1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

131009 Messe Irak

14 Oktober 2009

Bagi investor Jerman, Irak dianggap negara yang berbahaya. Pandangan ini sedikit berubah dalam Erbil International Fair, forum investor bagi Irak yang untuk ke lima kalinya diselenggarakan, 12 hingga 15 Oktober.

https://p.dw.com/p/K5uf
Erbil yang terus membangun dirinya, kota tempat penyelenggaraan Erbil Internatioan FairFoto: picture-alliance/dpa

Pengunjung berjejal di depan pintu masuk pameran Erbil, petugas keamanan memeriksa setiap orang yang melewati gerbang tersebut untuk mengunjungi "Erbil International Fair." Ini membuktikan bahwa pameran ekonomi Irak menarik minat pebisnis - termasuk pebisnis Jerman.

"Saat ini, Irak masih merupakan kawasan baru bagi kami, kami mengamati peluang yang ada, situasi keamanan, apakah kami dapat mengirim orang-orang kami ke sana selama beberapa hari, minggu atau bulan. Ini seperti studi banding yang kami lakukan," demikian Karl-Heinz Kohns yang mewakili perusahaan Masa dari Andernach, Jerman.

Sama seperti sejumlah perusahaan menengah Jerman lainnya, Masa untuk pertama kalinya menjajaki pasar Irak pasca penggulingan diktator Saddam. Carsten Haak dari Berlin juga memanfaatkan pameran Erbil untuk mencari mitra bisnis di Irak. "Kami rasa, mesin kami yang sudah digunakan di Irak, merupakan alternatif menarik bagi perusahaan Irak yang memproduksi aspal. Tapi kami memerlukan mitra Irak untuk membangun bisnis yang berkelanjutan. Kalau tidak, kami hanya menjual produk kami sekali-sekali," diungkapkan Carsten Haak.

Sementara perusahaan Jerman Pfister sudah berhasil masuk pasar Irak. Seorang mitra Irak berbahasa Jerman mengurus pemasarannya. Bagi bos Pfister Harald Welscher ini adalah peluang untuk menghadapi krisis yang dihadapi industri mesin Jerman saat ini. "Omset kami menyusut antara sepuluh sampai 15 persen. Saya yakin, ekspor ke Irak membantu kami mengatasi krisis ini."

Meski kawasan utara Irak tergolong tenang, para pemain baru di pasar bisnis Irak berupaya untuk meyakinkan diri bahwa mereka tak mengambil risiko dalam menghadapi situasi keamanan di Irak. Seperti yang dinyatakan Haak, "Kami akan merekrut pegawai lokal yang dapat bergerak dengan bebas dan lebih dikenal di kotanya. Kami tidak akan mendukung pertumbuhan ekonomi yang membahayakan nyawa."

Kiat lainnya diikuti produsen beton Schwing asal Herne. Sarim Saidi, insinyur Schwing dan pakar urusan Timur Tengah mengatakan, "Kami menjual produk kami di Bagdad, tapi kami tidak diizinkan terbang ke sana. Karena itu kami memutuskan untuk membangun markas tambahan di Erbil, dari sana kami mendampingi klien di Bagdad dan Basra."

Irak Utara diharapkan menjadi batu loncatan bagi para pebisnis. Tapi di kawasan Irak lainnya, korupsi meraja-lela, birokrasi menyulitkan situasi para pebisnis. Perushaan Jerman Pfister yang memproduksi timbangan hanya mengirimkan barangnya bila klien sudah melunasi harga beli. Sementara Masa memilih untuk menarik diri bila ada kecurigaan terjadi korupsi. Yang jelas, pasar Irak tak menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat.

"Banyak sekali orang yang ikut campur di sini, karena itu proses pengambilan keputusan cukup sulit. Di Irak dibutuhkan kesabaran. Dan kami siap untuk itu, karena Irak adalah pasar terpenting kedua kami setelah Arab-Saudi, karena itu kami tidak bisa mundur begitu saja," kata Saidi.

Ulrich Leidholdt/Ziphora Robina
Editor: Yuniman Farid