1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Indonesia Semakin Dianggap Penting bagi Dunia

29 November 2012

Amerika Serikat harus fokus meningkatkan kerjasama dengan Brazil, India, Indonesia dan Turki, empat global swing states yang dianggap penting bagi barat untuk mempertahankan dominasinya di dunia.

https://p.dw.com/p/16rif
Foto: picture-alliance/dpa/dpaweb

Laporan yang baru dikeluarkan oleh dua think tank terkenal Amerika menyebutkan bahwa dengan tatanan dunia yang kini ditandai bangkitnya Cina, masalah keuangan yang membelit negara barat, serta krisis yang tak kunjung terselesaikan di Korea Utara dan program nuklir Iran, akan membuat empat negara itu, jika diberi insentif akan bisa memainkan peran penting untuk menjaga dan memperbaharui kekuatan lembaga-lembaga internasional yang ada.

Türkischer Erdölhafen
Pelabuhan transit minyak di Turki merupakan poros penting pemasokan energi bagi dunia.Foto: AP

“Amerika Serikat harus…merebut kesempatan untuk memperluas basis tatanan internasional negara-negara pendukungnya termasuk Brazil, India, Indonesia dan Turki,“ demikian laporan Daniel Kliman dari lembaga German Marshall Fund (GMF) dan Richard Fontaine, Presiden Center for a New American Security (CNAS), sebuah lembaga kajian kebijakan yang selama ini memiliki pengaruh besar dalam pemerintahan Presiden Barack Obama.

Tanggung Jawab Global

“Empat negara ini masing-masing memiliki ekonomi yang besar dan sedang berkembang, memiliki posisi strategis di wilayahnya dan mempunyai komitmen atas pelembagaan demokrasi. Dan yang penting, setiap negara ini mempunyai peran khusus di dunia,” demikian isi laporan tersebut.

Kerjasama dengan global swing states atau negara yang bisa menentukan arah pergerakan politik dan ekonomi dunia dianggap penting karena keempat negara itu mempunyai pendekatan yang lebih cair dan terbuka dalam tatanan dunia ketimbang Cina dan Rusia.

Brasil Staatspräsidentin Dilma Rousseff
Brasil mainkan peranan politik kunci di tatatan Amerika Latin dan dunia.Foto: AP

“Sebagai tambahan, pilihan yang mereka ambil (Brazil India, Indonesia dan Turki-red) untuk mengambil tanggung jawab global, akan menjadi sebuah tumpangan gratis bagi upaya kekuatan mapan atau bisa juga mempersulit pemecahan berbagai masalah kunci dunia secara bersama-sama, dan itu akan kuat mempengaruhi tatanan internasional saat ini.

Laporan baru itu datang di tengah perdebatan panjang yang dipicu sebagian besar oleh krisis keuangan tahun 2008 serta krisis Euro yang terjadi berikutnya telah menyebarkan persepsi -- atau kenyataan – bahwa barat termasuk Amerika, kini relatif sedang mengalami penurunan dibanding negara-negara di belahan dunia lainnya, terutama Cina serta kekuatan-kekuatan lain yang sedang berkembang.

Bagaimana Washington harus bereaksi atas persepsi atau kenyataan ini – secara khusus dengan mempertahankan struktur lembaga internasional yang selama ini telah melayani barat dengan baik – telah menjadi subyek dari membanjirnya buku dan laporan, belum lagi diskusi tanpa akhir di kalangan lembaga kajian tentang masa depan politik internasional.

Tawaran Pendekatan yang Berbeda

Beberapa, seperti pemikir neo-konservatif Robert Kagan, berargumen bahwa Washington dan sekutu-sekutunya negara barat bisa dan harus mempertahankan dominasi mereka untuk menjaga ketertiban dunia.

Sementara pemikir realis seperti Charles Kupchan dari Georgetown University, berargumen bahwa langkah semacam itu justru akan mempercepat penurunan Barat, dan karena itu Washington harus menyesuaikan diri dengan munculnya kekuatan-kekuatan baru yang belum tentu rela menerima nilai-nilai kebebasan ala barat.

Kupchan, yang merupakan peneliti di Dewan Hubungan Luar Negeri, memberikan pujian atas laporan itu sebagai “kontribusi yang bermanfaat bagi debat yang sedang berkembang tentang bagaimana Amerika harus mempersiapkan diri menghadapi perubahan dunia”, khususnya dengan pengakuan bahwa “negara-negara berkembang memiliki kepentingan dan tujuan yang berbeda, dan karena itu kita (Amerika-red) perlu melibatkan mereka dengan cara mereka sendiri.”

