1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ilmuwan Italia Dipenjara Karena Gagal Prediksi Gempa

Emma Wallis (AB)24 Oktober 2012

Enam ilmuwan dipenjara karena gagal memperingatkan warga L’Aquila dari gempa yang menghancurkan tiga tahun lalu. Kasus ini mengangkat debat: apakah ilmuwan bisa diadili atas kegagalan memperkirakan sebuah bencana?

https://p.dw.com/p/16VgP
Foto: AFP/Getty Images

Gempa hebat mengguncang L'Aquila pada 6 April 2009 dengan kekuatan 6,3 pada skala Richter. Gempa menewaskan 309 orang dan menghancurkan kota kecil dari abad pertengahan itu. Ini merupakan gempa terkuat dalam rangkaian gempa yang mengguncang wilayah pegunungan Abruzzo di Italia bagian tengah selama beberapa bulan.

Gempa sebelumnya, berkekuatan 4 pada skala Richter terjadi pada akhir Maret 2009 telah mendorong para anggota komite Resiko Bencana untuk berkumpul dan memberikan penilaian resiko untuk menentukan perlu tidaknya diambil tindakan evakuasi massal atas warga di wilayah tersebut.

Ilmuwan Dituduh Lakukan Pembunuhan Ganda

Enam anggota komite tersebut, yang terdiri dari ilmuwan terkemuka dan para ahli gempa, serta bekas pejabat pemerintah Bernardo De Bernardinis, diadili terkait upaya untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab atas kematian dan kehancuran akibat bencana. Para korban akan berhak mendapat ganti rugi akibat gempa tersebut.

Pada hari Senin (22/10), lebih dari setahun setelah pengadilan dimulai, hakim ketua Marco Billi memerlukan waktu lebih dari empat jam untuk menjatuhkan hukuman atas tujuh laki-laki dengan vonis enam tahun penjara, serta larangan untuk memegang jabatan publik di masa mendatang serta membayar ganti rugi untuk kerusakan kepada para korban gempa bumi dan keluarga mereka.

Ketujuh orang itu dinyatakan bersalah atas pembunuhan ganda, dan dituduh memberikan “pesan palsu yang meyakinkan“ kepada penduduk sebelum gempa maut terjadi pada bulan April. Para saksi mata di pengadilan menyatakan bahwa keluarga dan saudara mereka memilih tidak meninggalkan rumah sebelum gempa mengguncang karena mereka telah diyakinkan oleh para anggota komite itu bahwa sebuah gempa yang lebih besar tak akan mungkin terjadi.

Salah satu ilmuwan, Enzo Boschi, adalah seorang ahli gempa dan bekas Direktur Institut Nasional Italia untuk Geofisika dan Vulkanologi, mengatakan bahwa dia “masih bingung dengan kesalahan apa tepatnya yang membuat dia dijatuhi hukuman”. Berbicara kepada koran Italia Corriere Della Sera, dia menambahkan bahwa dirinya “selalu menyatakan bahwa gempa itu mustahil bisa diprediksi,” dan bahwa para ahli gempa menjadi target karena mereka “adalah link terlemah dalam rantai komando.”

Boschi menantang “siapapun untuk menemukan pernyataan lisan atau tulisan dimana dia meyakinkan masyarakat menjelang gempa, karena saya tidak pernah melakukannya.“ Terpidana lainnya Bernardo De Bernadinis, mengatakan bahwa dia “tidak bersalah di hadapan Tuhan dan sesama manusia,” meski dia akan menerima putusan akhir dari pengadilan Italia, jika dia masih dinyatakan bersalah.

Murni Sebuah Kegilaan

Komunitas saintis bereaksi cemas atas fakta bahwa para ilmuwan harus diadili dengan cara ini dan harus memiklu tanggung jawab atas bencana alam yang telah disepakati para ahli, tidak akan mungkin bisa diperkirakan sebelumnya.

Terkait kasus gempa L'Aquila 2009 ini, para ilmuwan Italia telah menghadapi tuduhan pembunuhan. Dalam sebuah wawancara dengan Deutsche Welle DW, seorang peneliti masalah gempa mengaku khawatir atas implikasi meluasnya kasus hukum ini dalam bidang yang ia geluti.

Lima ribu ilmuwan dunia menandatangani sebuah surat terbuka yang ditujukan kepada Presiden Italia Giorgio Napolitano, pada Juli 2010 terkait pengadilan tersebut, dan menyatakan: “Jelas tidak adil bagi para ilmuwan untuk dikriminalisasi atas tuduhan gagal mengambil tindakan untuk menginformasikan sesuatu yang oleh komunitas saintis internasional dianggap tidak memadai sebagai dasar untuk mengeluarkan sebuah peringatan. Lebih dari itu, kami cemas bahwa mendudukkan ilmuwan di pengadilan atas tuduhan kriminal karena menjalankan praktek-praktek ilmiah akan menciptakan efek yang akan menghalangi para peneliti untuk menjalankan tugasnya sebagai ilmuwan….”

Para politisi Italia juga mengkritik penahanan dan vonis tersebut. Pier Ferdinando Casini, pemimpin Partai tengah UDC, sebagaimana dikutip Corriere della Sera mengatakan: ”Kalimat yang menjadi mantra akhir pengadilan itu adalah murni sebuah kegilaan.”

Pemimpin Majelis Tinggi Italia dari kelompok kanan, Renato Schifani, juga mengatakan kepada Corriere dela Sera bahwa “ini adalah putusan yang aneh dan memalukan. Pada masa mendatang, siapapun yang akan ditunjuk untuk menjadi penasihat masalah bencana, tidak diragukan lagi akan berpikir dua kali sebelum menerimanya.“

Faktanya, Luciano Maiani, Kepala Komite Resiko Bencana, yang diangkat pada bulan Januari lalu telah mengundurkan diri sebagai bentuk protes atas proses pengadilan tersebut. Dia mengatakan bahwa pada dasarnya tidak mungkin melakukan pekerjaan ini dalam situasi sekarang. Dua rekan kerjanya juga dilaporkan telah mengundurkan diri dengan alasan sama.

Emma Wallis /AB

Editor : Agus Setiawan