1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

040112 Ungarn Orban Finanzpolitik

4 Januari 2012

Kebijakan politik PM Viktor Orban bisa menyebabkan kebangkrutan negara. Pun perundingan restrukturisasi kredit tidak membawa negara yang terlilit utang itu keluar dari masalah.

https://p.dw.com/p/13de5
Mata uang Hongaria, Forint. (Foto: EPA)
Mata uang Hongaria, Forint.Foto: picture-alliance/dpa

Pasar bereaksi khawatir atas politik krisis Hongaria. Mata uang negara itu, Forint, kehilangan nilainya secara dramatis. Dalam waktu sama negara harus membayar lebih mahal utangnya, karena tingkat kepercayaan kredit Hongaria semakin menurun. Suku bunga obligasi lima dan sepuluh tahun meningkat menjadi lebih dari sepuluh persen. Indeks pasar saham Budapest melorot tajam. Ini adalah situasi gawat bagi Hongaria, karena pemerintah memerlukan banyak uang untuk membayar utang yang jatuh tempo.

Hongaria Menuding Pihak Luar Penyebabnya

Lambang bertuliskan "Cukup!" diusung demonstran saat unjuk rasa menentang konstitusi baru di Budapest, Senin (02/01). (Foto: REUTERS)
Lambang bertuliskan "Cukup!" diusung demonstran saat unjuk rasa menentang konstitusi baru di Budapest, Senin (02/01).Foto: REUTERS

Empat tahun lalu Hongaria harus mengambil kredit 20 miliar Dolar AS dari Dana Moneter Internasional (IMF) agar terhindar dari kebangkrutan. Tingginya bunga pembayaran utang tahun ini bakal membuat Hongaria kewalahan, jika pemerintah gagal mengembalikan kepercayaan pasar. Tapi kini beredar berbagai teori konspirasi untuk menjatuhkan Hongaria.

Jurubicara pemerintah Andras Giro-Szasz menjelaskan, "Peristiwa baru-baru ini memperlihatkan kepada pemerintah Hongaria bahwa ini merupakan serangan terpusat terhadap mata uang kami. Situasinya tidak begitu buruk sehingga peringkat kredit Hongaria perlu diturunkan."

Kekhawatiran ditimbulkan oleh standar politis setelah disahkannya konstitusi baru yang sangat kontroversial. Berbagai kritik dilontarkan dari Brussel, bank sentral Eropa dan IMF. Dikatakan, PM Viktor Orban harus mencabut undang-undang pemotongan independensi bank sentral. Jika itu tidak dilakukan, maka Hongaria mau tidak mau memperhitungkan bahwa mereka tidak akan menerima uang untuk mendukung pasar keuangan yang kini bereaksi panik.

Peringkat Hongaria Jadi 'Status Sampah'

Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban (Foto: AP/dapd)
Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban

Dua lembaga pemeringkat menurunkan peringkat kredit Hongaria hingga ke status sampah dan memperkirakan negara itu bermasa depan suram, kalau politik krisis Orban tidak diperbaiki. Analis Budapest Zoltan Török juga memandang pesimis. Katanya, "Mata uang Forint akan terus melemah akibat penurunan peringkat itu. Itu juga akan berpengaruh buruk pada bursa saham. Tentu pembiayaan obligasi negara semakin mahal."  

Untuk itu Hongaria memerlukan dana segar. Seperti sebelumnya, Dana Moneter Internasional akan menolak berbicara dengan pemerintah Hongaria sehubungan plafon utang yang baru.

11 Januari mendatang akan dilangsungkan pembicaraan selanjutnya di Washington, tapi dilaporkan bahwa Direktur IMF Christine Lagarde hanya mau memberikan 'pernyataan tidak resmi'. Jadwal dimulainya pembicaraan belum diumumkan. Jika PM Orban ingin mendapatkan uang, maka ia harus mengubah haluan politiknya.

Bank sentral Eropa mengritik rencana Orban untuk menempatkan bank sentral Hongaria ke bawah institusi baru pemerintah. Dikatakan, langkah itu membahayakan kemandirian figur gubernur bank sentral. Langkah semacam itu tidak bisa dilakukan sendiri, namun hanya atas persetujuan bank sentral Eropa.

PM Viktor Orban juga sudah menyatakan siap untuk mengubah undang-undang itu. Tapi seberapa jauh, tidak dijelaskan. Karena ia ingin punya pengaruh lebih luas terhadap gubernur bank sentral Hongaria Andras Simor, yang menentang kebijakan bunga Orban. Simor menentang pemerintah yang menerapkan kenaikan bunga bank. Orban enggan menerima bantahan terutama hal yang berhubungan dengan keuangan. Hongaria menghadapi pailit, dan masih belum terlihat bagaimana keuangan akan pulih.

Andreas Meyer-Feist/Luky Setyarini

Editor: Edith Koesoemawiria