1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Harus Dikemanakan Rongsokan Barang Elektronik?

12 Maret 2010

Barang elektronik jika dibuang begitu saja ke tempat sampah akan mencemari lingkungan dengan racun berbahaya. Jika didaur ulang dengan benar, bisa menjadi pemasok bahan baku ramah lingkungan.

https://p.dw.com/p/MQzx
Timbunan sampah alat-alat elektronik di UgandaFoto: Simone Schlindwein

Tahun 2008 di dunia terjual sekitar 1,2 milyar handphone dan hampir 300 juta komputer. Sementara masa pakai peralatan tersebut semakin singkat. Selalu muncul model yang lebih baru, lebih cepat lebih baik di pasar elektronik. Penawarannya di pasar sangat besar dan pelanggan selalu dipacu untuk membeli model yang paling mutakhir agar dapat bekerja lebih baik, atau seperti yang selalu ditonjolkan dalam strategi pemasaran, agar tidak ketinggalan mode di lingkungan rekan sekerja atau di lingkungan teman-temannya. Tapi jika jika handphone setelah satu setengah tahun dipandang sudah usang, harus dikemanakan barang-barang bekas itu? Karena alat elektronik semacam itu mengandung banyak campuran material. Dijelaskan Steffen Holzmann, pimpinan proyek untuk Eco-IT pada badan bantuan lingkungan Jerman

„Alat seperti handphone terdiri dari campuran material. Tentu saja apa yang langsung dapat kita lihat jika kita mengoperasikan alat itu salah satunya adalah akku, dan kemasan handphone dari plastik yang berupa campuran berbagai plastik, banyak sekali komponen elektronik kecil yang terdiri dari beragam material yang sangat berharga seperti tembaga, emas tapi juga logam-logam yang sangat langka. Seperti iridium atau kobalt.“

Di Jerman organisasi bantuan lingkungan Jerman bersama dengan perusahaan telekomunikasi Jerman T-Mobile sejak delapan tahun lalu sudah memulai aksi pengumpulan handphone bekas. Handphone-handphone ini dapat dikirim secara gratis untuk kemudian didaur ulang secara benar. Aksi daur ulang amat menguntungkan karena dapat menghemat bahan baku yang mahal harganya, kebanyakan ditambang dalam persyaratan yang buruk di negara-negara berkembang. Dalam handphone biasa misalnya banyak terkandung logam mulia

„bahwa dengan bahan baku dari daur ulang, orang benar-benar dapat menghemat penambangannya. Juga unsur seperti coltan atau iridium, cadangannya amat terbatas di alam, oleh sebab itu kami berusaha menutup siklus bahan baku untuk tetap dapat memenuhi permintaan pasar. Dan itu adalah unsur-unsur yang tidak mungkin dibuat menjadi produk sekali pakai."

Demikian dijelaskan Steffen Holzmann. Misalnya tembaga yang terkandung di dalam semua alat elektronik. Untuk memperoleh satu ton tembaga dari tambang tembaga, harus diolah 1000 ton batuan. Satu ton tembaga ini, sekarang terkandung dalam 14 ton rongsokan elektronik, yang dapat diperoleh kembali dengan proses daur ulang.

Juga di Swedia sejak beberapa tahun berlangsung proyek daur ulang untuk handphone-handphone dan komputer-komputer bekas. Dalam satu ton handphone yang dibuang terkandung sekitar satu kilogram perak dan 300 gram emas. Ini menurut perhitungan organisasi „Sampah Swedia“. Jan-Olof Ereksson adalah direktur dari El-Kretsen, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengumpulan kembali alat-alat elektronik bekas atas pesanan produsen, untuk membuatnya kembali menjadi berguna

„Telefon seluler memiliki teknik yang sangat kompleks, karena berfungsi untuk mengirimkan sinyal. Banyak terkandung logam-logam mulia di dalamnya. Timbunan emas dan perak di kota sudah menggeser penambangannya. Dengan cara ini sumber-sumber daya yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan lebih baik, karena unsur-unsur tersebut dapat didaur ulang beberapa kali.“

Hal itu tidak hanya menyangkut pemanfaatan kembali bahan bakunya, melainkan terutama juga untuk memusnahkan alat-alat elektronik bekas dengan cara yang ramah lingkungan. Uganda baru-baru ini mengeluarkan larangan ekspor komputer bekas, karena masalah pembuangannya terlalu besar. Di Uganda misalnya, hingga kini tidak ada sistim daur ulang. Di pinggir kota Kampala sampah rumah tangga, sampah elektronik dan sampah kimia, ditimbun begitu saja. Badan lingkungan Uganda secara teratur melakukan uji kualitas air, untuk menegaskan terjadinya pencemaran limbah. Tapi mereka tidak dapat bertindak karena tidak memiliki sistem pemisahan sampah dan daur ulang.

Ketika negara-negara industri semakin gencar mendaur ulang sampah-sampah barang elektronik, yang juga disadari merupakan bisnis yang menguntungkan, hanya sedikit negara-negara berkembang yang memiliki teknologi dan infrastruktur untuk paling tidak, memusnahkan rongsokan elektronik yang semakin bertambah itu secara ramah lingkungan. Banyak logam berat yang terkandung antara lain di dalam akku, diketahui sebagai pemicu sel kanker. Logam berat lainnya mencemari air tanah, tanah dan udara.

Sampai tahun 2020 jumlah sampah elektronik di India akan bertambah lima kali lipat, di Afrika Selatan dan Cina, dua kali lipat sampai empat kali lipat. Sekarang saja di Cina setiap tahun diproduksi 2,3 juta ton sampah elektronik. Jumlah ini hanya disaingi Amerika Serikat.

Oleh sebab itu banyak organisasi lingkungan, mendesak produsen peralatan elektronik itu untuk memberikan jaminan penerimaan kembali dan daur ulang. Namun tindakan yang paling praktis adalah mencegah timbulnya sampah. Hal yang dapat dilakukan semua orang, ditekankan Steffen Holzmann dari Badan bantuan lingkungan Jerman

„Jika handphone benar-benar masih dapat berfungsi, jika dapat kembali dipasarkan, itu berarti bahwa handphone itu masih dapat dijual di pasar kedua atau ketiga, kemudian alat-alat ini juga akan dibawa ke pasar kedua atau ketiga. Latar belakangnya adalah memprioritaskan pemanfaatan penggunaan kembali, dibanding proses daur ulang.“

Dijelaskan Holzmann lebih lanjut, maksudnya adalah jika suatu alat dapat dipergunakan lebih lama, pada prinsipnya kita menghemat produksi alat-alat baru, dan neraca energi dan bahan mentah tentu saja jauh lebih baik, daripada mendaur ulang untuk memperoleh kembali sebagian besar bahan dasarnya. Tentu saja tidak mungkin memperoleh kembali 100 persen bahan dasar tersebut, dan dengan ongkos energi yang jauh lebih besar, memproduksi alat elektronik baru.

Setiap orang dapat mempertimbangkan apakah ia setiap satu sampai satu setengah tahun misalnya, benar-benar harus membeli handphone atau komputer yang baru.

Helle Jeppesen/Dyan Kostermans

Editor: Agus Setiawan