1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
IptekCile

Gempa Chile dipicu Tektonik Lempeng

Hannah Fuchs/Agus Setiawan3 April 2014

Gempa bumi berkekuatan 8,2 skala Richter yang mengguncang Chile Selasa (1/4) bukan fenomena langka untuk kawasan itu. Chile terletak di zona kegempaan akibat tumbukan beberapa lempeng tektonik.

https://p.dw.com/p/1BaZD
Foto: picture-alliance/dpa

Chile, Alaska, Jepang dan Indonesia memiliki karakter kegempaan mirip, karena terletak di zona tumbukan lempeng tektonik. Karena itu tidaklah mengherankan, jika gempa bumi tektonik berkuatan lebih dari 9 skala Richter beberapa kali tercatat mengguncang kawasan tersebut.

Rekor gempa terkuat sedunia hingga kini, yakni yang mengguncang Chile tahun 1960 berkekuatan 9,5 skala Richter, disusul gempa Aceh, Indonesia dengan kekuatan 9,1 tahun 2004 dan gempa Fukushima, Jepang tahun 2013 berkekuatan 9,0 skala Richter semua terjadi di zona tumbukan lempeng tektonik. Kedua gempa terakhir, di Aceh dan Fukushima juga memicu tsunami dahsyat.

Tektonik Lempeng

Pemicu sekitar 90 persen gempa bumi di dunia adalah pergerakan lempeng tektonik. Secara geologis, kerak bumi terdiri dari lempengan-lempengan tektonik yang mengambang pada fluida kental inti bumi yang suhunya amat panas hingga 5000 derajat Celsius. Lempeng tektonik itu saling bertumbukan atau berpisah, mengikuti pergerakan landas kontinen.

Zona tumbukan dua atau lebih lempeng tektonik inilah, disebut zona kehempaan aktif. Di zona ini kerap terjadi gempa bumi hebat serta aktivitas gunung berapi. Dinamika antara fluida inti bumi yang amat panas dengan kerak bumi yang dingin, adalah pemicu gerakan lempeng tektonik ini.

Gempa yang terjadi di Chile (01/04) serta gempa susulan, juga dipicu tumbukan lempeng tektonik yang kemudian melepas energi luar biasa besar. Di zona kegempaan sepanjang pantai barat Amerika Selatan, bertumbukan sedikitnya empat lempeng tektonik, masing-masing lempeng Nazca, lempeng Karibia, lempeng Amerika Selatan dan lempeng Antartika.

Tumbukan atau penujaman lempeng tektonik ini, jika bergerak akan melepaskan energi yang dihimpunnya selama beberapa tahun, dekade atau abad. Itu sebabnya, kumpulan energi raksasa yang dilepaskan dalam momentum amat penduk, akan memicu gempa besar. Jika terjadi di bawah laut, juga bisa menimbulkan tsunami dahsyat.

Dinamika Bumi

Bumi sebetulnya terus hidup secara dinamis. Pada dasarnya, planet yang kita huni ini adalah reaktor panas yang terus menerus aktif. Akibat gerakan fluida amat panas di inti bumi, di kerak bumi tercipta rangkaian gunung api, kawasan kegempaan serta palung-palung amat dalam di perbatasan dua lempeng kontinen yang mengalami gerakan berpisah.

Kawasan pegunungan Andes di Chile, terbentuk relatif baru jika dihitung dari sejarah bumi. Sekitar 150 juta tahun lalu, lempeng Nazca bertabrakan dengan lempeng benua Amerika Selatan, yang memicu naiknya kerak bumi, membentuk deretan pegunungan Andes setelah tumbukan terjadi beberapa juta tahun.

Hingga kini pergerakan lempeng dan dinamika bumi di kawasan sepanjang pantai barat Amerika Selatan, termasuk kawasan Chile masih terus berlanjut. Secara geologis, pegunungan Andes masih terus tumbuh, selaras dinamika bumi.

Selain itu, beberapa lempengen tektonik lainnya di kawasan juga masih aktif, menumbuk atau memisahkan diri. Menimbang aktifitas tektonik tersebut, Chile atau negara lain di sepanjang zona tumbukan, tetap harus mewaspadai munculnya gempa hebat dan tsunami dahsyat yang bisa menelan korban ribuan jiwa.