1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Militer Suriah Gempur Aleppo

14 Oktober 2016

Menjelang digelarnya kembali pembicaraan perdamaian Suriah antara AS dan Rusia, militer Suriah bombardir bagian timur Aleppo. Presiden Assad menegaskan bertekad merebut kembali Aleppo secepatnya.

https://p.dw.com/p/2RDSZ
Syrien Trauer und Zerstörung in Aleppo
Foto: Reuters/A. Ismail

Militer Suriah jabarkan keinginan presiden Bashar Al-Assad untuk secepatnya merebut kembali Aleppo, kota terbesar kedua di negeri itu yang dijadikan kubu pemberontak, sebagian adalah kelompok yang didukung Turki dan lainnya berafiliasi ke ISIS atau Al Qaida. Angkatan udara Suriah yang "dibacking" Rusia yang kini giliran membombardir bagian timur Aleppo yang sebagian masih dikuasai pemberontak. 

"Pemboman diawali pukul dua pagi," ukar Ibrahim Abu Laith, seorang anggota tim penolong dan pertahanan sipil, kepada kantor berita Reuters. Menurut tim penolong, jumlah korban tewas akibat rangkaian serangan pekan ini, mencapai 154 orang. Namun jumlah ini tidak bisa dikonfirmasi kebenarannya karena sulit menemukan pihak independen di kawasan perang.

Sedikitnya empat anak tewas dan 10 luka-luka, ketika roket pemberontak menghantam lokasi dekat sekolah mereka, di bagian Aleppo yang dikuasai pemerintah. Demikian keterangan organisasi HAM, Syrian Observatory for Human Rights, yang bermarkas di London dan memperoleh informasi dari lapangan. Menurut kantor berita pemerintah Suriah, SANA, sekolah yang jadi sasaran serangan teroris itu berada di daerah al Suleimaniya, Observatory juga melaporkan, pemberontak menyerang daerah yang dikuasai pemerintah di bagian timur Aleppo, menyebabkan delapan orang tewas dan melukai 79 lainnya.

Assad: teroris harus didesak kembali ke Turki

Presiden Suriah Bashar al Assad mengatakan hari ini, jika militernya berhasil menguasai kembali seluruh Aleppo, itu akan sangat memudahkan langkah selanjutnya, yaitu mendesak teroris untuk kembali ke Turki. Menurut Assad, daerah itu harus "terus dibersihkan," dan teroris harus didesak kembali "ke kawasan asal mereka atau harus dibunuh. Tidak ada pilihan lain." Demikian Assad dalam wawancara dengan tabloid Rusia Komsomolskaya Pravda.

Serangan udara ke bagian timur Aleppo makin intensif setelah periode tenang yang tidak berlangsung lama. Ketika itu, pemerintah Suriah menyetujui rencana PBB untuk mengirim konvoi banuan kemanusiaan ke bagian Suriah yang paling menderita, kecuali Aleppo.

Perang saudara Suriah yang sudah masuk tahun ke enam telah menelan korban tewas lebih dari  300.000 orang, dan memaksa jutaan lainnya mengungsi akibat kehilangan tempat tinggal. Perang saudara ini juga telah menarik kekuatan regional serta global untzuk terlibat langsung atau tak langsung, dan secara tidak langsung menyebabkan mkin gencarnya serangan kelompok teror yang menamakan diri "jihadis" di luar negeri.

Keterlibatan negara lain 

Konflik Suriah harus diaklui merupakan perang kepentingan sejumlah kekuatan di kawasan maupun global. Pemberontak Suni yang berusaha menggulingkan Assad didukung Turki, AS dan sejumlah kerajaan Arab di kawasan Teluk .Kaum pemberontak yang diklaim sebagai moderat, terdiri dari banyak kelompok yang sebagian berafiliasi ke kelompok radikal, Sementara pemerintahan sah di Suriah di bawah Assad sejak setahun terakhir didukung Rusia, Pasukan Garda Revolusi Iran dan sejumlah milisi shiah dari negara-negara tetangga Arab, juga mendukung Damaskus.

Assad mengatakan dalam wawancara dengan tabloid Rusia tersebut, bahwa perang saudara Suriah sudah jadi konflik antara Rusia dan Barat. Menurutnya, yang tampak di Suriah dalam beberapa pekan bahkan beberapa bulan belakangan sudah seperti Perang Dingin baru. Assad mengatakan, "Saya pikir Barat, terutama AS belum menghentikan Perang Dinginnya, bahkan setelah ambruknya Uni Sovyet." Ditambahkannya, aksi-aksi Turki di Suriah adalah "invasi, yang melanggar hukum internasional, melecehkan moral dan menentang kedaulatan Suriah."

ml/as (rtr, afp, ap)