1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Iowa Permalukan Trump dan Clinton

2 Februari 2016

Pemilihan awal di Iowa menjadi kejutan buat Partai Republik dan Demokrat. Karena Donald Trump dan Hillary Clinton yang dijagokan bakal bertarung berebut Gedung Putih, tiba-tiba menjadi pecundang.

https://p.dw.com/p/1HnQC
Bildkombo Hillary Clinton Donald Trump USA Präsidentschaftswahlen 2016
Foto: Getty Images/J.Raedle/picture-alliance/dpa/D.Van Tine

Sebuah momen langka dialami Donald Trump di Iowa. Selama tiga menit ia berdiri di hadapan pendukungnya sebagai pecundang. Senator Texas, Ted Cruz sebelumnya mencatatkan perolehan suara terbanyak dalam kaukus Partai Republik dengan 28 persen. Adapun Trump tertinggal empat persen di belakangnya.

Buat Trump yang sedemikian sering melecehkan orang lain sebagai "pecundang," kekalahan di tersebut bisa mencoreng reputasinya. Maka dalam pidato singkatnya Trump sebisanya menandai hasil kaukus di Iowa sebagai deklarasi perang. "Kita akan terus berjuang. Kita akan merebut pencalonan partai Republik," serunya dari atas panggung.

Iowa sejatinya terlalu kecil buat menjadi tolok ukur bagi setiap calon kandidat. Negara bagian yang wilayahnya lebih luas ketimbang gabungan Jawa Barat dan Banten itu cuma berpenduduk tiga juta orang. Tapi Iowa punya nilai simbolik yang tidak ingin dilewatkan oleh setiap calon. Baik Republik maupun Demokrat.

Cuitan Trump dari tiga tahun silam banyak disebar oleh pengguna di media-media sosial pasca hasil pemilihan awal di Iowa.

Infografik Iowa Vorwahl 2016 Englisch
Hasil akhir pemilihan awal Partai Republik dan Demokrat di negara bagian Iowa, Amerika Serikat

Juga pil pahit bagi Clinton

Ironisnya untuk alasan yang sama Trump berbagi nasib dengan rival terbesarnya, Hillary Clinton dari Demokrat. Bekas ibu negara AS itu sejak lama dianggap sebagai Goliath tanpa lawan. Anggapan itu sebelumnya terbukti di berbagai jajak pendapat.

Tapi Iowa menjadi realita pahit buat Clinton. Karena seorang senator uzur dari Vermont bernama Bernie Sanders berhasil membuat kejutan. Kedua bakal calon berbagi angka perolehan suara yang nyaris sama di Iowa, Clinton 49,9% sementara Sanders 49,6%.

Saking ketatnya, kantor berita Associated Press menolak mendeklarasikan pemenang pemilihan awal Partai Demokrat di Iowa.

Clinton yang ditaklukkan Senator Barack Obama di pemilihan yang sama delapan tahun silam mengaku "lega" atas hasil tersebut. Sementara Sanders yang mengawali pemilihan dari posisi paling belakang, menganggap hasil di Iowa sebagai sebuah kemenangan.

"Sembilan bulan lalu, kita datang ke negara bagian yang indah ini tanpa organisasi politik, tanpa uang, nama atau pengakuan, dan kini kita merebut organisasi politik paling berpengaruh di Amerika Serikat," tukasnya kepada para pendukung.

Sanders tidak sedang berseloroh. Pada jajak pendapat yang digelar stasiun televisi NBC pada Februari 2015 silam, ia cuma mengantongi 7% suara, sementara Clinton 68% suara. Kini situasinya berubah. Seakan Iowa, seperti kata Sanders, sedang "melayangkan pesan yang dalam kepada para elit politik," di Washington sana.

rzn/as (rtr,ap,nytimes,spiegel,guardian)