Harapan Baru Perdamaian di Kolumbia
30 Agustus 2012Presiden Kolumbia Juan-Manuel Santos punya target besar. Sejak memasuki jabatannya dua tahun lalu, ia menjanjikan warga Kolumbia kesejahteraan dan perdamaian. "Kolumbia tanpa gerilyawan itu mungkin. Kami akan membuktikannya."
Janji tersebut sudah pernah dilontarkan beberapa presiden sebelum Santos. Tapi sementara kepala negara Kolumbia pergi silih berganti, lawan mereka tetap. Yakni kelompok marxis-leninis FARC (Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia) dan kelompok lebih kecil Pasukan Pembebasan Nasional ELN. Sejak lebih dari 40 tahun gerakan gerilyawan tertua Amerika Selatan berjuang melawan negara Kolumbia. Konflik yang sudah meminta ratusan ribu korban.
Dari Simpati Menjadi Antipati
Gerakan gerilya Kolumbia itu muncul pertengahan tahun 1960-an dengan tujuan memperjuangkan reformasi pertanian dan pembagian kesejahteraan secara lebih adil. Tuntutan itu di kalangan penduduk yang miskin mendapat simpati, karena Kolumbia termasuk negara di dunia yang pembagian pendapatannya paling tidak merata.
Meskipun demikian, sekarang hampir tidak ada warga Kolumbia yang menunjukkan pengertian terhadap gerilyawan. Terlalu besar korban darah yang harus dibayar penduduk dalam beberapa dekade terakhir. Penculikan, pemerasan, serangan-serangan bom, pembunuhan massal dan perekrutan paksa anak-anak di bawah umur. Metode yang digunakan FARC dan ELN membuat orang marah terhadap mereka.
Berdagang Obat Bius
Selain itu gerakan yang menamakan dirinya militer pembebasan, sejak beberapa tahun terlibat dalam perdagangan obat bius besar-besaran. Kawasan-kawasan yang dikuasai FARC dan ELN mengalami booming marihuana dan opium. Organisasi gerilya melindungi laboratorium milik para mafia obat bius.
Itu adalah salah satu halangan utama untuk peluang proses perdamaian. Masih diragukan apakah FARC dan ELN benar-benar bersedia mengesampingkan pendapatan ilegalnya itu. Selain itu Ariel Àvila, peneliti perdamaian pada Institut Nuevo Arco Iris menjelaskan, banyak komandan gerakan gerilya yang terancam diekstradisi ke Amerika Serikat. „Harus ada kesepakatan dengan masyarakat internasional, yang menghindari upaya ekstradisi terkait perdagangan obat bius atau kejahatan pelanggaran kemanusiaan.“
Mitra Bicara yang Melemah
Jadi mengapa kini gerilyawan mau berunding? Salah satu alasannya mungkin terletak pada kelemahannya. Walaupun FARC dan ELN masih tetap hadir di sejumlah kawasan negara itu, pengikutnya jauh berkurang dibanding dulu. Menurut keterangan militer Kolumbia, saat ini FARC memiliki sekitar 8000 pejuang. Beberapa tahun lalu jumlah itu masih sekitar 18 ribu orang. Sementara pada ELN kekuatannya berkisar 3000. Pada beberapa tahun terakhir pasukan Kolumbia menewaskan banyak tokoh penting gerilya.
Sudah pernah sekali gerakan gerilya memanfaatkan pembicaraan perdamaian untuk mengumpulkan kekuatan dan menata ulang organisasi. Tahun 1998 atas perintah presiden Kolumbia saat itu Andrés Pastrana, militer mengosongkan kawasan yang luasnya kira-kira sebesar Swiss di selatan Kolumbia. Tapi tempat perundingan di Caguan hanya menjadi ajang pertunjukan dan pembicaraan itu menjadi bulan-bulanan. Pimpinan gerilya menampilkan dirinya kepada dunia dalam seragam loreng dan bersenjata kalasnikov. Mereka tidak mau menyerahkan senjata ataupun menghentikan penculikan dan penyerangan. Perundingan tersebut akhirnya gagal awal tahun 2002, di saat situasi keamanan di negara itu semakin memburuk. Selanjutnya kebanyakan warga Kolumbia tidak peduli lagi tentang perundingan perdamaian.
Antara Harapan dan Skeptis
Presiden Kolumbia saat ini Juan Manuel Santos, seperti juga pendahulunya Alvaro Uribe, mengandalkan kekuatan militer. Sekaligus ia tidak pernah menutup kemungkinan mendekati FARC dan ELN. Santos selama ini hanya menyebut-nyebut tentang perundingan awal. Rincian tentang isi perundingan tersebut tidak ia sampaikan. Menurut keterangan media, perundingan perdamaian sebenarnya akan berlangsung 5 Oktober mendatang di ibukota Oslo, Norwegia untuk kemudian dilanjutkan di Kuba. Selama ini hanya FARC yang ikut ambil bagian. Tapi sementara ini kelompok gerilya lebih kecil ELN, sudah menyatakan kesediaannya.
Banyak pengamat menyambut gagasan pemerintah Kolumbia. Minat semua partai yang berkonflik pada perundingan itu saja, sudah merupakan keberhasilan. Kata Carlos Gaviria Diaz, mantan anggota hakim mahkamah konstitusi. Tapi ada juga suara-suara skeptis, misalnya dari Jaime Jaramillo. “Selama ini FARC tidak benar-benar menunjukkan keinginan perdamaian. Kami perlu gencatan senjata, para pejuang harus menyerahkan senjatanya dan didemobilisasi. Kami sudah jenuh dengan perundingan perdamaian terus-menerus, yang tidak memberikan kami perdamaian.”