1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hubungan Dingin India-Pakistan Bayangi Konferensi SAARC

29 April 2010

Pertemuan SAARC di Bhutan tahun ini menandai peringatan 25 tahun berdirinya Asosiasi Negara-negara Asia Selatan untuk kerjasama Regional, SAARC. Blok ini didirikan dengan tujuan memperkuat pembangunan regional.

https://p.dw.com/p/N9WE
Konferensi SAARC ke 16 di BhutanFoto: AP

Pertemuan antara PM India Manmohan Singh dan PM Pakistan Yousuf Raza Gilani, di sela-sela konferensi tahunan SAARC di Thimpu, merupakan yang pertama dalam 9 bulan terakhir. Namun harapan akan hasil pertemuan tersebut tidak terlalu tinggi, sejalan dengan hubungan kedua negara tetangga yang tetap dipenuhi masalah.

India membekukan proses perdamaian yang sudah berlangsung 4 tahun dengan Paksitan, setelah serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan 166 orang. New Delhi menuduh serangan dialukan oleh kelompok militan Laskar-e-Taiba yang bermarkas di Pakistan. Pemerintah India berulang kali menyerukan pada Islamabad untuk menindak pihak yang diyakini bertanggungjawab atas serangan, sebelum dialog bilateral dapat dilanjutkan.

Islamabad bersikeras telah mengambil tindakan terhadap militan dan berargumen bahwa kedua negara seharusnya berusaha untuk memulai kembali proses perdamaian. Kepada wartawan di Thimphu, Selasa (28/10), Menlu Pakistan Shah Mahmood Qureshi menyerukan pada India untuk menatap ke depan.

Pertemuan di Bhutan tahun ini menandai peringatan 25 tahun berdirinya Asosiasi Negara-negara Asia Selatan untuk kerjasama Regional, SAARC. Blok ini didirikan dengan tujuan memperkuat pembangunan regional. Namun banyak pihak menilai, persaingan antara kedua musuh bebuyutan, India dan Pakistan, membayangi kemajuan blok.

Membuka pertemuan dua hari di ibukota Thimpu, PM Bhutan Jigme Thinley mengatakan, inilah saatnya bagi blok negara-negara Asia Selatan untuk menilai diri sendiri secara kritis. Perjalanan 25 tahun SAARC belum menghasilkan suskes luar biasa, di tengah ketegangan antar sesama negara anggota.

Disha Uppal/Renata Permadi

Editor: Yuniman Farid