1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Internet di Desa Macha

27 Mei 2010

Pekan ini, untuk kelima kalinya, para aktivis dan pakar serta penggemar Elektronik Learning atau E Learning komunitas Afrika berhimpun, di ibukota Zambia, Lusaka.

https://p.dw.com/p/NYw8
internetFoto: picture alliance / dpa Themendienst

Sebuah peti kemas teronggok di tengah desa Macha di Zambia. Enam pria dan sebuah derek, dibutuhkan untuk mengangkutnya ke atas truk. Di dalam peti kemas itu, ada enam buah komputer. Di peti kemas bercat biru cerah itu, tertera tulisan berwarna orange: „Linknet.com - Menghubungkan ke Komunitas.“ Menyambungkan akses ke internet, inilah tugas yang dilakukan organisasi lokal di Macha. Berkat internet, desa itu kini menjadi lebih maju. Kepala proyek itu, Fred Mweetwa memberikan contoh: „Kalau saya melihat bagaimana kehidupan saya menjadi lebih baik, ini seperti mimpi bagi saya. Ketika saya tumbuh dulu, saya kadangkala sampai empat hari tidak makan. Kini saya sudah menjadi mahasiswa Universitas Afrika Selatan. Saya belajar internet, menggunakannya untuk riset saya dan mengontak dosen. Bahkan lewat telefon saya masuk ke situs internet saya, mengunduh sesuatu atau menerima tugas semua hanya lewat telefon.“

Tak lama setelahnya, Fred sudah berada dalam perjalanan ke Lusaka. Fred Mweetwa akan mempresentasikan proyek di Macha tersebut pada Konferensi E-Learning.

Desa Macha letaknya sangat jauh dari Lusaka. Di Zambia tak banyak jalanan yang baik dan jalur langsung menuju Macha. Di desa itu, 90 persen penduduknya tidak memiliki akses terhadap listrik.

Namun terdapat 200 komputer di desa itu. Kebanyakan ditempatkan di gedung-gedung publik, seperti di sekolah-sekolah, klinik, atau pusat penelitian. Siapa yang tak mempunyai sambungan listrik atau tidak bekerja di tempat publik itu, dapat pergi ke kafe internet. Berkat para sponsor harga jasa internet menjadi murah. Macha terhubung dengan internet lewat satelit, yang didistribusikan nirkabel lewat wireless LAN.

Rumah sakit di Macha pun dapat diakses di situs internet. Di rumah sakit tersebut, Jonathan Sitali duduk di depan komputer dan berselancar di internet. Lewat E-Learning ia mengambil gelar dokternya: "Orang-orang tak dapat membedakan, apakah ini visual atau riil. Namun satu keuntungannya ialah bahwa orang dari berbagai negeri dan latar belakang berbeda bersama-sama dan dapat berkomunikasi dalam waktu yang bersamaan. Kedua adalah, saya dapat bekerja sebagai dokter sekaligus belajar.“

Di samping bekerja sebagai manajer klinik, Doktor Sitali juga mengambil kursus lewat internet, bagaimana menggunakan alat ultrasonografi. Meski perangkat ini sudah ada sejak lama di rumah sakit itu, tak ada yang dapat menggunakannya. Inilah contoh manfaat dari proyek internet di Macha.

Pendiri proyek internet Macha ini adalah seorang teknisi Belanda bernama Gertjan van Stamm. Dialah yang pertama-tama membuka sambungan internet ke Macha dan membangun kontak dengan sponsor. Fred Mweetwa, yang memimpin proyeknya, gembira mempresentasikan proyek tersebut di Konferensi E Learning. Ia mengharapkan respon dan ide-ide segar dari peserta lainnya dan masukan baru dari hasil konferensi itu.

Ayu Purwaningsih

Editor: Hendra Pasuhuk