1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Internasional Kecam Kekerasan di Thailand, Serukan Tahan Diri

20 Mei 2010

Asap hitam mengepul menutupi langit Bangkok Rabu petang (19/05), setelah paginya militer Thailand serang kamp demonstran baju Merah. 60 orang terluka dan 6 tewas akibat bentrokan itu, termasuk wartawan foto Italia

https://p.dw.com/p/NSIS
Asap hitam di langit BangkokFoto: AP

Sekjen PBB Ban Ki Moon menyatakan keprihatinannya atas korban yang jatuh dan kekerasan yang terus berlangsung di Thailand. Ia mengimbau, agar kedua belah pihak lebih menahan diri lagi dan berhenti menggunakan kekerasan. Juga Uni Eropa menyampaikan kritik, dan menegaskan bahwa pihak bertikai di Thailand kini wajib melakukan rekonsialisi.

Sementara Amerika Serikat mengecam tindakan keras militer Thailand. Jurubicara Kemlu Amerika Serikat, Gordon Duguid mengatakan pemerintahya menyambut tindakan pemimpin demonstran baju merah yang menyerahkan diri. Meski begitu, ia katakan, Amerika Serikat tetap mengecam aksi-aksi pembakaran yang dilakukan kelompok baju merah.

Penjarahan dan pembakaran gedung-gedung tidak saja terjadi di ibukota. Serangan berdarah militer Thailand atas kamp demonstran di Bangkok pagi hari Rabu, menyulut kemarahan pendukung baju merah dan memicu kerusuhan di luar ibukota. Di bagian timur laut Thailand, pendukung kaum baju merah membakar dua gedung pemerintah daerah. Juga di kawasan turis Chiang Mai, pengunjuk rasa berusaha membakar gedung dan melemparkan bom molotov buatan sendiri. Situasi baru bisa teratasi menjelang tengah malam, waktu setempat. Demikian keterangan resmi.

Sementara di televisi Menteri Keuangan Thailand Korn Chatikavanij membela tindakan keras militer. Kepada BBC, ia mengatakan pemerintah Thailand tak memiliki pilihan lain. Tuturnya,"selama dua bulan terakhir kami bersikap sangat sabar. Kami berusaha untuk tidak melakukan kekerasan dan berusaha dengan berbagai cara lain untuk menggerakkan para demonstran supaya meninggalkan pusat Bangkok. Kami berulang kali mengatakan, tidak punya keinginan menggunakan kekerasan untuk mengusir mereka, tapi kami tak punya pilihan lain. Kami harus melindungi kepentingan rakyat kami yang lainnya juga".

Unruhe und Gewalt in Thailand Flash-Galerie
Barikade dekat Taman LumpiniFoto: AP

Dini hari Rabu, kendaran lapis baja militer mengepung markas demonstran baju merah, di persimpangan Rajaprasong di jantung kota Bangkok. Kemudian saat subuh di ufuk, tenk-tenk itu menggilas barikade demonstran dan membuka jalan bagi ribuan tentara yang mendesak masuk ke wilayah itu.

Memantau akibatnya, mata Red Nattawut Saikuar, tampak jelas berkaca-kaca. Pemimpin kaum demonstran itu mengaku tak mampu melihat kekerasan yang menyusul serangan militer. Desingan peluru membahayakan demonstran yang masih ditempat, diantaranya terdapat anak-anak. Nattawut Saikuar meminta maaf kepada para pendukung baju merah, namun menegaskan ia bersedia menyerah, agar para demonstran tetap aman. "Kami akan menukar kebebasan kami dengan jaminan keamanan bagi Anda semua", begitu ungkapnya. Bersama empat pentolan baju merah, Nattawut Saikuar kemudian menyerahkan diri.

Untuk Rabu malam, pemerintah Thailand menetapkam jam malam dari pukul 8:00 malam hingga pukul 6:00 pagi di Bangkok dan 23 propinsi lainnya. Thailand terdiri dari 76 propinsi. Jurubicara pemerintah Panitan Wattanayagorn di televisi nasional mengingatkan, bahwa Rabu malam akan kembali menjadi malam kesengsaraan.

Menurut polisi, pasukan elit memiliki perintah untuk menembak siapa saja yang terlihat menjarah, menyulut api dan melakukan kerusuhan. Sedangkan Menteri pertahanan Jendral Prawit Wongsuwon memperingatkan, bahwa militer hanya menunggu para demonstran pulang, sebelum menangkapi pengunjuk rasa yang bertahan.

Unruhe und Gewalt in Thailand Flash-Galerie
Foto: AP

Sejumlah negara, termasuk Jerman, Inggris dan Amerika Serikat mengeluarkan peringatan bagi warganya yang ingin berkunjung ke Bangkok. Di Jerman Menteri Luar Negeri Guido Westerwelle menegaskan agar warga Jerman yang berada di Bangkok mematuhi jam malam dan sedapat mungkin berdiam di dalam rumah. Disebutkan, kekerasan bisa kapan saja meletup di ibukota Thailand. Selain itu, meski perjalanan keThailand Utara dan Selatan masih terbuka. Hal ini tidak dianjurkan.

EK/ZR/rtr/dpa/AP/afpe