1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gelombang Protes Karikatur Nabi Muhammad

3 Februari 2006

Unjuk rasa memprotes pemuatan karikatur Nabi Muhammad di media Denmark, terus meruak di berbagai negara. Termasuk Indonesia.

https://p.dw.com/p/CJef
Kedutaan Besar Denmark di Jakarta jadi sasaran kemarahan
Kedutaan Besar Denmark di Jakarta jadi sasaran kemarahanFoto: AP

Di Indonesia, banyak kalangan memprotes dengan berbagai bentuk. Sejumlah demonstran mendatangi kedutaan Denmark dan membakar bendera negara itu. Berbagai partai dan organisasi muslim mengeluarkan pula berbagai pernyataan protes. Ketua Nahdatul Ulama NU, Ahmad Bagja mengungkapkan seharusnya pemberitaan media tetap berpegang pada prinsip saling menghormati keyakinan keagamaan lain.

Pemuatan karikatur Nabi Muhammad di koran 'Jyllands Posten', Denmark juga dikecam Partai Keadilan Serjahtera (PKS). Sekretaris Jendral PKS, Anis Matta mengatakan, pemuatan karikatur ini bisa merusak proses dialog peradaban antara dunia Islam dan barat.

Ketua Dewan Pers Indonesia Ichlasul Amal mengungkapkan sebenarnya yang harus dipertanyakan adalah si pembuat karikatur itu saja. Ia seharusnya lebih memahami kode etik jurnalistik untuk bisa menghormati budaya kelompok lain.

Pemerintah Indonesia sendiri juga telah mengajukan protes kepada pemerintah Denmark. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan protes resmi tetap diajukan kepada Denmark.

Sebaliknya, koran-koran di Prancis, Jerman, Spanyol, dan Italia justru memuat ulang karikatur-karikatur itu sebagai bentuk solidaritas terhadap kebebasan pers. Karena, di Eropa, memang karikatur yang memperolok agama, merupakan hal biasa. Sering sekali muncul karikatur dengan sosok Yesus, Musa, Budha, dan lain-lain dengan nada yang mengejek. Karenanya banyak yang heran, mengapa mereka dengan bebas memperolok figur suci, bahkan Tuhan agama lain, tapi bermasalah ketika menyangkut Islam.

Aksi pers Eropa dibalas negara-negara Islam dengan memboikot produk-produk Denmark. Penjualan susu Denmark merosot tajam di kawasan Timur Tengah hingga nol persen. Arab Saudi menarik duta besarnya dari Kopenhagen, Suriah mengikuti jejak tersebut. Libya bahkan menutup kedutaan besarnya.

Di Jalur Gaza, kantor Uni Eropa sempat ditembaki lelaki bersenjata. Mereka menuntut permohonan maaf Denmark dan Norwegia, atas pemuatan kartun itu.

Di Prancis, redaktur France Soir dipecat karena dianggap sengaja memprovokasi pertentangan antar umat. Sementara redaktur koran 'Jyllands Posten', Denmark, telah menyampaikan permintaan maafnya. Juga pemerintah Denmark. Namun Perdana Menteri Denmark Anders Fogh Rasmussen juga memohon pengertian masyarakat dunia untuk memahami kebebasan pers. Pemerintah tak punya hak untuk mengontrol kebebasan pers. Ia menambahkan bahwa ia sangat terguncang melihat reaksi umat muslim.

Anders Fogh Rasmussen: "Di negara saya pemerintah sering dikritik oleh koran ataupun media. Saya sendiri pun sering menjadi sasaran kritik dan harus menerimanya, karena itu bagian dari masyarakat kami. Kami punya kebebsan berekspresi, dan kebebsan pers itu penting dan tak dapat dihilangkan karena merupakan bagian dari demokrasi."

Senada dengan itu, lembaga pembela kebebasan pers, RSF atau Reporter Lintas Batas menyatakan ini merupakan rendahnya pemahaman atas kebebsan pers sebagai bentuk penyelesaian dari kehidupan berdemokrasi.

Sebelumnya kontroversi seputar masalah persinggungan keyakinan juga pernah terjadi. Diantaranya tahun 1989, tokoh spriritual Iran Ayatolah Khomeini bahkan menyuruh umat muslim membunuh seorang penulis Inggris Salman Rusdie karena menulis ayat-ayat setan. Tahun 2002, artikel wartawan Nigeria Isioma Daniel tentang nabi dan Ratu Sejagat menyulut kerusuhan berdarah. Sementara itu pembuat film Belanda, Theo van Gogh dibunuh setelah meluncurkan film tentang kekerasan atas perempuan Islam.