1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

030210 USA Iran Spannungen

3 Februari 2010

Namun isyarat Teheran untuk memenuhi tuntutan masyarakat internasional, terkait pengiriman uranium untuk diperkaya di Rusia, diabaikan oleh pemerintah di Washington.

https://p.dw.com/p/LrYN
Presiden Iran AhmadinejadFoto: AP

Amerika Serikat, Israel dan negara mitranya di Barat menduga Iran mengembangkan senjata atom di balik alasan kepentingan energi sipil. Apalagi kemampuan Iran meluncurkan satelit saat ini meningkatkan kecemasan akan serangan jarak jauh. Karenanya tak aneh bila dalam pidato tahunannya, Presiden Amerika Serikat Barack Obama tanpa tedeng aling mengancam Iran. "Karena pemimpin politik Iran tetap mengabaikan kewajiban internasionalnya, maka dapat dipastikan bahwa Teheran akan berhadapan dengan konsekwensi yang lebih berat lagi.“

Pesan Obama ini tampaknya sudah diterima di Teheran. Presiden Ahmadinejad menyatakan di televisi, bahwa Iran akan mengubah haluannya terkait sengketa atom ini. Namun Washington ingin mendapatkan bukti nyata, dan bukan janji-janji kosong lagi.

Teheran tidak mengindahkan ketentuan PBB, dan membangun terowongan dan ruang bawah tanah rahasia supaya bisa memproduksi bom atom secara diam-diam, begitu kecaman pemerintah Obama. Juga Obama yang mengusulkan ketentuan agar Iran mengirimkan 1200 kg uranium untuk diperkaya di Perancis dan Rusia. Dengan begitu diharapkan, Iran hanya melakukan proses pengayaan uranium yang terbatas dan di bawah standar spesifikasi bom atom. Untuk menegosiasi ini, tahun 2009 lalu Amerika Serikat membuka kembali dialog dengan Iran, yang sudah dibekukan selama 30 tahun. Tanpa hasil.

Menteri Pertahanan AS Robert Gates menyatakan bahwa Iran hanya akan mengerti bila Amerika Serikat bertindak keras, karenanya kerjasama dengan mitra di kawasan itu ditingkatkan. Amerika Serikat misalnya membantu Arab Saudi membangun pasukan berkekuatan 30 ribu tentara untuk melindungi saluran pipa minyak. Menurut informasi New York Times, AS menempatkan sistem penangkal roket di Kuwait, Uni Arab Emirat, Qatar dan Bahrain. Kini Obama menegaskan akan menjatuhkan sanksi-sanksi baru.

Namun sampai kini sanksi-sanksi terhadap Iran hanya merugikan satu pihak, yakni rakyat Iran. Begitu nada kritik media AS. Namun Obama bersikeras menjatuhkan sanksi baru, juga meskipun mengetahui bahwa baik Rusia maupun Cina keberatan terhadap hal ini. Menurut ahli politik Robert Kagan, hal inilah yang mendorong Obama berpaling ke Uni Eropa. "Karena sebenarnya hanya Amerika Serikat dan Uni Eropa yang serius untuk menekan Iran dengan sanksi-sanksi ekonomi yang lebih berat. "

Sementara itu kenyataannya, sampai kinipun masih banyak perusahaan Amerika Serikat yang melakukan perdagangan dengan Iran, yakni secara terselubung melalui Dubai.

Ralph Sina/Edith Koesoemawiria

Editor: Yuniman Farid