1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hasil Pembicaraan Kuartet Timur Tengah di Moskow

19 Maret 2010

Kuartet Timur Tengah Jumat, 19/03 di Moskow cari jalan agar Israel dan Palestina kembali melakukan perundingan. Perembukan itu dibayangi sengketa seputar rencana permukiman Yahudi dan kekerasan baru di wilayah itu.

https://p.dw.com/p/MXvz
Wakil-Wakil Kuartet Timur Tengah di MoskowFoto: AP

Para anggota yang disebut Kuartet Timur Tengah, terdiri dari PBB, Uni Eropa, Rusia dan Amerika Serikat telah menyimpulkan situasi Timur Tengah saat ini sebelum pembicaraan di Moskow dimulai.

Perembukan di Moskow itu telah dihadiri Menteri Luar Negeri Rusia Sergej Lavrov, utusan khusus untuk Timur Tengah Tony Blair, Sekretaris Jendral PBB Ban Ki Moon, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton dan Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk urusan luar negeri Catherine Ashton.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon mendapat prioritas untuk menyampaikan hasil pembicaraan Kuartet Timur Tengah kepada pers. Kuartet ini mendesak Israel dan Palestina untuk secepat mungkin melakukan perundingan dan menyerukan kepada otoritas Palestina untuk membenahi masalah-masalah di wilayah mereka. Ban Ki Moon: "Kuartet Timur Tengah mengimbau otoritas Palestina untuk melanjutkan setiap upaya meningkatkan hukum dan keamanan, memerangi ekstemisme dan mengakhiri hasutan yang memicu kekerasan. Kuartet ini menegaskan perlunya untuk membantu otoritas Palestina dalam upayanya membangun kapasitas pelaksanaan hukumnya."

Ban Ki-moon Medwedew Moskau
Sekjen PBB Ban Ki-moon (kiri) dan Presiden Rusia Dmitry MedvedevFoto: AP

Ban Ki Moon juga mengutarakan, Kuartet Timur tengah percaya bahwa perundingan-perundingan dalam waktu 24 bulan ke depan dapat membuahkan kesepakatan yang akan mengakhiri pendudukan Israel yang dimulai tahun 1967.

Ban: Isu Yerusalem harus diselesaikan bersama

Seperti yang telah diperkirakan sebelumnya, atas nama Kuartet Ban Ki-Moon menuntut Israel untuk menghentikan aktivitas pembangunan permukimannya. Dalam sebuah pernyataan Ban mencela rencana pembangunan 1.600 unit apartemen di bagian timur kota Yerusalem dan menekankan bahwa status Yerusalem tidak ditentukan sendiri oleh Israel: "Mengingat bahwa pendudukan Yerusalem timur tidak diakui oleh masyarakat internasional, Kuartet menggarisbawahi, status Yerusalem adalah sebuah isu permanen yang harus diselesaikan melalui perundingan antara semua pihak terkait. Kuartet mencela keputusan pemerintah Israel untuk melanjutkan rencana berkaitan dengan permukiman di Yerusalem timur. Kuartet kembali menegaskan tekadnya untuk mengamati secara ketat perkembangan di Yerusalem dan tetap mempertimbangkan langkah selanjutnya yang diperlukan untuk menghadapi situasi setempat."

Sementara itu Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton kembali menegaskan bahwa jalan menuju perdamaian yang langgeng di Timur Tengah hanya dapat dicapai melalui perundingan. Utusan khusus AS bagi Timur Tengah, George Mitchell akan mengunjungi Israel dan wilayah Palestina pada hari-hari mendatang untuk mempersiapkan pembicaraan semacam itu. Kuartet juga sepakat dalam hal menyangkut kritik terhadap Palestina. Terutama serangan-serangan roketnya yang ditembakkan dari Jalur Gaza harus dihentikan. Clinton: "Kami mengharapkan dari kedua pihak bahwa mereka mengupayakan pembicaraan pendekatan. Kami ingin membantu menciptakan situasi di mana pembicaraan semacam itu dapat berjalan konstruktif."

US-Außenministerin Clinton zu Gesprächen in Moskau
Menlu AS Hillary Clinton (tengah)Foto: picture alliance/dpa

Kuartet Timur Tengah akan kerahkan semua sarana untuk pelaksanaan perundingan

Tetapi pernyataan Kuartet Timur Tengah itu tidak menjelaskan rencana apa yang ada bila Israel dan Palestina menolak gagasan mereka. Menteri Luar Negeri Rusia Sergej Lavrov juga tidak dapat memberikan keterangan yang lebih jelas: "Anggota Kuartet sepakat bahwa semua sarana yang kami miliki akan dikerahkan untuk mencapai awal dari perundingan tidak langsung, baik dari pihak Israel maupun Palestina. Kami pikir bahwa pernyataan yang kami keluarkan hari ini menunjukkan sikap yang jelas mengenai situasi dan juga menunjukkan jalan selanjutnya dengan jelas."

Kuartet ini juga menunjukkan kecemasan yang mendalam melihat situasi di Jalur Gaza yang diblokade Israel. Sekjen PBB Ban Ki-Moon menyatakan, ia akan mengunjungi Jalur Gaza akhir pekan ini (20/3) untuk mengamati langsung situasi kemanusiaan di sana.

Heide Rasche/Christa Saloh

Editor: Agus Setiawan