1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Inggris Tunda Rencana Serang Suriah

29 Agustus 2013

Parlemen Inggris bahas reaksi atas penggunaan senjata kimia di Suriah. Tapi untuk aksi militer terhadap Suriah, pemerintah perlu minta persetujuan lagi dari parlemen.

https://p.dw.com/p/19YJ9
British Prime Minister David Cameron arrives at 10 Downing Street in central London on August 27, 2013, after returning early from a holiday to address the Syria crisis.
Inggris David CameronFoto: Getty Images/Afp/Carl Court

Perdana Menteri David Cameron menunda rencana aksi militer ke Suriah, karena khawatir Inggris akan terseret dalam konflik yang lebih luas. Pemerintah sekarang menyatakan, tidak akan ada serangan militer sampai para pengawas PBB kembali dari Suriah dan merampungkan laporannya.

"Sebelum Inggris terlibat secara langsung dalam aksi seperti itu, harus diadakan lagi pemungutan suara di parlemen", demikian keterangan pemerintah yang akan jadi bahan perdebatan di parlemen hari Kamis (29/8).

Selanjutnya disebutkan, anggota parlemen akan diminta persetujuannya untuk "reaksi kemanusiaan yang tegas" yang jika perlu juga bisa "menuntut aksi militer yang legal, proporsional dan berfokus pada penyelamatan jiwa dengan mencegah penggunaan senjata kimia di Suriah."

Sebelumnya, pihak oposisi dari Partai Buruh mengancam akan menentang opsi pemerintah, jika tidak ada sidang parlemen kedua yang membahas hasil pemeriksaan para inspektur PBB di Suriah.

Cameron terpaksa menahan diri

Keputusan untuk melakukan sidang parlemen kedua tentang Suriah dan menunggu laporan inpsketur PBB dinilai sebagai sikap melunak. Berbagai media di Inggris menilai, sikap Perdana Menteri Cameron yang sebelumnya penuh semangat mendukung aksi militer ke Suriah berhasil diredam oleh parlemen. "Cameron dipaksa mundur di Suriah", tulis harian The Independent. Sementara Daily Mail menurunkan kepala berita: "Cameron dihadang anggota parlemen tentang serangan udara."

Sebelumnya pemerintah Inggris, bersama Amerika dan Perancis, mendorong aksi militer segera dilakukan pada target-target terarah. Mereka menuduh rejim Bashar al Assad bertanggung jawab atas serangan senjata kimia minggu yang lalu.

Pemerintah Suriah membantah tuduhan itu dan menuduh pihak oposisi yang melakukan serangan dengan gas beracun.

Hari Kamis ini, David Cameron berbicara di hadapan anggota parlemen yang dipanggil kembali ke London dari masa cutinya. Ia akan mencoba meyakinkan parlemen tentang pentingnya hukuman terhadap rejim Assad karena menggunakan senjata kimia.

Mengupayakan konsensus luas

Cameron harus meyakinkan parlemen Inggris bahwa aksi militer tidak akan memperluas konflik di Suriah. Banyak anggota parlemen yang meragukan aksi militer, belajar dari pengalaman perang Irak.

Seorang jurubicara Cameron menerangkan, Perdang Menteri "benar-benar menyadari kekhawatiran besar yang disebabkan oleh perang Irak". Itu sebabnya, "kami ingin melakukan langkah-langkah melalui prosedur yang benar, berdasarkan basis konsensus".

David Cameron hari Rabu malam melakukan pembicaraan telepon dengan Kanselir Jerman Angela Merkel tentang situasi di Suriah. Jurubicara Cameron menerangkan, "keduanya sepakat bahwa ada cukup bukti telah terjadi penggunaan senjata kimia terhadap penduduk sipil."

Wakil Perdana Menteri Nick Clegg dari Partai Demokrat Liberal mengirim surat kepada anggota fraksinya di parlemen dan menulis: "Ini bukan Irak". Selanjutnya ia menyebtukan: "Ini bukan tentang penggantian rejim", dan meminta anggota fraksinya untuk mendukung posisi pemerintah.

Menteri Luar Negeri Inggris Wiliam Hague menyatakan, masyarakat internasional harus bertindak sekalipun tidak ada kesepakatan di Dewan Keamanan PBB. "Saya harap pesan dari Inggris cukup keras dan jelas, bahwa penggunaan senjata kimia di abad ke 21 tidak bisa ditolerir", tandasnya.

hp/ab (afp, rtr, dpa)