1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman Teliti Kerentanan Spesies terhadap Perubahan Iklim

Wiebke Feuersenger
25 April 2022

Hutan Jerman terancam punah, tidak hanya akibat peubahan tataguna lahan dan industri kayu, melainkan juga akibat perubahan iklim. Seorang ilmuwan dari India mencoba mencari solusi tepat lingkungan.

https://p.dw.com/p/4AI5e
Bild des Tages - Goldener Herbst
Foto: Rupert Oberhäuser/dpa/picture alliance

Di area paling hangat di Jerman, para peneliti mengukur detak nadi hutan dengan alat yang berfungsi seperti halnya stetoskop.

Ferdinand Betting yang sedang melaksanakan studi di Institut Teknologi, Penilaian dan Analisa Sistem (ITAS) menjelaskan, mereka menguji bagaimana bibit pohon beech memberikan reaksi terhadap berbagai intensitas cahaya. “Kami juga melihat reaksi pohon itu kalau terkena CO2, yang kemungkinan besar akan terjadi di masa depan, tambahnya"

Profesor Somidh Saha yang membimbing mahasiswa mengatakan, oleh sebab itu sangat penting bagi mereka untuk tahu, apakah pohon-pohon  muda akan mendapat cukup air untuk mampu melakukan fotosintesis, jika hidup di lokasi itu.

Hutan terancam bukan hanya oleh perubahan iklim

Deforestasi aktif untuk membuka lahan pertanian dan produksi kayu adalah salah satu alasan hilangnya lahan hutan dalam skala besar di Jerman.

Di samping itu tentu saja ada dampak perubahan iklim, yang sudah sangat merusak hutan, juga di Jerman. Menurut studi pemerintah Jerman, jumlah pohon yang tidak sehat sudah meningkat sampai 80%. Itu membuat pohon-pohon ini sangat rentan menghadapi hama seperti kumbang pengerat kulit pohon alias bark beetle

Membuat Hutan Jerman Kebal Penyakit dan Tahan Krisis Iklim

“Sebenarnya,bark beetle adalah bagian ekosistem kita,” papar Somid Saha. Hewan ini selalu ada di sini. Tapi sekarang, hewan ini merusak begitu banyak pohon, pasalnya pohon-pohon sudah sangat lemah karena kekurangan air. "Kalau sudah lemah, maka kerentanan terhadap penyakit akan bertambah. Itu juga terjadi pada pohon" ujar peneliti hutan asal India itu.

Jerman adalah habitat bagi hampir 12 juta hektar hutan. Dua pertiganya, meruüpakan hutan tanaman industri yang dibudidayakan oleh industri kayu. Pohon fichte, cemara, dan beech  adalah pohon-pohon yang rentan dalam menghadapai kondisi kekeringan.

Celakanya, jenis pohon ini kebanyakan berada di lahan hutan industri yang monokultur. Para peneliti berusaha menanam pohon-pohon kecil dalam upaya mencegah kepunahan. Tapi sejauh ini tidak terlalu sukses.

Spesies bisa berevolusi

"Jika kita sudah tahu, spesies pohon itu akan mati, apakah kita tanam lagi?" Somid Saha mempertanyakan, “Saya rasa kita harus berhati-hati juga. Karena spesies pohon juga punya kapasistas untuk melakukan evolusi.” Ia menambahkan, jika jenis pohon itu dikeluarkan sepenuhnya dari sistem, spesies itu bisa punah sepenuhnya. "Di lain pihak, spesies baru di ekosistem ini, juga harus dicoba ditanam, tapi tidak boleh jenis yang invasif", demikian ditekankan Somid Saha.

Sebagai dampak perubahan iklim, pohon-pohon endemik dalam waktu singkat digantikan spesies yang invasif. Misalnya tanaman beracun yang selalu hijau, American pokeweed. Jadi para peneliti kini melakukan ujicoba mencari tahu spesies tidak asli mana yang bisa ditanam di hutan-hutan Jerman tanpa membahayakan ekosistem hutan. 

Sebaiknya tidak membawa spesies baru

Taman di Istana Karlsruhe misalnya, memiliki beragam pohon dari berbagai penjuru bumi. Banyak dari pohon itu sudah berumur lebih dari 200 tahun. Somid Saha memberikan rekomendasi untuk mempelajari spesies eksotik yang sudah ada di Jerman selama beberapa ratus tahun itu, dan tidak membawa spesies baru lagi dari daerah lain untuk ditanam di Jerman.

Pohon American red oak, misalnya, sudah terintegrasi sempurna di kawasan Eropa tengah. Pohon ini bisa menyesuaikan diri dengan baik terhadap kondisi suhu tinggi, kekeringan dan meningkatnya konsentrasi CO2. Selain itu, spesies ini bisa beradaptasi dengan kondisi lokal tanpa menggusur spesies asli.

"Batang pohon sebenarnya bahan baku yang terbarukan, dan ini adalah sumber yang ramah lingkungan", kata Somid Saha menambahkan. “Kita harus punya tujuan memenuhi kebutuhan lokal kayu gelondongan, hanya dengan pohon-pohon yang tumbuh di sini.”

Para peneliti berharap, pekerjaan mereka akan mendukung pulihnya lagi hutan-hutan Jerman yang kurang sehat, dengan pemetaan dan perumusan langkah menuju ketahanan lebih tangguh dalam menghadapi perubahan iklim. (ml/Inovator)