1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Indonesia Terima Permohonan Maaf Militer Australia

Hendra Pasuhuk
9 Februari 2017

Indonesia menyatakan menerima permintaan maaf militer Australia setelah sengketa soal "pelecehan Pancasila". Kasus itu terkait bahan pelajaran di sekolah militer Australia beberapa waktu lalu.

https://p.dw.com/p/2XCrS
Vereidigung des Oberbefehlshabers der indonesischen Streitkräfte Gatot Nurmantyo
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry

Permintaan maaf itu disampaikan secara resmi oleh Kepala Angkatan Darat Australia Letnan Jenderal Angus Campbell saat menemui Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Mulyono, Rabu (8/2) di Jakarta.

Angus Campbell berada di Indonesia mewakili Panglima Militer Australia, Marsekal Mark Binskin, untuk menyampaikan permohonan maaf dan hasil investigasi internal militer Australia mengenai kasus itu.

"Militer Australia akan melakukan pembenahan internal terhadap satuan, staf, dan tenaga pengajar," demikian disampaikan dalam pernyataan pers setelah pertemuan di Jakarta.

TNI menangguhkan sebagian kerjasama dengan militer Australia awal Januari, setelah ada laporan tentang pelecehan Pancasila dalam material pelajaran pasukan khusus Australia.

Hal itu dilaporkan oleh seorang perwira militer Indonesia bulan November lalu, yang sempat mengikuti pelatihan di fasilitas militer Australia. Antara lain disebutkan bahwa dasar negara Pancasila diplesetkan menjadi "Pancagila".

Myuran Sukumaran Andrew Chan Indonesien Todestrafe
Eksekusi warga Australia Myuran Sukumaran (kiri) dan Andrew Chan (kanan) tahun 2015 sempat menimbulkan ketegangan diplomatikFoto: picture-alliance/MADE NAGI

"Nurmantyo menerima permintaan maaf dan mencatat bahwa di era persaingan global, persatuan dan persahabatan adalah suatu keharusan," kata sebuah pernyataan yang dikeluarkan militer Australia Rabu malam usai pertemuan.

Panglima TNI Gatot Nurmantyo menerangkan, hasil investigasi militer Australia akan dibahas dengan para menteri pertahanan dan luar negeri lalu dilaporkan kepada Presiden Joko Widodo.

Indonesia dan Australia beberapa kali terlibat ketegangan diplomatik, antara lain soal kebijakan pengungsi Australia dan eksekusi mati dua warga Australia yang dihukum mati karena kejahatan narkotika.

Tahun 1999, hubungan kedua negara mengalami gangguan paling serius, ketika militer Australia memimpin misi internasional PBB di Timor Timur untuk menyiapkan kemerdekaan dari Indonesia.

hp/vlz (afp, dpa, ap)