mereka."

Adalah pertanda buruk bila para diplomat mulai meninggalkan tempat tugasnya. Kebanyakan diplomat tinggal di kawasan mewah Cocody yang sebelumnya dianggap aman. Namun, kediaman Gbagbo terletak di dekat kawasan itu. Seorang warga Perancis mengatakan bahwa pejuang dengan senjata otomatis terlihat menuju kediaman presiden. Kemudian terdengar tembakan-tembakan. Warga tidak berani keluar untuk membeli pangan. Bahkan kucing pun tidak ada, ujar warga Perancis tersebut.

Elfenbeinküste Frankreich UN Angriff auf Präsidentenpalast
Helikopter Perancis patroli di AbidjanFoto: picture-alliance/dpa

Penduduk bersembunyi di hutan

Banyak kawasan yang terputus aliran listrik dan airnya. Situasi sangat menegangkan sehingga organisasi-organisasi bantuan pun tidak berani datang ke Abidjan. Mereka berkonsentrasi di wilayah perbatasan dengan Liberia, di mana ribuan pengungsi kini berada. Rüdiger Erler, petugas organisasi bantuan Jerman Welthungerhilfe mengatakan: „Banyak orang yang berhari-hari bersembunyi di hutan rimba, karena hutannya sangat lebat. Keluar ke jalanan berbahaya, karena bisa kena tembakan tentara. Orang melaporkan adanya tembakan-tembakan. Namun hanya segelintir yang melihat tentara, karena orang harus lari dan bersembunyi di hutan."

Tak seorang pun mengetahui, berapa lama keadaan yang menegangkan ini akan berlangsung. Yang pasti, meskipun dipimpin Alassane Outtara sebagai presiden yang baru, Pantai Gading tidak akan segera menjadi tenang.

Marc Dugge/Christa Saloh

Editor: Agus Setiawan