1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Internasional Kecam Pemilu di Ukraina Timur

4 November 2014

Masyarakat international kecam pemilu kontroversial di Ukraina Timur. Dengan itu solusi damai makin sulit tercapai, perpecahan makin dalam dan aksi kekerasan akan tambah marak.

https://p.dw.com/p/1Dg6L
Ostukraine Wahlen Donezk 02.11.2014
Foto: DW/K. Logan

Terutama Uni Eropa mengecam keras sikap Rusia yang mendukung dan merekayasa digelarnya pemilu di Donetsk dan Luhansk yang disebut kawasan Donbass di Ukraina Timur. Amerika Serikat juga mendukung sikap keras Eropa tersebut. Pemilihan umum itu dituding memberikan legalitas kepada pemberontak pro-Rusia dan sekaligus melanggar kesepakatan damai yang disetujui dua bulan lalu di Minsk.

Kepala urusan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini mengritik tajam pemilu yang digelar kaum separatis di Ukraina Timur itu sebagai hambatan baru bagi jalan menuju perdamaian. Sementara Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier, yang sedang menggelar kunjungan di Indonesia, lewat akun twitter Kementrian Luar Negeri mengecam, pemilu sebagai menentang jiwa dari kesepakatan damai yang tercapai dengan mediasi internasional.

Rusia tidak mempedulikan berbagai kecaman keras serta kembali memanasnya situasi di Ukraina gara-gara pemilu di Dontesk dan Luhansk tersebut. Kementrian Luar Negeri di Moskow dalam sebuah pernyataan menyebutkan, "Kami menghormati ekspresi keinginan dari rakyat Ukraine Timur. Kandidat yang terpilih mendapat mandat untuk melakukan normalisasi kehidupan di kawasan bersangkutan."

Ketegangan memuncak

Dalam pemilu kontroversial itu, kandidat partai "Republik Rakyat Donetsk", Alexander Zakharchenko mengklaim meraih 81 persen suara. Sementara kandidat pro-Rusia di Luhansk Igor Plonitsky menurut keterangan sendiri, meraih 63 persen suara.

Setelah mengumumkan kemenangan pemilu, kelompok separatis dilaporkan mengerahkan artileri berat ke posisi yang dikuasai pasukan pemerintah Ukraina. Kantor berita AFP melaporkan sedikitnya 20 truk milisi separatis pro-Rusia yang bersenjata berat, diantaranya artileri anti pesawat terbang, mengepung bandar udara Donetsk yang dikuasai pesukan pro-pemerintah.

Menanggapi pergerakan pasukan dan makin panasnya situasi di kawasan konflik, Moskow malah menuduh pemerintah di Kiev yang terus memprovokasi dan melancarkan serangan. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Grigory Karasin menuntut Kiev untuk menghentikan aksi militer terhadap pemberontak di Ukraina Timur, karena sekarang pemimpin kelompok separatis punya kewenangan hukum yang cukup, untuk menggelar negosiasai dengan Kiev.

Sejauh ini Rusia tidak menanggapi berbagai aksi boikot dari Barat. Sementara kelompok separstis juga membantah, bahwa pemilu yang digelar adalah hasil rekayasa Moskow.

as/yf(afp,ap,rtr, dpa)