1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gen "Hidup Abadi" Ditemukan

Judith Hartl/Christa Saloh-Foerster6 Desember 2012

Umur harapan hidup rata-rata di negara-negara industri naik tegas pada dasawarsa terakhir. Namun dipertanyakan, seberapa tinggi sebenarnya batasan umur manusia?

https://p.dw.com/p/16wEc
An Hydra wurde das Langlebigkeitsgen untersucht. Das Tier ist ca. 1 cm groß. Foto: CAU/Fraune (Universität Kiel) Geliefert von F. Hajasch Wir haben alle Rechte, diese Bilder uneingeschränkt zu nutzen.
Foto: CAU/Fraune

Hydra yang besarnya hanya sekitar satu sentimeter, merupakan keajaiban alam. Sejak lebih dari 100 tahun binatang kecil ini mempesona dunia ilmu pengetahuan. Hewan sejenis polip ini hidup di hampir semua genangan air tawar sejak 600 juta tahun ini. Hampir tidak mengalami evolusi, hydra memiliki disposisi turunan yang amat kompleks bagi makhluk hidup.

Thomas Bosch, pakar biologi evolusi dan peneliti di Universitas Christian-Albrechts di Kiel, Jerman mengatakan: "Sudah diketahui sejak lama, hewan ini ibaratnya tidak bisa mati. Dengan teknik khusus kami mengamati gen binatang ini dan menarik kesimpulan, ada sebuah gen yang melakukan tugas banyak sekali.

" Yang dimaksudkan Bosch adalah yang disebut "gen FoxO". Tahun 2009 gen ini disebut oleh media sebagai gen Metusalah, yaitu orang yang dalam Alkitab berumur terpanjang (900-an tahun-red).

Sejumlah periset di Kiel telah meneliti genotipe dari 388 hydra berusia sekitar seratus tahun, dan menemukan sebuah gen FoxO yang sangat aktif. Bagi Thomas Bosch menjadi jelas bahwa semesti terdapat kaitan antara keabadian hydra dan panjangnya usia manusia. Setidaknya jika terdapat sejenis gen FoxO dalam bentuk tertentu pada manusia. 

"Bila umur kakek dan nenek saya melampaui 100 tahun, ilmuwan menyebutnya "centinarian". Kemudian jika meneliti gen FoxO itu,  kami pikir dan sadari bahwa kami berhadapan dengan sebuah komponen penting dari proses penuaan yang ke depan akan kita teliti secara jauh lebih cermat."

Membelah diri secara langgeng

Anna-Marei Böhm, pakar mikro-biologi dalam kelompok peneliti di Universitas Kiel, khusus menekuni hal ini. Sejak bertahun-tahun ia mencermati polip hydra yang menyerupai bentuk selang itu, dan mengetahui mengapa hewan ini seolah hidup abadi.

Dec 28, 2008 - Bavaria, Germany - Hydra, Hydra. Exact date unknown +++(c) dpa - Report+++
Polip HydraFoto: picture-alliance/dpa

"Hydra punya sel punca yang dapat membelah diri secara langgeng. Sel punca ini tidak pernah kehilangan kemampuannya untuk membelah diri. Sementara pada manusia dan kebanyakan makhluk hidup lainnya tidak demikian. Sejalan dengan waktu, kemampuan membelah diri sel induk menurun dan suatu saat akan terhenti. Dan ini yang menyebabkan manusia menjadi tua dan mati. Sedangkan hydra tidak!!!"

Melalui pembelahan diri semacam itu hydra terus membiak  secara aseksual. Bila kepalanya dipotong, akan tumbuh yang baru, ujar Thomas Bosch. Sama seperti mitologi Yunani, figur mitos Hydra menyandang nama mahluk menakutkan yang jika satu kepalanya dipotong akan tumbuh dua kepala baru.

Rekayasa embryo hydra

Untuk dapat meneliti secara tepat, pakar biologi merekayasa polip yang masih berbentuk embryo dengan gen material hydra yang FoxO-nya sudah disingkirkan. "Kami sedang berada di depan alat rekayasa mikro. Dengan alat ini kami dapat menyusupkan gen yang sudah direkayasa ke dalam embryo hydra kami. Dengan begitu kami secara eksperimental merekayasa embryo hydra ini secara genetis. Jadi, kami dapat meningkatkan ekspresi gen atau sebaliknya kami dapat melenyapkannya", ujar Anna-Marei Böhm.

Professor Thomas Bosch, Leiter der Hydra-Studie mit Anna Marei Böhm, Jörg Wittlieb , und Dr. Konstantin Khalturin Foto: CAU/Winters (Universität Kiel) Gliefert von Frank Hajasch Wir haben alle Rechte, diese Bilder uneingeschränkt zu nutzen.
Ilmuwan penemu gen "hidup abadi"Foto: CAU/Winters

Melalui mikroskop fluoresens, Anna-Marei Böhm menunjukkan prosesnya. Di situ terlihat embryo hydra yang direkayasa memproduksi sebuah molekul becahaya hijau. Ini menandakan bahwa material gen yang direkayasa telah diterima. "Kalau ini tidak terjadi, embrio-embrio tetap gelap. Artinya tidak bercahaya. Yang tidak bercahaya kami singkirkan. Kami tentu hanya ingin menyimpan embryo-embryo yang mengandung gen yang sudah kami rekayasa."

Gen "hidup abadi"

Proses ini diulang sampai gen hewan-hewan hydra sedapatnya berubah secara keseluruhan. Kemudian yang diperhatikan adalah bagaimana sel-sel induk tanpa gen FoxO bereaksi.

23.01.2011 DW-TV projekt zukunft Hydra 4
Hydra

"Dalam kasus itu kami dapat menyimpulkan bahwa bila kami menyingkirkan gen FoxO, hewan ini memiliki lebih sedikit sel-sel punca dan tumbuh lebih perlahan. Kami juga dapat melihat perubahan dalam kegiatan gen-gen lainnya yang juga terpengaruh akibat penyingkiran gen FoxO tersebut."

Selain itu terlihat bahwa sel-sel induk atau sel punca tanpa gen FoxO tiba-tiba mengambil alih tugas yang sangat lain. "Dan tiba-tiba muncul  proses penuaan! Bila menua, kulit kita berubah, jauh berbeda dengan kulit orang yang muda. Rambut beruban dan jumlahnya berkurang.

"Semuanya ini adalah masalah terkait sel-sel induk!. Menua adalah masalah sel induk" Kita kehilangan sel-sel-induk. Dan mereka kehilangan fungsinya, yaitu kemampuan untuk memudakan diri!" Demikian diungkapkan pakar biologi evolusi Thomas Bosch yang selama ini melacak yang disebut gen "hidup abadi".