1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Iran Tangkap Blogger Perempuan

20 Juli 2011

Pemain dan produser Pegah Ahangarani seharusnya menulis blog bagi Deutsche Welle tentang Piala Dunia Sepak Bola Perempuan 2011. Menjelang perjalanan ke Jerman ia ditangkap aparat keamanan Iran.

https://p.dw.com/p/11zt2
Portrait der iranischen Schauspielerin Pegah Ahangarani. Quelle: ILNA
Pegah AhangaraniFoto: ILNA

Deutsche Welle menyediakan sebuah blog bagi blogger Iran, Pegah Ahangarani, awal Juli lalu. Perempuan yang kerap melontarkan kritik terhadap pemerintah Iran tersebut rencananya akan menulis blog tentang turnamen Piala Dunia Sepak Bola Perempuan yang digelar di Jerman dan baru berakhir hari Minggu lalu. Untuk itu ia seharusnya berkunjung ke Jerman dan mengikuti beberapa pertandingan di stadion.

Untuk proyek yang rencananya berjalan dari tanggal 4 sampai 12 Juli lalu, Ahangarani yang juga menjadi pemain film, bahkan mengambil libur dari kesibukan membuat film barunya. Proyek tentang Piala Dunia Sepak Bola itu adalah kerjasamanya yang kedua dengan Deutsche Welle. Pegah Ahangarani sudah pernah menulis blog bagi Deutsche Welle tentang Berlinale. Tahun lalu ia juga hadir di Bonn dalam acara pemberian Blog Award dari Deutsche Welle, yang disebut The BOB.

Dipanggil Departemen Penerangan

Tetapi perjalanan ke dua tidak dapat dilakukannya. Menurut keterangan keluarganya, Pegah Ahangarani yang lahir tahun 1984 diminta untuk datang ke Departemen Penerangan Iran, sehari sebelum keberangkatannya. Setelah sejumlah upaya intimidasi dilakukan ia diberitahu, bahwa ia tidak diperbolehkan keluar dari Iran. Jika melawan ia akan segera ditangkap di lapangan udara. Karena ancaman itu dan sejumlah ancaman lainnya, Ahangarani tidak berangkat ke Jerman. Agar tidak membahayakan hidupnya, Deutsche Welle tidak melanjutkan proyek pembuatan blog bersama.

Setelah kejadian itu, menurut keluarganya, Pegah Ahangarani untuk sementara bersembunyi di rumah kenalannya di ibukota Iran, Teheran. Tetapi setelah itu ia menghilang. Berhari-hari pencarian intensif yang dilakukan keluarganya tidak berhasil, karena badan pemerintah tidak bersedia memberikan keterangan apapun. Deutsche Welle melaporkan tentang peristiwa itu dalam siaran radio dan lewat situs berbahasa Persia. Deutsche Welle juga memprotes keras larangan terhadap blogger dan pemain film itu dan menuntut pembebasannya.

Diserahkan ke Garda Revolusi

Kamis, 14 Juli lalu pemerintah Iran menyatakan secara resmi, bahwa Pegah Ahangarani ditangkap 10 Juli lalu. Tanggal 13 Juli ia diserahkan aparat keamanan departemen penerangan Iran kepada aparat keamanan Garda Revolusi Iran.

Pegah Ahangarani, iranische Schauspielerin
Foto: DW



Ahangarani, yang telah mendapat berbagai penghargaan sebagai pemain film, sudah pernah ditangkap tahun 2009 lalu, ketika pemilu presiden sedang berlangsung. Ketika itu ia menyatakan dukungan bagi calon dari kubu oposisi Mir Hossein Moussavi. Di masa lalu, Pegah Ahangarani juga membuat berbagai film dokumenter. Film terbarunya, "Dehnamaki-ha" yang menyoroti seorang pemimpin kelompok paramiliter di bawah Hisbullah, disiarkan oleh media Inggris BBC.

Lewat kerjasama dengan Deutsche Welle, Pegah Ahangarani bermaksud menutup sebuah kekosongan informasi, karena sepak bola perempuan tidak diberitakan di media-media Iran. Itu dikeluhkannya dalam wawancara eksklusif dengan Deutsche Welle. “Media Iran tidak memperhitungkan tema ini sama sekali. Televisi negara tidak menunjukkan perempuan yang memainkan sepak bola. Media cetak juga tidak memperhatikan tema ini. Paling-paling mereka mencetak sebuah foto kecil," demikian Ahangarani.

Larangan terhadap Kerjasama dengan Media Asing

Peraih hadiah Nobel perdamaian asal Iran, Shirin Ebadi juga berpendapat sama. Dalam sebuah wawancara dengan Deutsche Welle, Ebadi menyatakan adanya penekanan tema itu secara sistematis oleh rejim Mullah yang memerintah di Iran.

Dengan penangkapan Pegah Ahangarani tampaknya pemerintah di Teheran ingin melarang bukan hanya pemberitaan tentang sepak bola perempuan, melainkan terutama kerjasama dengan media asing. Dengan demikian, rencana perjalanan ke Jerman, tempat turnamen piala dunia diadakan, menjadi perjalanan ke masa depan yang tidak jelas bagi Pegah Ahangarani, yang memperjuangkan kebebasan menyatakan pendapat.

Shahram Ahadi / Marjory Linardy

Editor: Ayu Purwaningsih