Aspek lain, kata dia, adalah tidak saja dengan menekankan pentingnya memberikan mereka (global swing states-red) perwakilan lebih di dalam lembaga-lembaga dunia, tapi juga bagaimana “mereka bisa lebih membagi tanggung jawab global dengan menjaga perdamaian atau memberikan kontribusi lainnya bagi dunia.”

Tata Motors Lastwagen
Sektor otomotif booming di India. Tata mulai ekspansi usaha ke seluruh dunia.Foto: picture-alliance/Dinodia

Pada saat bersamaan, dia mengatakan bahwa “asumsi implisit dari laporan itu bahwa: karena negara-negara itu memiliki lembaga demokrasi maka mereka tentu saja akan berbaris di belakang kita, kini dipertanyakan…. Saya pikir kekuatan-kekuatan besar, baik yang demokratis maupun non demokratis kelihatannya akan berusaha mengubah sistem dengan cara yang menguntungkan kepentingan mereka sendiri “ menurut Kupchan.

Namun, mazhab liberal internasional yang dipimpin John Ikenberry berpendapat bahwa tatanan dunia yang telah diciptakan barat, sebagaimana yang direpresentasikan Dewan Keamanan PBB, lembaga Bretton Woods dan sejumlah sekutu-sekutu barat, telah terbukti cukup tangguh dan menguntungkan bagi kekuatan yang sedang bangkit ini, sehingga mereka tidak akan tergoda untuk menolak atau menciptakan lembaga baru atau yang paralel dengan yang ada sekarang.

Indonesia Perkuat Lembaga Keuangan Internasional

Laporan terbaru berjudul “Global Swing States: Brazil, India, Indonesia, Turki dan Tatatan Dunia Masa Depan,” muncul dengan seruan tentang tindakan yang sangat spesifik yang harus diambil Amerika atas keempat negara itu – mulai dari pentingnya menjalin kerjasama perdagangan bebas bilateral hingga meningkatkan bantuan pelatihan militer – untuk membujuk mereka agar meningkatkan saham dan partisipasi dalam tatatan dunia.

Wirtschaft Wachstum Indonesien
Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi yang terus naik menjadi faktor strategis penting bagi politik kawasan.Foto: AP

“Bangkitnya empat kekuatan demokratis – Brazil, India, Indonesia dan Turki – bisa memperkuat tatanan dunia saat ini,” demikian isi laporan, yang mencatat bahwa setiap negara itu dengan alasan masing-masing masih skeptis atas sejumlah elemen dari tatatan dunia yang ada sekarang.

“Keterlibatan Amerika dengan empat negara ini sangat penting dan bisa mempengaruhi pilihan mereka serta memperluas kapasitas mereka untuk mengambil tanggung jawab baru – namun semua itu masih menjadi tugas yang belum selesai.”

Laporan itu membagi tatanan dunia saat ini menjadi lima komponen – perdagangan, keuangan, kelautan, non-proliferas, dan hak asasi manusia – dan mencatat dari setiap negara itu – berbagai isu kesepakatan dan ketidaksepakatan dengan Amerika – yang berkaitan dengan masing-masing komponen.

Perbedaan dengan AS

Laporan itu mencatat, sebagai contoh bahwa Brazil selama ini secara enggan menerima hampir semua aturan mengenai rezim non-proliferasi, namun mereka menentang langkah-langkah baru dengan alasan menjaga kedaulatan dan juga mencoba (dengan Turki-red) untuk menengahi kesepakatan nuklir dengan Iran.

Terkait dengan tatanan lembaga keuangan, laporan itu mencatat bahwa Indonesia selama ini mendukung Dana Moneter Internasional IMF dan juga memfasilitasi munculnya alternatif dari Asia yakni Inisiatif Chiang Mai.

Terkait perbedaan dengan Amerika, laporan itu juga mencatat bahwa Brazil dan India menggagalkan liberalisasi perdagangan dunia, Turki “mengklaim dominasi di kawasan Timur Mediterania” sementara politik “garis merah” Brazil menentang penggunaan kekuatan militer untuk menghentikan kekejaman hak asasi manusia.

Meski demikian, keempat negara itu bisa dianggap sebagai “para partner menjanjikan,“ tulis laporan tersebut.

“Meski mereka berhasrat untuk mengubah tatanan dunia, namun mereka tidak berusaha untuk mengacaukannya,“ menurut laporan, yang mencatat bahwa dalam banyak kasus, mereka memiliki kepentingan yang sama dengan Amerika.

AB/HP(ips,ap,afp,rtr,dpa)