1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Konflik

Indonesia Turun Tangan Bantu Rohingya

4 September 2017

Indonesia ikut berperan dalam meredakan konflik yang terjadi di Myanmar dengan mengutus menteri luar negeri menemui Aung Sang Suu Kyi. Indonesia akhirnya berhasil membuka akses bantuan bagi warga Rohingya.

https://p.dw.com/p/2jJGa
Myanmar Indonesien Retno Marsudi bei Aung San Suu Kyi
Foto: picture-alliance/AP Photo/Myanmar Foreign Ministry

Indonesia Lancarkan Misi Diplomasi Damaikan Myanmar

Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno LP Marsudi duduk bersama dengan pemimpin de facto Myanmar, Daw Aung San Suu Kyi, Senin (04/09) di ibu kota Myanmar, Naypyidaw untuk membicarakan peran Indonesia dalam meredam kekerasaan di Myanmar. "Saya hadir di Myanmar membawa amanah masyarakat Indonesia, yang sangat khawatir terhadap krisis kemanusiaan di Rakhine State dan agar Indonesia membantu. Saya juga membawa suara dunia Internasional agar krisis kemanusiaan di Rakhine State dapat segera diselesaikan," ucap Retno Marsudi usai menemui Suu Kyi.

Lawatan Menteri Luar Negeri Indonesia ini memang menjadi sorotan dunia, sebab menjadi bentuk respons pertama dimana wakil pemimpin negara turun langsung membahas isu kemanusiaan yang terjadi di negara bagian Rakhine tersebut.

Selain bertemu Suu Kyi, Retno LP Marsudi juga menemui Panglima Angkatan Bersenjata Myanmar, Jenderal U Min Aung Hlaing dan tiga menteri yang menduduki jabatan strategis di Myanmar. "Dengan panglima angkatan bersenjata saya tekanan pentingnya stabilitas negara dan perlindungan bagi semua orang tanpa terkecuali, untuk melindungi semua orang yang ada di sana terutama perempuan dan anak-anak," ungkapnya seperti dikutip dari wawancara di Metro TV.

Presiden Joko Widodo, Jumat (01/09) menyebutkan Indonesia perlu melakukan upaya nyata untuk membantu mengatasi krisis kemanusian di Myanmar. Selain memberikan bantuan obat-obatan dan makanan, Indonesia juga turut membantu membangun sebuah rumah sakit di Myauk U, Rakhine yang akan rampung dibangun Oktober nanti. "Kita menyesalkan aksi kekerasaan yang terjadi di Rakhine, Myanmar. Perlu aksi nyata, bukan hanya pernyataan kecaman-kecaman. Pemerintah berkomitmen terus membantu krisis kemanusian, bersinegeri dengan kekuatan masyarakat sipil di Indonesia dan juga masyarakat internasional...Krisis kemanusian ini harus segera dihentikan,” ujar Joko Widodo dalam pernyataan resminya di Istana Kepresidenan. 

Selain mendengarkan usulan yang disebut Formula 4+1 untuk Rakhine State yang disampaikan menteri luar negeri, Mynamar pun berjanji untuk membuka akses bagi Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM), 11 lembaga swadaya masyarakat yang berfokus memberi bantuan di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi.

Misi ke Bangladesh

Bentrokan di Rakhine yang dipicu oleh serangan militan Rohingya ke pos keamanan Myanmar menyebabkan 400 orang tewas dari kedua belah pihak. Kalkulasi terbaru yang dilakukan PBB di perbatasan Bangladesh, Cox Bazar memperkirakan 150.000 orang telah mengungsi sejak Oktober ke negara tetangga mereka, Bangladesh.

Inilah yang menyebabkan, usai menemui pemimpin Myanmar, Retno Marsudi akan bertolak ke Dhaka, Selasa (05/09) untuk membahas bantuan kemanusian bagi pengungsi Rohingya sekaligus mendesak pemerintah Bangladesh agar melindungi para pengungsi yang berada di perbatasan. Selama ini, Bangladesh menutup perbatasannya karena merasa kesulitan menampung lebih banyak lagi pengungsi. 400.000 warga Rohingya berlindung di tempat pengungsian di Bangladesh sejak ketegangan di Rakhine terjadi tahun 1990-an.

Diplomasi demi kemanusiaan

Aksi protes terhadap kekerasaan yang dialami kelompok minoritas Rohingya juga disuarakan di depan kedutaan Myanmar di Jakarta. Demonstrasi yang diusung oleh  "Sahabat Muslim Rohingya" tersebut mendapat penjagaan yang lebih ketat menyusul insiden pelemparan bom molotov yang terjadi pada Minggu (03/09) kemarin. Demonstrasi turut dilakukan untuk mendesak pemerintah agar mengambil langkah tegas dalam menghentikan krisis kemanusian di Myanmar. "Indonesia tak seharusnya melakukan diplomasi yang lunak. Ini saatnya, kita memutus hubungan dengan Mynamar dengan memanggil pulang diplomat Indonesia dan mengusir diplomat mereka," kata Ifah Rohma, salah peserta aksi demonstrasi.

Menlu Retno Marsudi dan  Aung San Suu Kyi
Menlu Retno Marsudi dan Aung San Suu Kyi Foto: Reuters/S. Zeya Tun

Meski menghadapi desakan demikian, pemerintah bersikukuh memilih jalur diplomasi dengan satu tujuan. "Kita ingin mengambil pendekatan yang berbeda, tidak dengan berteriak-teriak, tapi membantu. Fokus utama kita adalah agar bantuan kemanusian dapat terwujud," ucap Retno Marsudi, menteri luar negeri usai menjalani pertemuan dengan Daw Aung San Suu Kyi, Senin (04/09)

ts/ rn (reuters, afp, RTRE, kemlu.go.id, metro tv)