1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Intervensi Militer di Suriah, Misi Bunuh Diri?

13 Februari 2012

Rusia tidak akan mendukung rencana pengiriman pasukan perdamaian PBB sebelum gencatan senjata tercapai antara militer Suriah dengan pemberontak.

https://p.dw.com/p/142s7
Bendera raksasa di depan kedutaan besar Suriah di Yordania
Bendera raksasa di depan kedutaan besar Suriah di YordaniaFoto: AP

Menteri luar negeri Rusia, Sergei Lavrov, menegaskan prasyarat sebuah misi perdamaian adalah gencatan senjata di Suriah. Jika itu belum tercapai, baginya misi bersama PBB dengan Liga Arab tidak masuk akal. "Bagi sebuah misi perdamaian, atau apa yang PBB sebut misi 'penjaga perdamaian,' tentunya perdamaian harus tercapai terlebih dahulu," jelas Lavrov.

Rusia kini tengah mempelajari proposal yang diajukan Liga Arab. Namun dari pernyataan Lavrov, tampaknya Rusia masih tetap berpihak pada sekutunya yakni rezim presiden Presiden Bashar al-Assad. Komentar Lavrov berikut seakan menumpahkan kesalahan kepada pasukan oposisi Suriah: "Tragisnya kelompok bersenjata yang berhadapan dengan rezim di Damaskus tidak menurut pada siapapun, dan saat ini tidak terkendali."

Rusia menilai sebuah resolusi PBB bagi Suriah akan membuka jalan untuk intervensi militer asing seperti pengeboman NATO di Libya tahun lalu. Rusia juga menyatakan isi rancangan resolusi yang bulan lalu mereka veto, terlalu memberatkan rezim Assad dan kurang menegaskan tekanan terhadap oposisi Suriah.

Tank-tank militer Suriah berpatroli dekat Homs
Tank-tank militer Suriah berpatroli dekat HomsFoto: Reuters

Bahaya intervensi militer

Menlu Perancis Alain Juppe memperingatkan bahwa intervensi militer asing di Suriah hanya akan memperparah situasi. Menurut Juppe, opsi ini tidak akan pernah diambil oleh Dewan Keamanan PBB sebagai satu-satunya badan yang memiliki wewenang untuk menyetujui intervensi militer. Namun Perancis akan mendukung inisiatif Liga Arab dalam mendesak Sidang Umum PBB mengeluarkan kecaman bagi kekerasan di Suriah.

Pandangan serupa datang dari Hilal Khashan, seorang pengamat Timur Tengah di Universitas Amerika di Beirut. "Biaya dan konsekuensi sebuah intervensi akan tidak terhitung. Militer Suriah jauh lebih kuat daripada pasukan Muammar Gaddafi. Sebuah intervensi militer akan menjadi misi bunuh diri," ujar Khashan.

Rezim di Damaskus geram

Televisi nasional Suriah menegaskan bahwa rezim Assad menolak keputusan Liga Arab yang jelas-jelas mencampuri urusan internal Suriah dan melanggar kedaulatan nasional. Liga Arab dituding memprovokasi intervensi asing tanpa mengindahkan kenyataan di lapangan. Kembali dijelaskan bahwa Suriah akan tetap memenuhi tanggung jawabnya, melindungi warga dan menjaga keamanan serta stabilitas negara.

Hanya dua negara anggota Liga Arab yaitu Aljazair dan Libanon yang tidak menyetujui inisiatif mengirim pasukan perdamaian bersama PBB ke Suriah. Wakil menlu Suriah, Faisal Meqdad, menyatakan Damaskus memiliki bukti bahwa negara-negara tetangga secara aktif mendukung kelompok teroris di Suriah. Rezim Assad menuduh jaringan televisi Al-Jazeera yang bermarkas di Qatar dan Al-Arabiya yang dimiliki Arab Saudi sebagai penghasut dan menimbulkan kerusuhan di Suriah.

Sidang Umum PBB

Komisaris tinggi PBB untuk hak asasi manusia, Navi Pillay dalam pidato pada Sidang Umum PBB membahas aksi kekerasan di Suriah, menyebutkan terlihat pertanda bahwa kejahatan terhadap kemanusiaan terjadi sejak bulan Maret tahun lalu dan terus berlanjut. Pillay menegaskan, laporan yang dapat dipercaya menyebutkan lebih dari 5.400 orang tewas pada tahun lalu, dan jumlah korban tewas maupun terluka terus bertambah setiap hari. Ia juga menuding pemerintah Suriah, memanfaatkan kegagalan Dewan Keamanan PBB untuk menggolkan sebuah resolusi yang mengecam aksi kekerasan terhadap pihak oposisi, untuk terus menumpas kelompok anti rezim dengan kekerasan militer.

Carissa Paramita/afp/rtr

Editor: Agus Setiawan