1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Inggris Bersuara, Eropa Berduka

9 Mei 2015

Sempat dijagokan di berbagai jajak pendapat, Partai Buruh Inggris malah terpuruk. Sebaliknya kemenangan PM David Cameron dan partai berhaluan kanan dalam pemilu legislatif menjadi "kabar buruk" buat Eropa.

https://p.dw.com/p/1FMjc
Großbritannien Wahl zum Unterhaus Ergebnis Die Konservativen David Cameron
PM Inggris, David CameronFoto: Getty Images/P. Macdiarmid

Hari-hari ini seharusnya menjadi milik Ed Miliband. Pimpinan partai Buruh Inggris itu dijagokan menggeser Perdana Menteri David Cameron dari Downing Street. Namun hasil pemilu parlemen yang digelar sejak Kamis (7/5) lalu berkata lain.

"Ini adalah malam yang berat untuk partai Buruh," ujarnya. "Saya menyesalkan apa yang terjadi." Sebaliknya buat Konservatif, "ini adalah kemenangan paling manis yang pernah ada," tutur Cameron.

Buruh sejatinya digadang-gadang akan bersaing ketat dengan partai Konservatif. Beberapa jajak pendapat bahkan menempatkan Buruh dalam posisi unggulan. Tapi apa lacur saat penghitungan dimulai, partai berhaluan kiri tengah itu malah tertinggal jauh. Partai Buruh mencatat hasil terburuk sejak 1987 dan Miliband akhirnya mengumumkan pengunduran diri dari pucuk partai.

Batu Sandungan di Skotlandia

Adalah Skotlandia yang menjadi kuburan buat partai yang terakhir berkuasa pada era Gordon Brown itu. Di ujung utara negara kepulauan ini, partai Buruh kehilangan 20 kursi. Bahkan ketua tim sukses Miliband, Douglas Alexander, kehilangan mandat parlemennya pada caleg berusia 20 tahun dari Partai Nasional Skotlandia (SNP).
Buruh, kata Miliband, disapu oleh "gelombang nasionalisme" penduduk Skotlandia.

Maka kini Inggris akan bergerak ke kanan dengan kemenangan besar Partai Konservatif, SNP dan Ukip. Uniknya, ketiga partai membawa pesan yang serupa. Konservatif menjanjikan referendum soal keanggotaan Uni Eropa, sementara SNP mengimpikan kedaulatan penuh dan berpisah dari Inggris.

Adapun Ukip sejak awal menolak campur tangan Brussels.

Cameron berjanji bakal menggelar referendum selambatnya tahun 2017. Beberapa pengamat mendesak agar ia mempercepat penyelenggaraan referendum supaya memangkas masa ketidakpastian buat ekonomi dan industri. Beberapa ekonom malah menganjurkan perusaan Eropa menunda investasi di Inggris.

Inggris Berpisah dari Uni Eropa?

Nyatanya pertalian antara Inggris dan jirannya di daratan yang diliput percekcokan itu menjadi bola panas politik selama masa kampanye. Cameron yang katanya mendukung keanggotaan Inggris di Brussels, membutuhkan dukungan kelompok anti-Eropa buat berkuasa.

Brussels boleh berharap bahwa Cameron akan berupaya mempertahankan keanggotaan Inggris, tulis harian liberal konservatif Jerman, Frankfurter Allgemeine Zeitung. "Tapi semakin tidak jelas, apakah dia akan berhasil,"

Sementara Der Spiegel tidak tanggung-tanggung. "Bad news for Europa," tulis mingguan Hamburg itu soal kemenangan partai-partai kanan Inggris.


rzn/hp (rtr,ap,dpa,faz,Spiegel)