1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gencatan Senjata di Yaman

18 Oktober 2016

Setelah konfliknya terlupakan cukup lama, semua pihak yang bertikai di Yaman sepakati gencatan senjata 72 jam yang dimulai Rabu menjelang tengah malam. Demikian diumumkan PBB.

https://p.dw.com/p/2RMb6
Jemen Bürgerkrieg Feuerpause
Foto: picture alliance/dpa/Y. Arhab

Utusan khusus PBB untuk Yaman, Ismail Ould Cheikh Ahmed menyatakan, semua pihak yang bertikai di Yaman bersedia untuk sementara menghentikan kekerasan selama 72 jam yang  dimulai Rabu, 19 Oktober pukul 23:59 waktu setempat. 

Ahmed menyebutkan, gencatan senjata bertujuan untuk menghentikan makin banyaknya korban di pihak sipil, dan menyalurkan bantuan kemanusiaan ke seluruh pelosok Yaman. Di samping kesediaan menghentikan kekerasan sementara, pihak-pihak yang bertikai juga bersedia memperpanjang gencatan senjata jika memungkinkan. Utusan khusus PBB untk Yaman itu  juga menyatakan harapan, bahwa gencatan senjata kali ini akan berkembang jadi sesuatu yang permanen dan mengarah pada penyelesaian konflik. 

Yemenis protest after airstrike killed over 140 at funeral

Tekanan gencatan senjata akibat bom Saudi

Kesepakatan gencatan senjata diumumkan sehari setelah Ahmed bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS, John Kerry dan Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson di London. Setelah pertemuan hari Minggu Kerry mengatakan, "Ini adalah waktunya melaksanakan gencatan senjata tanpa syarat dan kembali ke meja negosiasi. 

Perkembangan terakhir ini terjadi hanya sepekan setelah aliansi yang dipimpin Arab Saudi yang mendukung Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi, membom sebuah tempat pemakaman di ibukota Sanaa, dan menyebabkan tewasnya 140 orang, termasuk sejumlah tokoh politik prominen.

Jemen Begräbnis von Abdul Qader Helal Bürgermeister von Sanaa
Upacara penguburan Abdul Qader Helal, Walikota Sanaa, yang tewas dalam serangan udara di bawah pimpinan Arab Saudi (10/10/2016)Foto: Reuters/K. Abdullah

Serangan udara itu terjadi akibat informasi salah yang diberikan orang-orang yang setia kepada Hadi, demikian dinyatakan aliansi Arab. Serangan udara yang salah sasaran itu menyulut kecaman dunia internasional, dan menyebabkan tambah kuatnya tekanan dari AS dan Inggris untuk mengadakan gencatan senjata. Kedua negara adidaya itu berada di kubu Arab Saudi dan mendukung pemerintah Yaman di bawah Presiden Hadi, yang diakui secara internasional. 

Yaman menderita kelaparan

Akibat perang saudara di Yaman, yang dipicu perebutan kekuasaan kaum Sunni lawan kaum Syiah itu, lebih dari 4.000 warga sipil tewas dan 3 juta dari 26 juta penduduk Yaman terpaksa menmgungsi meninggalkan kampung halaman akibat pertempuran. Kelaparan kini menyebar luas di Yaman, yang statusnya dari dulu tergolong negara Arab termiskin di kiawasan. 

Perang di Yaman dimulai 2014 ketika pemberontak Syiah Houthi  yang berpusat di bagian utara negara mengepung ibukota Sanaa. 

Maret 2015 konflik meruncing saat pemberontak Houthi dan sekutu-sekutunya bergerak maju ke dan berhasil merebut markas terakhir presiden Hadi yang berlokasi di bagian selatan Yaman. Presiden hadi melarikan diri ke Arab Saudi. Sebagai dukungan kepada konconya itu, itu Arab Saudi dan sekutu-sekutunya di kawasan Teluk melancarkan serangan udara terhadap kubu pemberontak Houthi yang didukung Iran.  

ml/as (dpa, afp, ap)