1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hubungan Korea Utara-Selatan Memanas

20 Mei 2010

Korea Selatan menuduh Korea Utara memang sengaja mentorpedo kapal perangnya agar tenggelam, Maret lalu. Memanasnya ketegangan antara kedua Korea merupakan ujian bagi Cina yang ingin berperan lebih besar di kawasan.

https://p.dw.com/p/NSvm
Kapal Cheonan yang tenggelamFoto: AP

Sebuah laporan para penyelidik, termasuk pakar dari Amerika Serikat, Australia, Inggris dan Swedia, menyimpulkan bahwa kapal selam Korea Utara menembakkan torpedo yang menenggelamkan kapal perang Cheonan dan menewaskan 46 awaknya. Tak ada penjelasan lain yang masuk akal, tandas laporan yang diumumkan dalam konferensi pers yang disiarkan di televisi. Para penyidik menemukan bagian torpedo di dasar laut yang memuat huruf-huruf yang sesuai dengan model Korea Utara. Semua bukti menunjukkan bahwa torpedo itu ditembakkan oleh kapal selam Korea Utara. Hasil investigasi tersebut memanaskan hubungan kedua negara yang terus menerus tegang.

Korea Selatan mengatakan Kamis (20/05) akan mengambil tindakan tegas. Bukan dengan serangan balasan, melainkan dengan menekan dunia internasional untuk mengambil tindakan, kemungkinan sanksi baru, Korea Utara. Pyongyang menanggapi dengan keras, menyebut hasil penyelidikan tersebut pemalsuan dan menyatakan diri siap berperang jika Seoul dan sekutunya menjatuhkan sanksi.

Seorang pejabat pemerintah Korea Selatan mengatakan sebelumnya, serangan terhadap Cheonan tampaknya merupakan balas dendam terhadap pertempuran dekat perbatasan yang diributkan kedua Korea tahun 2009 lalu, dimana angkatan laut Korea Utara dipermalukan.

Hasil investigasi membuat Korea Utara dihujani kecaman internasional, kecuali dari Cina. Sekutu tunggal Korea Utara itu menyerukan agar semua pihak menahan diri demi menghindari eskalasi situasi. Wakil Menlu Cui Tiankai menyebut tenggelamnya Cheonan sebagai hal yang patut disayangkan, tetapi ia menolak berkomentar lebih jauh. Sementara juru bicara Kementrian Luar Negeri Ma Zhaoxu mengatakan pada wartawan, Cina akan menilai sendiri hasil investigasi insiden 26 Maret itu. Tapi ia menekankan, Cina tidak akan melakukan penyelidikan terpisah.

Awal bulan Mei ini Cina menerima pemimpin Korea Utara Kim Jong-il yang jarang melakukan lawatan ke luar negeri. Sejumlah pengamat menilai, prioritas Beijing saat ini adalah menjaga hubungan dengan Kim daripada mengambil resiko Korea masuk dalam kondisi chaos yang akan meluap ke wilayah Cina.

Namun, pilihan yang diambil Cina merongrong upaya negara itu untuk memainkan peran lebih besar sebagai kekuatan utama di kawasan. Sikap Cina juga mengganggu hubungannya dengan Korea Selatan, salah satu mitra dagang terpentingnya. Shi Yinhong, profesor masalah keamanan internasional di Universitas Renmin, mengatakan, Cina menghadapi dilema besar, tetapi tidak realistis mengharapkan Cina lebih mendukung Korea Selatan, segera setelah kunjungan Kim Jong il. Harga yang harus dibayar Cina adalah penilaian dari negara-negara tetangganya yang kini mungkin merasa politik luar negeri Cina tidak seimbang.

Hasil investigasi tentang tenggelamnya Cheonan tampaknya juga akan membayangi rencana kunjungan sepekan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton ke Asia. Clinton akan bertolak Kamis ini dengan persinggahan pertama Jepang, dilanjutkan ke Cina dan Korea Selatan.

AP/YF/afp/rtr