1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Harga Naik, Eksistensi Perusahaan Terancam

13 Juni 2011

Harga pangan dan energi terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir di seluruh penjuru dunia. Laju inflasi di zona Euro bulan Mei lalu mencapai 2,7 persen, jauh diatas target Bank Sentral Eropa yakni 2 persen.

https://p.dw.com/p/11ZAR
Foto: Fotolia/fotografiche.eu

Perusahaan-perusahaan Eropa merasa terbebani dengan biaya produksi yang terus naik, yang juga diikuti dengan naiknya harga barang jadi. Sesuatu yang sudah tidak dapat dihindari lagi karena harga pangan dan energi dunia juga terus bergerak naik. Laju inflasi di zona Euro mencapai 2,7 persen di bulan Mei.

Permintaan naik, harga naik

Perekonomian sedang booming. Di skala global, tingkat permintaan atas bahan mentah meningkat. Banyaknya permintaan terhadap minyak bumi, tembaga dan kapas berarti naiknya harga. Hukum ekonomi sederhana, permintaan naik harga naik. Namun ternyata tidak bagi semua perusahaan. Setelah 20 tahun mengalami harga yang relatif stabil, Georg Tacke dari perusahaan konsultan Simon Kucher & Partners di Bonn menilai banyak perusahaan yang sudah lupa caranya mengatasi kenaikan harga. Tentunya ini berbahaya bagi eksistensi mereka.

"Selama ini laju inflasi antara nol hingga 2 persen. Pada saat yang bersamaan, perusahaan-perusahaan meningkatkan produktivitas. Dan berdasarkan kenaikan produktivitas ini, kenaikan harga yang hanya sedikit tidak mereka bebankan kepada pasar, karena mula-mula dari segi biaya mereka tidak memiliki tekanan. Dan kalau harus dibebankan ke pasar tentu ada kekhawatiran kehilangan konsumen. Dulu masih mungkin untuk menutupi peningkatan biaya produksi dengan peningkatan produktivitas. Sekarang sudah tidak mungkin," ujar Tacke.

Geld Essen Besteck Mahlzeit
Foto: fotolia

Mengakali naik harga melalui kemasan

Tacke menambahkan, kebijakan terbaik bagi konsumen pada akhirnya adalah mendatangi toko diskon, atau menunggu penawaran diskon berikutnya. "Anda tahu dari belanja sehari-hari kalau harga naik turun. Mengakalinya bisa dari kemasan. Ini tidak beda dengan kenaikan harga. Perusahaan harus memutuskan kenaikan harga jenis apa yang ingin dibebankan kepada konsumen. Banyak yang mempertahankan harga ambang di 7,99 atau 9,99 euro, sekedar mengubah ukuran kemasan. Ini pendekatan yang masuk akal. Dan ini strategi yang harus dipertimbangkan," jelas Tacke.

Sebenarnya yang lebih rumit menurut Tacke, terutama jika produk yang dijual digunakan oleh industri yang berbeda-beda. Seperti ampelas contohnya, yang digunakan baik penyuplai industri otomotif maupun perusahaan-perusahaan pengolah kayu. "Kalau yang dijual ampelas yang digunakan 30 industri yang berbeda dengan cara penggunaan yang berbeda-beda pula, karena harus melayani segmen yang spesifik, maka harus dipertimbangkan dari industri mana bisa didapatkan untung lebih, atau di industri mana yang harganya harus diturunkan."

Naik harga wujud kompromi dengan konsumen

Agar tidak membebani konsumen, terlebih-lebih kehilangan konsumen, Georg Tacke mengusulkan banyak cara lainnya untuk menaikkan harga. Meskipun ia mengakui, pada akhirnya banyak perusahaan yang berkompromi dan hanya menaikkan harga, setengah dari kenaikan yang seharusnya. "Banyak cara yang bisa ditempuh untuk menaikkan harga. Contohnya, dengan memberi diskon lebih besar, atau mengubah periode pembayaran. Memberitahu kepada konsumen kalau harga akan naik sebesar 5 persen. Konsumen mungkin saja bilang tak masalah, asal periode pembayaran dari 30 hari bisa mundur menjadi 90 hari. Semacam memberi insentif kepada konsumen sehingga kenaikan harga tidak terasa terlalu berat," ungkap Tacke.

Saat ini, peningkatan harga banyak terjadi pada barang-barang komoditas. Yang tentunya mendorong banyak perusahaan menghitung ulang biaya produksi. "Harga kapas naik dalam jangka waktu yang sangat singkat. Sepasang celana jeans di toko diskon Aldi tidak mungkin lagi dijual dengan harga 10 Euro. Karena kemasan tidak bisa diakali, kedepannya akan ditawarkan seharga 13, 14, 15 Euro. Baja, minyak bumi, dan produk-produk bidang energi mengalami peningkatan antara 10 hingga lebih dari 100 persen."

Inflasi berpengaruh besar bagi perusahaan

Kenaikan harga minyak bumi, kapas dan tembaga bukan hanya akan berpengaruh besar terhadap industri. Karena pada intinya akan tetap mendorong tingginya laju inflasi. Kembali Georg Tacke menjelaskan, "Bukan hanya bahan mentah yang harus dipikirkan. Namun fakta bahwa inflasi adalah inflasi. Meski sebuah perusahaan tidak harus menaikkan harga secara drastis, tetap harus mempertimbangkan reaksi terhadap inflasi."

Jika inflasi berlangsung untuk waktu yang lama, tentu akan ada dampak putaran kedua yang tidak dapat dihindari. Ini berarti, harga-harga komoditas akan terus tinggi juga diikuti tingkat upah yang terus meningkat di Jerman, berpotensi untuk mendorong sejumlah perusahaan mengalami tekanan inflasi hingga ke titik yang membahayakan.

Monika Lohmüller/Carissa Paramita

Editor: Dyan Kostermans