1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Indonesia-Australia Bicarakan Kerjasama Misi Penyelamatan

5 September 2012

Bila ada kesepakatan, pesawat-pesawat Australia bisa terbang di kawasan udara Indonesia.

https://p.dw.com/p/163uD
Foto: picture alliance/dpa

Pesawat-pesawat Australia akan diijinkan terbang di kawasan udara Indonesia dalam misi penyelamatan, apabila ada kesepakatan dalam kerjasama , begitu ungkap Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith hari Rabu (5/9).

Smith yang tengah berkunjung ke Indonesia mengatakan bahwa pesawat Australia mungkin juga akan diizinkan untuk mengisi bahan bakar di Indonesia, dalam rangka kerjasama yang lebih erat sehubungan penyelamatan korban kecelakaan laut yang dihadapi pencari suaka.

Menyelamatkan Lebih Banyak Orang

Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro mengatakan bahwa ini merupakan upaya menyelamatkan nyawa dan bisa mengurangi kematian di laut. Ditambahkan, kadangkala Australia perlu mendarat untuk mengisi tengki, dan ini hal yang bisa dimaklumi. "Kini kita perlu merinci bagaimana kita akan saling berhubungan dalam situasi itu, dan di mana kapal kapal udara itu bisa mendarat.."

Kepada radio Australia ABC, Menteri Smith menjelaskan bahwa salah satu bidang dimana ia dan Menteri Purnomo telah berkontribusi bagi misi pecarian dan penyelamatan korban adalah kesepakatan untuk mengeksplorasi kemungkinan terbangnya pesawat-pesawat Australia di kawasan terbang Indonesia dan apakah pesawat-pesawat ini bisa mendarat di Indonesia agar tidak membuang waktu dengan perjalanan ke Australia untuk sekedar mengisi tengki.

Australien Flüchtlingsboot vor den Christmas Islands
Foto: AP

Smith tidak menyebutkan lingkup waktu yang dibutuhkan untuk merampungkan kesepakatan itu, namun diharapkan pembicaraan akan sudah tuntas Desember mendatang, saat Menteri Transportasi Anthony Albanese berkunjung ke Indonesia.

Menurut Smith, pembicaraan mengenainya bakal butuh beberapa bulan, namun ia yakin bahwa kedua pihak tertarik untuk mengeksplorasi kerjasa sama tersebut. "Secara praktis ada keuntungan yang signifikan dan berdampak menghemat waktu, dan banyak pertanda positif bahwa akan berhasil," begitu katanya.

Tambahan Dana Australia

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan kedua negara hari Selasa (4/9) dimuat rancangan dengan enam butir poin untuk meningkatkan kerjasama dalam upaya-upaya penyelamatan, termasuk alokasi dana pemerintah Australia yang menambahkan 4,5 juta dollar untuk memudahkan koordinasi penyelamatan dan pertukaran keahlian.

Rancangan ini meliputi peningkatan kapasitas pemantauan satelit Indonesia dan sistim komunikasi yang bisa meminta kapal-kapal dagang untuk membantu dalam situasi darurat.

Flüchtlinge Unglück Australien Küste Flash-Galerie
Foto: AP

Jubir Kementrian Transportasi RI, Bambang Ervan mengatakan kemampuan satelit Indonesia terbatas. "Kami sering terlambat mendapat informasi mengenai kecelakaan di laut. Mudah-mudahan saling berbagi informasi ini akan bermuara pada tindakan yang lebih cepat dan penyelamatan nyawa korban yang lebih banyak."

Gelombang Pencari Suaka

Banyak pencari suaka asal Afghanistan tenggelam di perairan Indonesia saat mengarungi lautan menuju Australia. Dalam kasus terakhir sekitar 100 orang diperkirakan tewas setelah kapal mereka karam di pesisir Jawa.

Pejabat Indonesia awalnya meluncurkan tim penyelamat, tapi kemudian menariknya setelah tidak menemukan kapal atau pecahan-pecahan kayu kapal yang mengambang. Kemudian 55 orang berhasil diselamatkan dari lautan oleh sejumlah kapal dagang dan kapal AL Australia.

Indonesien Afghanische Einwanderer von sinkendem Schiff gerettet
Migran Afghanistan di Cilegon, April 2012Foto: dapd

Para korban selamat itu mengaku sudah hampir 24 jam di air, mereka terbawa arus hingga jauh dari pesisir. Semua korban termasuk yang terluka gigitan ikan hiu diserahkan ke pihak berwenang di Indonesia, karena keadaan mereka yang parah dan butuh bantuan media secepatnya, begitu Smith.

Australia tengah menghadapi gelombang pencari suaka yang datang dengan kapal dan mennggunakan Indonesia sebagai pusat transit. Banyak di antara mereka membayar kelompok penyelundup yang mengorganisir penyediaan kapal bagi para penumpangnya. Seringnya kapal-kapal ini sudah tua dan tidak terawat, sehingga sangat berbahaya bila digunakan di lautan lepas. Tahun ini saja sudah ratusan “orang kapal” ini tewas dalam perjalanan mencari hidup baru.

Edith Koesoemawiria (afp, rtr)
Editor: Hendra Pasuhuk