1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hizbullah Masuk Daftar Organisasi Teroris?

30 Mei 2013

Negara-negara Arab akan mempertimbangkan untuk menempatkan partai Syiah asal Libanon yakni Hizbullah, yang secara terbuka melibatkan diri dalam konflik Suriah, agar masuk dalam daftar organisasi teroris.

https://p.dw.com/p/18hGj
Foto: Reuters

Bahrain akan meminta para menteri luar negeri dari enam negara yang ada di Dewan Kerjasama Negara-negara Teluk, membicarakan usul untuk “menempatkan Hizbullah dalam daftar teroris” dalam pertemuan di Jeddah, Arab Saudi pada hari Minggu mendatang.

Bahrain kini menjadi presiden Dewan Kerjasama Negara-negara Teluk, sebuah jabatan yang dirotasi diantara anggotanya.

Harian Al-Rai yang melaporkan soal ini tidak menjelaskan apakah usulan tersebut mengacu kepada partai Hizbullah secara keseluruhan atau hanya para milisi mereka, yang ikut berperang di sisi tentara pemerintah Suriah dalam pertempuran sengit untuk mengambil alih kembali kota Qusayr yang selama ini jatuh ke tangan para pemberontak.

Mata-mata Iran

Para menteri juga akan mendiskusikan isu keamanan di Teluk terkait “berlanjutnya ancaman dari Iran, khususnya upaya menghilangkan lingkaran mata-mata Iran“ di sejumlah negara anggota Dewan Kerjasama Negara-negara Teluk yang meliputi Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.

Kuwait sebelumnya telah menghukum seorang warganya dan beberapa orang Iran karena tuduhan terlibat dalam lingkaran operasi mata-mata yang bekerja untuk Teheran, sementara Arab Saudi dan Bahrain mengatakan bahwa mereka telah menangkap sel-sel yang bekerja untuk Republik Islam Iran.

Senin lalu, Bahrain melarang kelompok oposisi menjalin kontak dengan Hizbullah, satu bulan setelah negara itu melekatkan gerakan itu sebagai “organisasi teroris.”

Hizbullah sebagaimana Iran, adalah sekutu dekat presiden Suriah Bashar al-Assad.

Negara-negara Teluk berulangkali menuduh Iran campur tangan dalam urusan mereka, sebuah tuduhan yang selama ini selalu dibantah Teheran.

Rusia Kirim Rudal

Sementara itu, Presiden Bashar al-Assad ketika berbicara di stasiun TV milik Hizbullah mengatakan bahwa Damaskus telah menerima pengiriman pertama rudal-rudal pertahanan dari Rusia.

Pernyataan Bashar Assad itu disampaikan terkait kedatangan rudal pertahanan udara jarak jauh S-300 dari Rusia yang dikhawatirkan bakal semakin meningkatkan ketegangan dan merusak upaya PBB untuk mengajak pihak-pihak yang bertikai agar bersedia masuk ke meja perundingan.

Di lain pihak, hari Senin (27/05/13) Uni Eropa telah mencabut embargo senjata atas Suriah, sebuah langkah yang membuka jalan bagi 27 negara yang tergabung dalam Uni Eropa untuk mengirimkan senjata kepada kelompok pemberontak untuk menjatuhkan rezim Assad.

ab/cp (afp/dpa/ap)