1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Inilah Daftar Pelanggar HAM Versi AS

29 Juni 2015

Amerika Serikat dalam laporan tahunan hak asasi manusia menyebut 2014 sebagai tahun yang dipenuh serangan keji kaum teroris. Islamic State menjadi pemuncak ranking pelanggar berat HAM.

https://p.dw.com/p/1Fnkc
USA Demonstration Polizeigewalt gegen schwarze Jugendliche
Foto: Reuters/M. Stone

Amerika Serikat dalam laporan tahunan hak asasi manusia 2014 untuk pertama kalinya menempatkan aktor non pemerintah, yaitu Islamic State, sebagai pemuncak ranking pelanggar HAM. Disebutkan dalam laporan itu 2014 menjadi tahun yang dipenuh serangan keji kaum teroris, mulai dari kekejian IS, Al Qaeda di jazirah Arab dan di kawasan Islam Maghribi, Al Shaabab, Boko Haram dan Front Al-Nusra.

"Dunia menyaksikan pembunuhan keji oleh milisi Islamic State dengan cara membakar hidup-hidup tawanan, menggorok leher sandera, menjual tawanan wanita sebagai budak sex atau membantai warga sipil yang melawan", tulis menteri luar negeri John Kerry dalam kata pengantar laporan tahunan HAM itu.

Negara pelanggar HAM

Tapi seperti tradisi laporan HAM sebelumnya, Amerika Serikat juga membuat daftar negara atau pemerintahan yang tergolong pelanggar berat hak asasi manusia. Suriah dikritik tajam akibat menggunakan akasi pembantaian, pemboman warga sipil dan pemerkosaan massal sebagai alat perang. "Suriah bukan hanya mengerahkan tentara reguler tapi juga kelompok milisi yang berafiliasi dengan rezim untuk melancarkan aksi kekerasan", tulis laporan tahunan yang disusun berdasar mandat Kongres AS itu.

Selain itu laporan mengkategorikan Korea Utara, Rusia, Arab Saudi dan Iran sebagai negara dengan pemerintahan otoriter yang menggunakan hukum yang represif atau kekerasan untuk mengintimidasi warganya. Rusia terutama dikritik terkait invasi ke Ukraina. Arab Saudi dikecam karena tidak melakukan represi kebebasan beragama dan tidak menghormati hak perempuan. Sementara Iran dikecam karena melakukan eksekusi mati sewenang-wenang.

Sejumlah negara juga dikecam karena melanggar hak mengeluarkan pendapat dan berekspresi dengan membolokir akses ke situs internet atau media sosial. Laporan itu menempatkan Cina, Turki, Arab Saudi, Kuwait, Vietnam, Belarusia, Tajikistan, dan Ekuador sebagai pelaku utama represi media dan akses ke internet.

AS dan otokritik

Tidak hanya mengecam negara lain sebagai pelanggar HAM, laporan itu juga mengkritik beragam pelanggaran hak asasi manusia berat yang masih terus berlangsung di Amerika Serikat sendiri. Yang paling menonjol adalah aksi pembunuhan berlatar kebencian ras terhawap warga kulit hitam di negara itu.

Kasus pembunuhan warga sipil kulit hitam oleh polisi kulit putih, memicu aksi protes dan kerusuhan sepanjang tahun 2014 silam. Kasus teranyar pada 2015 adalah penembakan membabi buta oleh seorang remaja kulit putih yang menewaskan 9 warga kulit hitam di sebuah gereja di Charleston, South Carolina. Menlu Kerry menegaskan, dengan laporan ini, hendak ditegaskan tidak ada arogansi AS dalam mencatat kasus pelanggaran HAM di seluruh dunia.

Indonesia dipuji

Selain mengulas pelanggaran hak asasi manusia, laporan tahunan HAM dari Kongres AS itu juga memuat pujian bagi negara yang dinilai melakukan reformasi atau transformasi positif. Indonesia termasuk yang dipuji, karena melakukan transisi secara damai, dengan memilih seorang presiden yang berani mendobrak tradisi pusat kekuasaan.

India dipuji karena sukses menggelar pemilu damai terbesar dalam sejarah. Afghanistan dipuji mampu melakukan transfer kekuasaan secara damai dari satu pemerintahan terpilih ke pemerintahan terpilih berikutnya. Juga Tunisia mendapat pujian, sebagai negara "Arab Uprising" yang bisa menggelar pemilihan presiden bebas dan adil untuk pertama kalinya pasca revolusi tahun 2012.

as/ml (dpa,rtr,afp,ap)