1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Guantanamo - Simbol Ketidakadilan AS

28 Juli 2009

Dalam kurun waktu setengah tahun ke depan, Presiden Obama akan menutup Guantanamo kamp penjara terkenal milik AS di Kuba. Sebanyak 229 tahanan masih mendekam di penjara itu tanpa tuduhan dan tanpa vonis.

https://p.dw.com/p/Iyt4
Foto: AP

Pukul lima pagi, langit di atas Guantanamo Bay masih gelap, namun lampu sorot membuat kamp penjara seterang siang hari. Salah seorang tahanan menyerukan adzan. Perlahan-lahan tahanan lain keluar dari sel, beriringan menuju halaman dan menunaikan sembahyang subuh di bawah langit terbuka. Para penjaga memperhatikan dari menara pengawas.

Sekitar 15 tawanan bersujud di atas sajadah. Gumaman doa mereka adalah satu-satunya yang bisa didengar para pengunjung Guantamo dari para tahanan.

Kementrian Pertahanan Amerika Serikat tak membolehkan pengunjung berbicara dengan tahanan. Menyaksikan tahanan sholat dari menara pengawas setinggi 10 meter termasuk program bagi para jurnalis yang dua hari mengunjungi Guantanamoi. Dua hari, dimana militer AS mencoba memberi gambaran sekilas kehidupan di kamp itu. Pesannya sama, "Lihat, kami memperlakukan para tahanan dengan semestinya". Seorang opsir muda mengatakan di awal kunjungan, "Kami memperlakukan orang-orang berbahaya ini dengan manusiawi, tapi kami tidak lupa bahwa mereka berbahaya."

229 orang masih mendekam di sini. Ada empat kamp penjara, semua dikelilingi pagar tinggi dengan kawat duri. Di setiap jarak 30 meter berdiri menara pengawas. Dari atas sana tentara bisa menyaksikan pohon kelapa dan laut biru di tepi pantai Kuba. Pemandangan yang tak bisa dinikmati para tahanan. Tanaman hijau di sepanjang pagar menghalangi setiap pandangan ke arah luar.

Di ruang televisi di kamp empat, tengah disiarkan pertandingan sepak bola, Irak lawan Palestina. Di kamp inilah ditempatkan para tahanan yang dinilai "patuh". Mereka boleh menghabiskan waktu 20 jam sehari di luar sel dan boleh melewatkan waktu bersama tahanan lainnya.

Kamp lima adalah penjara dengan tingkat keamanan tinggi. Setiap tahanan mendekam di sel seluas 8 m2. Mereka boleh keluar dari sel selama empat jam sehari, dengan rantai membelit kaki. Mereka dinilai tidak patuh karena membantah perintah atau menyerang penjaga.

Entah dinilai patuh atau tidak, ada satu hal yang menghubungkan ke-229 pria tersebut. Kebanyakan dari mereka sudah lebih dari tujuh tahun mendekam di sini. Tanpa tuduhan dan otomatis tanpa vonis. Seorang penjaga mengaku, terkadang ia pun memikirkan hal itu. "Pria-pria ini mungkin berada di sini karena alasan yang salah, tapi juga bisa karena alasan yang tepat."

Sebanyak 60 tahanan dinilai Pentagon tidak berbahaya bagi AS. Tapi mereka tetap mendekam di Guantanamo karena tak ada negara yang mau menerima. Ketika Barack Obama dilantik akhir Januari dan mengumumkan akan menutup Guantanamo dalam tempo setahun, harapan besar meliputi para tahanan, kata seorang penjaga. "Mereka gembira. Mereka hanya punya satu keinginan, meninggalkan Guantanamo. Sekarang sudah lewat beberapa bulan dan mereka merasa tidak ada yang berubah sejak Obama memerintah.“

Pemerintah Obama bekerja di bawah tekanan tinggi untuk menempatkan ke-229 pria itu di tempat lain. Banyak yang ragu Washington bisa menyelesaikannya dalam setengah tahun ke depan. Dan selama kamp penjara itu tak ditutup, Guantanamo tetap pada citranya selama tujuh tahun terakhir, yaitu simbol ketidakadilan AS.

Anna Engelke/Renata Permadi

Editor: Yuniman Farid