1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Haluan Politik Denmark Berubah

16 September 2011

Denmark memilih perubahan. Sepuluh tahun masa pemerintahan kanan liberal yang direstui populis kanan telah berakhir. Selain itu, untuk pertama kalinya Denmark dipimpin oleh seorang perempuan.

https://p.dw.com/p/12aXE
Ketua Partai Buruh Denmark Helle Thorning-Schmidt (EPA/ERIK REFNER)
Ketua Partai Buruh Denmark Helle Thorning-SchmidtFoto: picture alliance/dpa

Partai Rakyat Denmark (DVP) yang skeptis terhadap Uni Eropa dan anti orang asing kehilangan banyak suara dalam pemilihan umum yang digelar Kamis (15/09). Dengan begitu, kubu oposisi Sosial Demokrat unggul. Namun meskipun menang, ini merupakan hasil terburuk yang dicapai Sosial Demokrat dalam lebih seabad ini, dan aliansi sosialis dan sosial liberal juga menjejakkan kakinya pada pondasi yang lemah.

Suasana Vega, klub malam di daerah Vesterbro, ibukota Kopenhagen, sangat meriah. "Kita mengukir sejarah," kata calon perdana menteri Helle Thorning-Schmidt tak lama setelah tengah malam, Jumat (16/09). Seruan politisi perempuan itu disambut sorak sorai. Maksudnya terutama bukan kenyataan bahwa politisi berusia 44 tahun ini menjadi perempuan pertama yang memimpin pemerintah Denmark, melainkan kemenangan Sosial Demokrat kali ini mengakhiri era pemerintahan kanan liberal.

"Kita telah membuat perubahan," katanya setelah hasil pemungutan suara diumumkan. Bagi Denmark, hasil pemilu kali ini dianggap bersejarah karena agenda politik di negara itu tidak lagi ditentukan oleh kaum populis kanan.

Tamparan Bagi Populis Kanan

Hasil pemilihan parlemen di Denmark juga menenangkan bagi Uni Eropa. Sebabnya, pengaruh besar DVP berulang kali meresahkan di Brussel. Untuk pertama kalinya dalam 16 tahun ini DVP menderita kekalahan. "Kami akan menjadi oposisi dan berusaha terus aktif dalam politik," ujar pemimpin DVP Pia Kjærsgaard yang tahu betul partainya bisa mengandalkan pemilih setianya.

PM Denmark Lars Loekke Rasmussen harus mengakui kekalahannya dalam pemilu kali ini. (AP/Photo/Peter Hove Olesen/POLFOTO )
PM Denmark Lars Loekke Rasmussen harus mengakui kekalahannya dalam pemilu kali ini.Foto: AP/dapd

Resminya kaum populis kanan tidak terlibat dalam pemerintahan. Namun sejak 2001 koalisi konservatif liberal mendukung perdana menteri saat itu Anders Fogh Rasmussen dan penerusnya Lars Løkke Rasmussen. Posisi nyaman mereka memungkinkan populis kanan menjadi pemerintah dan oposisi sekaligus, dan mereka mendesak koalisi untuk mengetatkan peraturan keimigrasian. Keputusan mengenai pos pemeriksaan di perbatasan Jerman-Denmark yang dikeluarkan bulan Mei lalu merupakan imbalan karena partai berhaluan kanan itu menyetujui rencana pemerintah memotong dana pensiun dini.

Kemenangan Lemah Sosial Demokrat

Mengakhiri era pemerintahan konservatif merupakan tujuan utama aliansi Partai Rakyat Sosialis, Sosialis Liberal dan Sosial Demokrat pimpinan Thorning Schmidt. Mereka berhasil mencapai pergantian kekuasaan di Kopenhagen. Walaupun kemenangan mereka bercampur dengan keraguan apakah dalam empat tahun ke depan bisa menjalankan politiknya tanpa pengaruh oposisi.

Hal ini tidak hanya disebabkan kemenangan tipis yang dicapai Partai Sosial Demokrat, yang cuma meraih 25,5% suara. Hasil itu merupakan yang terburuk yang pernah dicapai mereka sejak 1906. Helle Thorning-Schmidt harus berkompromi dengan mitra koalisinya.

Sejak kampanye pemilu, masalah ekonomi mendominasi dan itulah yang menjadi titik perhatian Partai Radikale Venstre (RV) yang berhaluan kiri liberal. Partai Sosial Demokrat dengan begitu memiliki mitra koalisi yang percaya diri. Partai RV lebih memilih penghematan ketimbang dengan investasi  dan program ekonomi dalam merangsang pertumbuhan ekonomi Denmark yang loyo. Dalam hal itu kubu oposisi yang konservatif sependapat. Pemimpin Aliansi Sosialis, Johanne Schmidt-Nielsen, pada malam pemungutan suara memperingatkan Sosialis Liberal untuk tidak memberikan veto dalam hal kebijakan ekonomi.

Pandangan Baru terhadap Eropa

Warga Denmark keluar dari bilik suara di dekat Balai Kota Kopenhagen, Kamis (15/09).(EPA/LISELOTTE SABROE)
Warga Denmark keluar dari bilik suara di dekat Balai Kota Kopenhagen, Kamis (15/09).Foto: picture alliance/dpa

Satu hal yang pasti, "Kami ingin membunyikan nada baru," kata Thorning-Schmidt ketika menyinggung tampilnya negara mereka di panggung Eropa. Sebelumnya pemerintahan kanan liberal Denmark yang suka mengambil langkah sendiri, kerap mengesalkan mitra dan negara tetangganya di Uni Eropa. Sekarang direncanakan, dua dari tiga keberatan Denmark terhadap Uni Eropa akan dipetieskan dengan referendum. Keberatan itu antara lain mengenai kerja sama di bidang keamanan, kehakiman, dan politik dalam negeri.

Pemberlakuan mata uang Euro di Denmark tidak akan dipermasalahkan. Para politisi terkemuka lintas partai Denmark juga menyepakatinya. Mereka tahu, warga memandang skeptis mata uang bersama. Kalau pun digelar referendum mengenainya, dipastikan akan gagal.

Lars Løkke Rasmussen dari Partai Liberal Venstre, yang kalah dalam pemilu, pernah menjadikan partainya kekuatan terbesar di parlemen. Dengan kesadaran ini ia akan turun dari kursi perdana menteri dengan kepala tegak, dan mengambil alih peran sebagai pemimpin oposisi. Tapi tidak untuk waktu lama, dan ia yakin akan hal itu. "Besok kita menyerahkan kunci kantor pemerintahan kepada Sosial Demokrat," kata Rasmussen kepada pendukungnya. "Namun hati-hati Helle, kunci itu hanya dipinjam dari kami."

Elmar Jung/Luky Setyarini

Editor: Marjory Linardy