1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

020209 Guantanamo Häftlinge Indonesien

2 Februari 2009

Presiden AS Barack Obama menetapkan penutupan Guanatanamo dalam waktu satu tahun. Indonesia dan Malaysia menyatakan bersedia menerima warga negaranya yang mendekam di kamp tahanan itu.

https://p.dw.com/p/GlfE
Akan dikemanakan tahanan Guantanamo?Foto: dpa

Tiga petinggi organisasi teror Jemaah Islamiyah kemungkinan dikembalikan ke Indonesia dan Malaysia setelah kamp tahanan AS Guantanamo ditutup. Ridwan Issamnudin atau Hambali dituduh bertanggung jawab atas serangan bom di Pulau Bali bulan Oktober 2002 dan pemboman Hotel Marriot di Jakarta, tahun 2003. Hambali yang menjalin kontak dengan kelompok Al Qaida lama menjadi incaran Amerika Serikat. Beberapa waktu setelah pemboman Hotel Marriot, Hambali diangkap di Bangkok. Tahun 2007 ia dikirim ke kamp tahanan Amerika Serikat di Kuba.

Dua teroris asal Malaysia juga mendekam di Guantanamo, yaitu Mohammed Nazir Lep atau Lilly serta Mohammed Farik Amin yang dikenal sebagai Zubar. Perdana Menteri Malaysia Abdullah Badawi mendesak agar keduanya dipulangkan dan menghabiskan sisa masa tahanannya di Malaysia.

Namun, para pakar tak yakin ketiganya dikirim pulang dalam waktu dekat. Sidney Jones dari organisasi International Crisis Group di Jakarta menilai, baik sistem hukum Malaysia maupun Indonesia tidak siap menangani teroris kaliber ini. Kepada sebuah stasiun siaran Australia Sidney Jones mengatakan:

"Saya tidak percaya mereka akan dipulangkan, kecuali ada jaminan bahwa mereka mendapat hukuman berat. Sebelumnya aparat Indonesia harus mengumpulkan cukup bukti untuk mendakwa Hambali. Selama mereka tak punya bukti, Hambali juga tidak akan diekstradisi."

Rohan Gunaratna, pakar terorisme Universitas Singapura berpendapat, pemulangan Hambali, Lilly dan Zubar ke Indonesia dan Malaysia berbahaya:

"Mereka tak hanya merupakan anggota Jemaah Islamiyah. Mereka adalah anggota kelompok teroris yang punya hubungan dengan Al Qaida. Hambali adalah salah satu petinggi Al Qaida. Mereka adalah orang berbahaya dan karenanya mereka harus diperlakukan sepantasnya. Malaysia dan Indonesia harus memahami bahwa ketiganya adalah teroris kaliber tinggi. Negara harus merumuskan kerangka hukum yang sesuai untuk menahan teroris."

Jemaah Islamiyah makin lemah tahun-tahun belakangan. Sejumlah petinggi organsiasi yang berbasis di Asia Tenggara ini tertangkap dan struktur wilayahnya pun berhasil dihancurkan. Menurut pakar terorisme Sidney Jones, pemulangan Hambali belum tentu berdampak kembali menguatnya Jemaah Islamiyah di Indonesia:

"Saya tidak yakin, organisasi teror ini muncul kembali dan merencanakan aksi teror baru. Mungkin, mereka disanjung-sanjung sebagai pahlawan oleh Islamis radikal di Malaysia dan Indonesia. Kemungkinannya sangat kecil, pers mendapat akses pada mereka di Malaysia. Tapi di Indonesia, mungkin saja." (zer)