1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hubungan AS-Cina Tambah Tegang

2 Februari 2010

Rencana pemimpin spiritual Tibet Dalai Lama untuk berkunjung ke Amerika Serikat menyebabkan ketegangan baru antara Amerika Serikat dan Cina. Sejumlah isu sebelumnya juga masih membebani hubungan kedua negara.

https://p.dw.com/p/LpeI
Gambar simbol dua negara adidaya, Amerika Serikat dan Cina

Krisis terus menggayuti hubungan kedua negara antara lain akibat pertikaian nilai mata uang Cina, tarif perlindungan ekspor, sensor internet di Cina dan masalah paling aktual, penjualan senjata Amerika Serikat ke Taiwan.

Media Cina mengecam keras rencana Amerika Serikat untuk menjual senjata senilai 6,4 miliar Dollar AS ke Taiwan. Beijing geram dan mengancam akan memberlakukan sanksi terhadap perusahaan Amerika Serikat yang terlibat bisnis senjata ini. Harian Cina berbahasa Inggris China Daily dalam tajuknya menulis: "Reaksi Cina, sekeras apapun, memang beralasan. Tidak ada negara yang akan berdiam diri sementara keamanan nasionalnya terancama dan kepentingan negara terguncang".

Juru bicara Gedung Putih Robert Gibbs menegaskan bahwa hubungan AS-Cina adalah hubungan yang yang sangat penting. Menurut Gibbs, baik AS maupun Cina tidak dapat berpaling begitu saja dari hubungan ini. Menteri Pertahanan AS Robert Gates membela rencana penjualan senjata ke Taiwan dan mengatakan, ia berharap ketegangan ini tidak akan berpengaruh pada hubungan militer bilateral AS dan Cina. Gates menambahkan, ia tetap berencana untuk berkunjung ke Cina tahun ini.

Taiwan dijajah Jepang antara tahun 1895 sampai 1945. Setelah Perang Dunia 2 berakhir, Cina memasukkan Taiwan sebagai provinsinya. Amerika Serikat mengalihkan hubungan diplomatiknya dari Taipei ke Beijing tahun 1979. Dengan demikian, Amerika Serikat mengakui solusi "satu Cina". Sejak itu, Washington mendesak agar kedua pihak menyelesaikan sengketanya dengan damai.

Meski begitu, Amerika Serikat tetap merupakan sekutu dan pendukung terkuat Taiwan. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan, penjualan rudal, helikopter dan peralatan militer lainnya kepada Taiwan merupakan bentuk komitmen AS dalam rangka Akta Hubungan dengan Taiwan yang dirumuskan tahun 1979. Berdasarkan kesepakatan ini, AS bertanggung jawab membantu Taiwan dalam urusan pertahanan.

Setelah isu penjulan senjata ke Taiwan, Cina kini disibukkan rencana Dalai Lama untuk berkunjung ke Amerika Serikat. Banyak pihak berspekulasi bahwa pemimpin spiritual tertinggi Tibet akan bertemu Presiden AS Barack Obama. Gedung Putih belum mengkonfirmasi kabar tersebut.

Cina selalu menentang pertemuan antara Dalai Lama dengan petinggi politik internasional. Hubungan Jerman dan Cina juga sempat tegang gara-gara hal ini. Dalai Lama hidup di pengasingan sejak tahun 1959. Sejak saat itu, ia menuntut otonomi lebih luas bagi Tibet. Sebaliknya, Beijing menuduh Dalai Lama memperjuangkan kemerdekaan Tibet dari Cina.

Belakangan, Cina menggelar pembicaraan dengan wakil Dalai Lama, tapi pertemuan-pertemuan ini tidak membuahkan hasil. Pertemuan simbolis yang singkat sekalipun antara Obama dan Dalai Lama akan memicu kemarahan Cina, demikian terdengar dari kalangan pemerintah Cina. Beijing mengatakan, ketegangan ini akan merusak kerja sama antara Amerika Serikat dan Cina dalam sejumlah isu internasinal, misalnya dalam perundingan sengketa atom Iran atau Korea Selatan.

ZER/HP/dpa/afp/rtr