1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Harga Sebuah Kepedulian Sipil

Rainer Traube (vlz/as)8 Januari 2015

Apakah satir benar-benar boleh melakukan segalanya? Dimana kebebasan berhenti jika hal itu menyangkut agama? Pertanyaan menyeruak setelah serangan teror terhadap majalah Charlie Hebdo. Komentar Rainer Traube.

https://p.dw.com/p/1EGcf
Paris Anschlag auf Charlie Hebdo (Bildergalerie) Gedenken
Foto: DW/A. Mohtadi

Pertanyaan sebetulnya itu keliru. Kutipan dari pernyataan Tucholsky: "Satir punya sebuah batasan, ke atas". Paling tidak batasan ini terlampaui setelah sengketa gara-gara karikatur Nabi Muhammad. Satu dekade lamanya kita punya waktu untuk membolak-balik, memutar, menjauhi atau mempertimbangkan setiap argumen.

Semua ini tidak lagi memainkan peranan, apakah redaktur Charlie Hebdo dengan artikel dan karikaturnya sekali-sekali melawati batasan yang ada. Pembantaian di Paris telah mengubah perspektif. Terlalu lama kita bersembunyi di balik diskusi: "dimana batasan seni" dan meredam pertanyaan yang sebenarnya. Yakni: apakah kita siap membayar ongkos dari kebebasan?

Para redaktur Charlie Hebdo yang dibunuh di Paris memiliki keberanian luar biasa untuk melawan segala ancaman dan tekanan, dan terus melakukan pekerjaannya. Mereka membuat para politisi Perancis jengkel, menerima kritikan dari rekan seprofesi serta hidup dalam ancaman pembunuhan.

Sekarang kita tahu, ongkos untuk kepedulian sipil ini. Kini muncul pertanyaan berikutnya. Jika sosok pembunuh dari kelompok fanatik bisa menyerbu hingga ke ruang redaksi, siapa yang melindungi orang-orang yang berani ini? Apakah masih tersisa orang yang berani?

Rainer Traube
Rainer Traube redaktur DW.Foto: Privat

Paling tidak setelah serangan teror Paris, sejumlah redaksi koran dan majalah memutuskan, mengaburkan atau menutup foto-foto dan artikel Charlie Hebdo hingga tidak bisa dikenali lagi. Sebagai antisipasi. Kita tidak bisa menutupi, rasa takut sudah merasuki redaksi media.

Tapi di sisi lain juga terjadi hal yang istimewa. Sesaat setelah aksi pembantaian di Paris, jutaan orang di seluruh dunia menunjukkan solidaritas dengan Charlie Hebdo. Dengan hashtag: #JeSuisCharlie mereka menunjukkan, setiap orang adalah Charlie. Para jurnalis, para seniman dan warga biasa mengutarakan sikapnya secara terbuka. Sebuah teriakan kencang kolektif digital yang dari menit ke menit makin lantang.

Kita semua perlu aksi semacam itu untuk melawan kehilangan semangat dan keputus asaan. Dengan itu, minimal pendapat orang lain yang terkadang keras, tidak kehilangan arti. Kita bisa mengatakan: "Saya tidak suka dengan pendapat Anda, tapi saya membela dengan segala cara hak Anda untuk mengeluarkan pendapat."