1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

HAM Tidak Dikenal di Korut dan Selalu Dilanggar

10 Desember 2009

Rejim Korea Utara menutup negara dari dunia luar, sehingga sangat sulit menilai keadaan hak asasi di negara itu. Sementara laporan utusan khusus PBB untuk HAM selalu menakutkan. Jutaan orang dilaporkan kelaparan.

https://p.dw.com/p/KzGp
Penghormatan rakyat Korut di depan patung bapak negara Kim Il Sung di Pyongyang.Foto: AP

Kim Eun-hye memiliki semangat hidup yang tidak dapat dipatahkan. Perempuan asal Korea Utara yang berusia 49 tahun ini pernah mendekam di penjara negaranya selama empat tahun. Saat ditahan ia mengalami penganiayaan dan penyiksaan. Dan itu harus ditanggungnya karena ia pergi ke Cina agar dapat memberi makan tiga anaknya.

Menghianati Negara

Soldat in Nordkorea nach Konflikt mit südkoreanischem Schiff
Penjaga perbatasan Korut mengamati perbatasan lewat teropong.Foto: AP

Warga negara komunis Korea Utara yang tertangkap saat meninggalkan negara tanpa ijin dianggap menghianati negara dan dijatuhi hukuman paling berat. Itulah yang menimpa Kim Eun-hye tahun 2004. Setelah dibebaskan dari penjara, ia berhasil melarikan diri ke Korea Selatan. Secara fisik, perempuan itu ibaratnya kapal rusak. Tetapi secara psikis perempuan itu bertahan, walaupun penderitaannya sangat besar.

Ia bercerita, "Jika saya ingat kembali masa-masa di penjara, saya pasti marah besar. Jadi saya berusaha untuk tidak memikirkannya. Yang paling berat adalah tahun pertama di tahanan pemeriksaan. Saya dimasukkan sel untuk satu orang. Tiap hari mereka memukuli saya. Salah satu telinga saya masih sakit, demikian halnya tulang-tulang rusuk saya. Keadaan kesehatan saya sangat buruk."

Penjara Mengerikan

Nordkorea Kim Jong Il mit Flagge
Gambar simbol. Presiden Korut Kim Jong Il dan bendera negara ituFoto: AP Graphics

Di penjara yang ada di provinsi Pyongan selatan, Kim Eun-hye selama tiga tahun tinggal bersama sekitar 40 perempuan lainnya di sebuah sel. Di musim dingin tidak ada pemanas dan ia tidak diberi selimut. Jika hujan, sel dipenuhi air. Pagi dan siang hari mereka harus bekerja keras di ladang dan sawah milik penjara. Tiap bulannya dua sampai tiga tahanan perempuan meninggal. Demikian cerita Kim Eun-hye di depan forum HAM di Jenewa.

Kim Eun-hye bertutur, "Semua itu sulit ditanggung. Tetapi yang paling berat adalah kurangnya makanan. Kami lemah karena tidak makan cukup. Karena putus asa kami memakan apapun yang kami temukan. Belalang, kodok, biji-bijian dari sawah."

Perdagangan Perempuan

Symbolbild Kinder Essen Hunger Armut Asien Nordkorea Flash-Galerie
Anak-anak Korut makan bersama di tempat penitipan anak milik negara.Foto: picture-alliance/ dpa/dpaweb

Seperti halnya puluhan bahkan ratusan ribu warga Korea Utara lainnya, Kim Eun-hye ingin mencari nafkah di negara tetangga, Cina. Di Cina timur laut perempuan Korea Utara yang bekerja dan tinggal secara ilegal disukai para petani sebagai pekerja murah. Perdagangan perempuan antara Korea Utara dan Cina sering terjadi. Demikian dikatakan Kate Nielsen dari organisasi HAM Jepang, “Life Funds for North Korean Refugees”.

Korea Utara adalah negara yang tertutup. Menurut Kate Nielsen, ribuan pengungsi seperti halnya Kim Eun-hye memberikan organisasinya informasi berharga melalui penuturan mereka. Bagi pemerintah di Pyongyang, cerita mereka adalah tuduhan kejam. Duta Besar Korea Utara di PBB, Ri Tcheul menyatakan di depan Dewan Hak Asasi, bahwa Republik Demokrasi Korea sangat memperhatikan hak asasi di segala bidang dan mematuhi kesepakatan hak asasi internasional.

Mungkin di Korea Utara masih ada orang yang percaya dengan kata-kata itu. Organisasi hak asasi internasional memperkirakan, pengetahuan tentang hak asasi dan kesadaran akan adanya hukum tidak tertanam dalam masyarakat Korea Utara.

Claudia Witte / Marjory Linardy

Editor: Hendra Pasuhuk