1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ikhwanul Muslimin di Mesir

9 Februari 2011

Ikhwanul Muslimin, kelompok Islam tertua di di seluruh dunia. Gerakan Islam politik ini dibentuk 1928 di Mesir dan memiliki pengikut, bahkan cabang di banyak negara lain. Di Mesir kelompok ini secara resmi dilarang.

https://p.dw.com/p/109T8
Tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin, Essam el-Erian, tengah kanan, dan Saad el-Katatni, tengah kiri dalam protes di KairoFoto: AP

Mata dunia memandang El Baradei di Kairo pada hari Minggu lalu, sebagai wajah pemimpin oposisi di Mesir. Namun para lelaki yang berada di dekatnya memiliki peranan besar di Mesir, mereka adalah tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin.

Awalnya kelompok ini menghindari keterlibatan dalam aksi protes terbuka. Namun desakan dari jalan begitu besar dan pemerintah Mesir tampak jelas berada dalam kesulitan. Karenanya, kaum Ikhwanul Muslimin pun bergabung mendukung El Baradei dan menyatakan keinginan kerjasama sebagai oposisi.

Bersama rakyat dan demonstran dari kubu lain, Ikhwanul Muslimin menyatakan Mubarrak sebagai musuh bersama. Mereka ikut dalam aksi protes di berbagai kota, mengalami jatuhnya korban. Dalam bentrokan di Aleksandria, misalnya, banyak anggota gerakan Islam ini yang menjadi korban.

Essam Al Arian, jurubicara Ikhwanul Muslimin mengatakan, "Kami memprediksi bahwa penutupan pintu, manipulasi pemilihan umum, dan upaya-upaya menghambat mahasiswa untuk memilih wakil-wakil mereka secara bebas untuk kepengurusan serikat mahasiwa telah menjadi tekanan yang menyebabkan ledakan."

Ikhwanul Muslimin dibentuk pada tahun 1928 di Mesir. Secara resmi merupakan kelompok yang terlarang di Mesir saat ini. Akibat larangan itu, Ikhwanul Muslimin selalu berhati-hati. Citra yang kerap ditampilkan kini adalah bahwa pendukungnya luas dan kubu Islam hanya merupakan salah satu bagian darinya.

Pun pemimpin Ikhwanul Muslimin, Mohammad Badie mengaku moderat dan menegaskan bahwa kekerasan perlu dikecam. Hal yang telah dinyatakan oleh Ikhwanul Muslimin seputar tahun 1950-an, ketika mengumumkan telah meninggalkan aksi-aksi kekerasan.

Seperti banyak otokrat Arab yang dekat dengan Barat, Hosni Mubarrak memberikan peluang terbatas kepada Ikhwanul Muslimin. Anggotanya bisa berkomentar secara terbuka, bisa membuka kantor dan mengajukan kandidat dalam pemilu. Berkat peluang ini sejumlah anggota Ikhwanul Muslimin duduk di parlemen Mesir.

Di pihak lain, negara-negara Barat kemudian enggan berhubungan langsung dengan Ikhwanul Muslimin, kuatir akan membuat pemerintah Mesir murka. Bagaimanapun juga organisasi ini terlarang di Mesir.

Selama masa kekuasaannya Husni Mubarrak telah membabat habis semua oposisi demokrat liberal yang bisa menggoyahkan posisinya. Dalam kondisi politik yang terdistorsi ini, sulit mengetahui sejauh apa dukungan untuk Ikhwanul Muslimin.

Dalam pemilu mungkin banyak orang yang memilihnya, hanya karena tidak ada kandidat oposisi lain, misalnya. Lagipula, seringkali jumlah pemilih sebenarnya hanya 5% dari populasi Mesir. Bagaimanapun juga, Ikhwanul Muslimin merupakan kekuatan oposisi yang paling terorganisir di Mesir saat ini danmemainkan peranan politik yang penting.

rtr/DW/Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk