1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hotline 24 Jam bagi Kaum Muslim

Aygül Cismecioglu11 Maret 2013

Berlin menawarkan konsultasi tentang Islam lewat telefon. Apakah itu menyangkut pernikahan atau soal puasa. Konsultasi ini semakin populer.

https://p.dw.com/p/17v65
Foto: MuTes

Selma, mahasiswi usia 23 tahun, hanya memerlukan secangkir teh dan kertas kosong untuk berjam-jam menghibur seseorang. Selma duduk di sebuah kantor kecil di Berlin. "Insya Allah saudaraku", katanya sebelum meletakkan telepon. "Yang tadi itu seorang yang baru-baru ini menjadi muslimin. Ia merasa dikucilkan di kampus karena berjilbab, karena itu memerlukan seseorang untuk curhat", tambahnya.

Inspirasi dari Layanan Konsultasi Kristen
Selma kenal perasaan semacam itu. Ia sendiri mengenakan jilbab. "Di sini memang ada empati yang lebih besar. Umat muslim sendiri saling mengerti dan tidak harus menjelaskan diri", kata Selma yang bekerja sukarela sejak satu setengah tahun pada layanan konsultasi muslim itu.

Hotline ini didirikan 2009 dan diisnpirasi oleh layanan Kristen yang sudah mengumpul pengalaman tahunan. Layanan Kristen memang mencoba menjangkau warga Islam, namun tidak berhasil karena adanya rasa segan akibat perbedaan agama. Dengan bantuan organisasi Kristen Caritas dan Diakonie, akhirnya dibentuklah layanan konsultasi Islam lewat telepon. Sekarang proyek ini didanai oleh Islamic Relief, sebuah organisasi bantuan muslim internasional.

Islam sebagai pembuka pintu yang tertutup
Imran Sagir, seorang muslim asal India yang tinggal di Berlin, adalah pemimpin layanan konsultasi muslim ini. Sejak didirikan empat tahun lalu, sekitar 12.000 telah menggunakan layanan telepon ini, dan peminatnya meningkat. Saat ini layanan hotline berlangsung 24 jam. Temanya beragam dari krisis pernikahan sampai ketagihan judi.

Agama Islam di sini sebenarnya hanya memainkan peran sampingan dalam pembicaraan, kata Imran Sagir. Ia menegaskan bahwa layanan ini tidak dapat menggantikan kemampuan seorang Imam, melainkan hanya semacam pembuka pintu. "Misalnya, ada telepon yang sangat menyentuh hati dari seorang muslimin muda yang diperkosa. Dia merahasiakan pengalamannya dari keluarganya. Baru dengan kami dia curhat. Akhirnya kami berhasil meyakinkannya untuk pergi mencari seorang terapis," tambah Sagir.

Penelpon muda

Yang paling penting adalah kemampuan untuk mendengar. Namun, jika layanan konsultasi Kristen mencapai puncaknya pada hari Natal, maka sebaliknyalah yang terjadi pada layanan telpon muslim. "Mungkin karena kesepian itu jarang terjadi pada komunitas muslim", ujar Imran Sagir. Usia penelpon juga berbeda. Pada layanan Islam lebih banyak penelpon berusia muda, tukas Sagir.

Imran Sagir dan Selma sependapat bahwa yang menentukan adalah bagaimana menghilangkan rasa segan dan takut untuk berbicara. Kebanyakan dari ke-73 relawan layanan konsultasi itu adalah umat Islam. Di antaranya akademisi, ibu rumah tangga dengan atau tanpa jilbab, serta pengusaha.

Orang tua mereka berasal dari Turki atau Maroko. Mereka sendiri lahir di Jerman dan merupakan generasi muslim baru yang percaya diri. Tujuan mereka adalah menanamkan gambaran Islam yang modern di masyarakat. Ke depan, layanan konsultasi muslim itu tidak hanya ditawarkan melalui telpon, tetapi juga secara virtual melalui forum chatting.