1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Irak Butuh Bantuan

19 Juni 2014

Permintaan Baghdad kepada Amerika Serikat untuk melakukan serangan udara atas para militan yang menyerang kilang minyak terbesar dan merebut banyak wilayah di utara, menciptakan dilema bagi Presiden Barack Obama.

https://p.dw.com/p/1CLpl
Foto: Reuters

Gedung Putih menyatakan Obama tidak mengesampingkan opsi serangan udara setelah serbuan kilat delapan hari yang dilakukan kelompok militan Sunni, yang dipimpin Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL), kini semakin mendekat ke ibukota Baghdad.

Pada saat para pejabat menyebut-nyebut soal kemajuan, para militan merebut tiga desa di sebelah utara Irak, sementara pemerintah India menyatakan 40 warganya diculik di Mosul, kota yang direbut pekan lalu oleh para pemberontak militan pada awal serangan mereka.

“Irak secara resmi meminta Washington untuk membantu… dan melakukan serangan udara atas kelompok teroris,” kata Menteri Luar Negeri Hoshyar Zebari kepada para wartawan di Arab Saudi.

Namun, Zebari mengatakan ”sebuah pendekatan militer tidak akan cukup. Kami mengakui butuh solusi politik drastis.“

Amerika Serikat telah menghabiskan milyaran dollar selama beberapa tahun untuk melatih dan mempersenjatai pasukan keamanan Irak setelah membubarkan angkatan bersenjata yang dipimpin kelompok Sunni pada saat invasi yang menjatuhkan diktator Saddam Hussein pada 2003.

Washington telah menempatkan kapal induk ke wilayah Teluk dan mengirimkan personil militer untuk meningkatkan keamanan di kedutaan mereka di Baghdad, namun Obama menegaskan bahwa untuk kembali membawa AS berperang di Irak tidak ada dalam kartunya.

Kemunduran, bukan kekalahan

Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki mengatakan pasukan keamanan, yang layu dalam menghadapi serangan para militan selama beberapa hari yang lalu, telah menderita “kemunduran“ tapi belum kalah.

Dengan meningkatnya ketegangan wilayah, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan negaranya ”akan melakukan segalanya” untuk melindungi tempat-tempat suci Syiah yang menjadi sasaran utama kelompok militan Sunni.

Sementara Arab Saudi memperingatkan resiko perang saudara di Irak dengan konsekuensi atas wilayah Timur Tengah yang tidak bisa diperkirakan. Uni Emirat Arab telah menarik duta besarnya di Baghdad, sambil menyuarakan kecemasan atas “kebijakan-kebijakan yang ekslusif dan sektarian”.

Kepala Pentagon Chuck Hagel menyalahkan agenda sektarian pemerintahan Syiah yang dianggap memberi bahan bakar bagi keberadaan kelompok militan Sunni.

”Pemerintahan Irak saat ini tidak pernah memenuhi komitmen yang sebelumnya mereka buat untuk membangun pemerintahan persatuan bersama dengan kelompok Sunni, Kurdi dan Syiah,” kata dia.

Di New Delhi, menteri luar negeri mengatakan 40 pekerja bangunan asal India telah diculik di Mosul, sementara 40 perawat India terdampar di kota Tikrit yang kini dikuasai para militan.

Pekan lalu, saat melakukan serangan, para militan ISIL menculik 49 orang Kurdi di Mosul, termasuk para diplomat dan anak-anak, setelah menangkap 31 pengemudi truk asal Turki.

ab/vlz (afp,ap,rtr)