1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Indonesia, Malaysia, dan Filipina Sepakati Patroli Bersama

13 Oktober 2017

Indonesia, Malaysia, dan Filipina akhirnya menyepakati Trilateral Air Patrol di Laut Sulu. Kesepakatan ini diambil untuk merespon gangguan keamanan di perairan yang dilewati kapal dagang bernilai bisnis tinggi.

https://p.dw.com/p/2llCx
Philippinen Deutschland Segelboot Entführungsopfer Abu Sayyaf
Foto: picture alliance/AP Photo/Wesmincom

Mulai bulan depan Malaysia, Indonesia dan Filipina bekerja sama dalam mengkoordinasikan patroli udara dari Filipina Selatan yang dilanda konflik, untuk memerangi ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok Islamis militan.

Ketiga negara tersebut  telah meluncurkan patroli laut bersama empat bulan yang lalu di wilayah yang sama, Laut Sulu.

Kecemasan  telah berkembang bahwa kelompok ISIS mencoba untuk mendirikan pos terdepan di Asia Tenggara di Filipina selatan,  setelah sekelompok orang bersenjata  melambai-lambaikan bendera hitam ketika menduduki kota Marawi pada bulan Mei lalu.

Mereka bertempur melawan serangan militer Filipina yang didukung Amerika Serikat selama hampir lima bulan. Konflik tersebut telah menyebabkan ratusan orang tewas.

Atasi penculikan dan perompakan

Di luar itu,  juga terjadi serentetan aksi penculikan di Laut Sulu oleh Abu Sayyaf, sebuah kelompok militan Islam Filipina. Peresmian patroli tersebut  berlangsung pada hari Kamis (12/10) di pangkalan angkatan udara, tak jauh dari Kuala Lumpur. Acara itu dihadiri oleh para menteri pertahanan dari ketiga negara tersebut.

Seorang juru bicara kementerian pertahanan Malaysia mengatakan bahwa patroli tersebut bertujuan untuk memerangi ancaman dari "ISIS, pembajakan dan perampokan di laut".

Negara-negara tersebut akan bergiliran memimpin patroli, dimulai dengan Malaysia pada bulan November, diikuti oleh Filipina pada bulan Desember dan Indonesia pada bulan Januari mendatang.

Dalam sebuah pidato pada upacara tersebut, Menteri Pertahanan Malaysia Hishammuddin Hussein mengatakan bahwa perdagangan  senilai sekitar 40 miliar dollar AS  melewati Laut Sulu setiap tahunnya, namun tidak ada satu negara pun yang dapat mempertahankan keamanan perairan itu sendirian.

afp(ap/yf)