1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hacker Curi Data 70 Perusahaan dan Negara Terkemuka

4 Agustus 2011

Perusahan keamanan komputer McAfee melaporkan, lebih dari 70 perusahaan multinasional, organisasi internasional dan pemerintahan negara terkemuka menjadi korban serangan hacker.

https://p.dw.com/p/12B4H
Monitor penuh dengan numerasi Alpha yang diamati kaca pembesar, sebagai simbol serangan hacker untuk mencuri password data rahasia.Foto: Fotolia/Yong Hian Lim

Paling tidak sudah lima tahun lamanya para pencuri data penting dan sensitif itu melakukan aksinya. McAfee memperkirakan serangannya didalangi sebuah negara tanpa menyebutkannya secara tegas. Namun para pakar keamanan komputer memperkirakan, Cina berada di belakang serangan hacker global ini.

Dalam daftar panjang korban serangan hacker itu antara lain tercantum PBB, Komite Olympiade Internasional, ASEAN, pemerintahan Amerika Serikat, Taiwan, Korea Selatan, Kanada, India, perusahaan persenjataan Lockheed Martin, perusahaan elektronik raksasa SONY, Dana Moneter Internasional serta grup perbankan Citigroup. Dalam laporan McAfee setebal 14 halaman, yang dipublikasikan Rabu (03/08), disebutkan, 49 dari 72 perusahaan dan institusi yang diserang hacker berasal dari AS.

Wakil Menteri Pertahanan AS William Lynn belum lama ini mengakui, serangan hacker ke Pentagon, berhasil mencuri 24.000 dokumen yang sensitif. Lynn mengatakan, "Sebagian data yang dicuri tidak penting, tapi kebanyakan adalah data sistem yang sensitif.”

Mengalahkan pesaing

Sebelum McAfee mempublikasikan hasil pengusutannya, perusahaan mesin pencari terbesar, Google, pada tahun 2010 lalu sudah mengakui menjadi korban serangan hacker dari Cina, yang berhasil mencuri sejumlah kode rahasia penting. Google ketika itu juga menyebutkan, lebih dari 20 perusahaan terkemuka menjadi korban serangan hacker serupa.

Wakil direktur McAfee untuk riset ancaman cyber, Dmitri Alperovitch, dalam laporannya menulis, mereka juga terkejut dengan keragaman korban serangannya. Apa yang terjadi dengan data yang dicuri, hingga kini masih menjadi tanda tanya besar. Akan tetapi, diperkirakan, hanya fraksi kecil dari data yang dicuri itu saja, sudah mencukupi untuk mengalahkan pesaing. Kerugian ekonominya amat besar. Para pakar ekonomi memperkirakan, kerugian akibat pencurian kekayaan intelektual dan informasi, setiap tahunnya mencapai antara enam hingga 20 milyar Dolar AS.

Tudingan mengarah ke Cina

Perusahaan keamanan komputer McAfee mengetahui dilancarkannya serangan hacker sejak bulan Maret lalu. Para periset McAfee menemukan sebuah log mencurigakan, ketika sedang melakukan pelacakan serangan hacker tahun 2009 yang berhasil membobol kode keamanan sejumlah perusahaan persenjataan.

Sejak lama perusahaan keamanan komputer itu mengetahui, pasti ada minimal sebuah server komputer di sebuah negara Barat, yang terus menerus menyebarkan software pembajak. Baru beberapa bulan lalu diketahui, para hacker itu melakukan kesalahan pemrograman, dimana server komputer yang mereka kendalikan sejak tahun 2006, menyimpan memorynya pada sebuah data protokol.

Dari situ diketahui, sejumlah serangan dilancarkan selama berbulan-bulan. Yang paling lama adalah serangan hacker dari sebuah negara di Asia terhadap Komite Olympiade Internasional, yang berlangsung 28 bulan. Perusahaan dan lembaga pemerintahan bahkan mengalami serangan pencurian data itu setiap hari. Alperovitch mengatakan, serangan hacker itu, merupakan yang terbesar dalam sejarah terminologi hak milik intelektual.

Tudingan kini semakin mengerucut ke Cina. Pasalnya lembaga-lembaga atau pemerintah yang diserang, langsung berkaitan dengan kepentingan Cina. Pakar keamanan Cyber dari pusat untuk strategi dan kajian internasional CSIS, Jim Lewis, juga mengatakan, semua bukti yang dikumpulkan kini semakin mengarah ke Cina.

Agus Setiawan/dapd/afp/rtr/dpa

Editor : Anggatira Gollmer