1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Imam Perancis Tolak Terorisme

12 Januari 2015

Pemerintah Perancis sekarang mengerahkan tentara untuk menjaga sejumlah lokasi yang dinilai "sensitif". Sementara itu sejumlah imam kecam serangan yang dinilai sebagai tindakan teroris dan tidak cerminkan ajaran Islam.

https://p.dw.com/p/1EIxr
Paris nach Anschlag auf Charlie Hebdo - Sicherheitsmaßnahmen Moschee
Seorang polisi Perancis berdiri di depan sebuah mesjid di Paris. Penjagaan keamanan di mesjid-mesjid di Perancis juga ditingkatkan setelah terjadinya serangan teror.Foto: Reuters/Y. Boudlal

Menteri Pertahanan Perancis, Jean-Yves Le Drian menyatakan, sekitar 10.000 tentara akan dikerahkan untuk menjaga sejumlah "lokasi sensitif" di Perancis, setelah serangan teror terjadi pekan lalu di Paris. Itu disampaikannya setelah sidang kabinet yang membicarakan masalah keamanan di Istana Elysee. Ia mengatakan, ini adalah pengerahan tentara terbesar yang pernah diadakan di wilayah Perancis.

Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve menyatakan kepada media Perancis, 4.700 polisi akan dikerahkan untuk menjaga 717 sekolah Yahudi dan sinagoga. Langkah itu antara lain diambil, karena pekan lalu teroris juga menyerang sebuah pasar swalayan Yahudi dan menewaskan empat orang. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengadakan kunjungan ke pasar swalayan tersebut. Netanyahu juga ikut dalam demonstrasi damai yang dihadiri sekitar sejuta orang di kota Paris, termasuk sekitar 50 kepala negara dan pemerintahan dari berbagai negara.

Demonstrasi damai yang diadakan hari Minggu (11/01/14) di Paris menjadi simbol bagi dukungan atas kebebasan pers dan penolakan terhadap kekerasan dan teror. Demonstrasi damai dihadiri sejumlah pemimpin negara dan pemerintahan dari Eropa, seperti Kanselir Jerman Angela Merkel dan Perdana Menteri Inggris David Cameron. Selain itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Raja Abdullah II serta Ratu Rania dari Yordania juga menunjukkan dukungan mereka dengan berjalan bersama para pemimpin lainnya.

Duta Besar Jerman untuk Indonesia Georg Witschel juga mengecam serangan yang terjadi di Paris. Ia mengatakan, "Ini bukan cuma terkait dengan pembunuhan jurnalis tapi sudah merembet ke hal-hal lainnya." Ia menilai, serangan yang menewaskan 12 orang di kantor mingguan Charlie Hebdo sebagai aksi yang menentang demokrasi serta kebebasan media.

"Pelaku serangan teroris, bukan orang Muslim"

Dalam sembayang Jumat (09/01/15) para imam di Perancis mengutuk keras serangan teror terhadap mingguan Charlie Hebdo, dan menyerukan semua pihak untuk tidak menggunakan kekerasan. Pelaku serangan itu adalah "teroris, bukan orang Muslim," demikian dikatakan imam Chabbar Taieb, yang mengepalai lima mesjid di Paris.

Imam Abdel Qader Achour dari Mesjid Omar di pusat kota Paris mengatakan, para pelaku serangan "bukan Muslim dan tidak bisa bicara atas nama Muslim." Ia menambahkan, Nabi Muhammad tidak pernah mengajarkan digunakannya kekerasan terhadap non Muslim. Menurut Achour, para pembuat karikatur di mingguan Charlie Hebdo hanya menyerang warga Muslim dengan pensil. "Reaksi terhadap serangan itu juga hanya boleh dengan menggunakan pensil," demikian imam Abdel Achour. Pernyataan serupa juga diberikan Imam Mustafa Riad, dari mesjid di kota Montpellier.

Para imam juga menyerukan untuk tidak memberi reaksi dengan kekerasan terhadap kerusuhan bersifat anti Islam yang terjadi menyusul serangan teror. "Kekerasan seperti itu kita lawan dengan cara damai," kata Imam Belgacem Ben Saïd di Nantes. "Para penyerang tidak mengerti apa inti ajaran Islam," kata imam Mohammed Faiyaz. Imam Mohammed Zakaria dari ibukota Bangladesh, Dhaka, juga mengutuk serangan teroris di Paris.

ml/hp (afp, dpa, merdeka.com)