1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Iran Rencanakan Bencana Minyak di Teluk Persia?

18 Oktober 2012

Sebagai reaksi atas sanksi terhadapnya, Iran tampaknya merencanakan bencana minyak di Selat Hormus. Demikian laporan majalah informasi Jerman "Der Spiegel". Tapi itu terutama akan merugikan Iran sendiri.

https://p.dw.com/p/16RmD
Foto: picture-alliance/dpa

Menurut informasi majalah berita Jerman "Der Spiegel" dengan melakukan aksi bencana minyak yang disengaja semacam itu, Teheran bermaksud memblokir jalur transportasi kapal-kapal tanker minyak internasional dan "menghukum" negara-negara Arab yang memusuhi Iran. Kontaminasi Selat Hormus menurut perhitungan Garda Revolusi Iran akan memaksa Barat terlibat dalam aksi besar pembersihan kawasan perairan, "dan untuk itu kemungkinan juga akan mencabut sanksi-sanksi terhadap Iran." Demikian menurut majalah berita Jerman tersebut.

Skenario Kejutan atau Ancaman Serius?

Bagi Said Mahmoudi, pakar hukum laut dan dosen pada Universitas Stockholm, "skenario fiktif Garda Revolusi Iran" adalah semacam penghancuran diri sendiri. Karena masyarakat internasional tidak akan berdiam diri begitu saja, melainkan melakukan segala upaya untuk mengamankan jalur lalu lintas perkapalan di Selat Hormus. Selain itu tindakan tersebut dapat dipandang sebagai pelanggaran konvensi internasional dan mengancam perdamaian dunia, seandainya maksud Teheran itu terbukti, papar Mahmoudi.

"Seandainya bencana kapal tanker benar-benar direncanakan secara sengaja, seluruh kawasan akan diguncang oleh konflik baru," hal ini diyakini Houshang Hassanyari, dosen asal Iran pada Akademi Militer di Toronto. Tapi Amerika sebelumnya sudah memperhitungkan akan adanya aksi semacam itu dan melakukan tindakan preventif. "Pakar-pakar Amerika memperkirakan bahwa aksi semacam itu akan memblokir Selat Hormus selama kurang dari satu bulan. Oleh karena itu negara-negara di kawasan Arab di sekitarnya sudah menciptakan jalan transportasi alternatif untuk dapat terus mengekspor minyaknya dengan aman." Bagi Hassanyari sudah jelas: Kontaminasi yang disengaja di Selat Hormus tidak akan membahayakan jalur transportasi laut terpenting secara strategis di dunia itu ataupun menimbulkan masalah finansial serius bagi negara-negara yang mengandalkan pendapatannya dari minyak. Iran sendiri yang akan mengalami kerugian terbesar.

Seemanöver der Revolutionsgarden vor iranischer Küste
Manuver laut Garda Revolusi Iran di dekat perairan IranFoto: picture alliance / dpa

Seperti Pernyataan Perang

"Der Spiegel" menulis, seandainya dalam kasus bencana kapal tanker di Selat Hormus, Barat "sesuai perhitungan garda revolusi Iran" terpaksa mempertimbangkan untuk mencabut sanksinya terhadap Iran untuk dapat membersihkan kawasan perairan tersebut. Pakar militer Hassanyari tidak dapat membayangkan bahwa Garda Revolusi Iran benar-benar memiliki harapan semacam itu. „Itu sama seperti pernyataan perang terhadap seluruh dunia.“ Dengan demikian justru kebalikannya, Iran mengambil risiko bahwa Barat memperketat sanksi-sanksinya dan bahkan akan mempertimbankan melancarkan aksi militer terhadap Iran.

Juga pakar Iran dan hukum kelautan Mahmoudi meragukan keampuhan aksi-aksi tersebut dengan tujuan pencabutan sanksi. Itu benar-benar skenario yang tidak masuk akal. "Tidak dapat dibayangkan jika orang percaya, dengan bencana semacam itu Iran dapat memaksakan kepentingannya.“

Karte Straße von Hormus (700x394) Englisch
Selat Hormus menjadi penghubung antara Teluk Oman dan Teluk Persia

Perairan akan Pulih Kembali

Menurut perkiraan pakar lingkungan dan mantan ketua bagian lingkungan di kementerian pertanian Iran, Gholamreza Miraki, kontaminasi Selat Hormus tidak akan hanya bersifat lokal, melainkan akan segera menyebar sampai ke perairan Teluk Persia. "Di Selat Hormus mengalir air dari perairan Teluk Persia, Teluk Oman dan Samudra Hindia. Itu terjadi karena air seluruhnya terbagi dalam dua arus. Arus yang satu mengalir di permukaan, arus lainnya di dasar. Jadi perairan-perairan lainnya tercemar, walaupun konsentrasinya di Selat Hormus akan berkurang dan kemudian menghilang.“ Hal yang mirip pernah dialami saat berlangsungnya Perang Irak-Iran (1980-1988).

Iran Ajatollah Ali Chamenei
Ayatullah Ali Khameni tujukan kata-kata tegas kepada BaratFoto: picture-alliance/dpa

Sejauh ini Iran tidak memberi komentar terkait laporan majalah berita "Der Spiegel.“ Sebaliknya pimpinan politik dan religus Iran Ayatullah Ali Khamenei kembali menegaskan keingingan rezimnya untuk bertahan pada ambisi program atomnya. Barat tidak dapat membuat negara itu „bertekuk lutut“, demikian ditekankan Ali Khamenei, Selasa (16/10). Sekaligus ia memberi isyarat bersedia melakukan pembicaraan. Iran tidak pernah menghentikan perundingan program atomnya, dan tetap bersedia untuk itu, demikian dijanjikan Khamenei.

Tapi syarat untuk perundingan adalah jaminan, dimana barat menyetujui pengayaan uranium Iran sampai kadar 20 persen, dikatakan jurubicara kementerian luar negeri Ramin Mehmanparast, menurut keterangan stasiun televisi Press-TV.

Hal itu diperlukan Iran untuk kepentingan medis, misalnya dalam mengatasi penyakit kanker. Barat menuduh Iran, di bawah selubung kepentingan sipil, ingin memproduksi senjata nuklir.

Mitra Shodjaei/Dyan Kostermans

Editor: Ayu Purwaningsih